Edward berbicara pada wanita itu sambil membalikan badannya.
“ Kau sudah aman, pergilah “ ujarnya, wanita itu mendongak melihat ke arahnya dan seketika Edward menghentikan langkahnya.
“ Kau ? “ Serunya. Kemudian menggelengkan kepalanya, tidak mempercayai penglihatannya. Kenapa wanita itu
mirip Elsa. Edward mengerjap berharap matanya salah tapi ternyata masih wanita itu, tapi dengan keadaan memprihatinkan bajunya acak acakan, sebagian sudah ada yang robek, rambutnya awut awutan menutupi sebagian mukanya. Bibirnya tampak bergetar tidak mengucapkan apa apa. Edward segera mengeluarkan uang pada wanita yang tadi menemaninya. “ pergilah, tugasmu sudah selesei “ ucapnya. Wanita itu
menerima uang kemudian mencium bibir Edward terus pergi meninggalkan ruangan itu.
Edward membuka jasnya, mendekati Elsa dan memakaikannya. Merengkuh pundaknya. “ Ayo pergi dari sini, aku akan mengantarkanmu pulang “ ucapnya.
Di dalam mobil, mereka diam membisu. Elsa tampak terpukul dengan kejadian itu, tak ada kata kata yang keluar dari mulutnya. Hanya deraian airmata, kepalanya menyandak meringkuk dikursi mobil.
*******
Matahari bersinar melewati celah celah jendela yang terbuka, angin sejuk masuk ke kamar itu.
Elsa perlahan membuka matanya. Kepalanya terasa berat, dia sedikit heran kenapa jam bekernya tidak berbunyi. Apa batrenya mati ?
Perlahan dirabanya tempat jam beker berada dan saat tidak ditemukannya terpaksa dia bangun dan dia terbelalak kaget melihat dimana dia sekarang.
Sebuah kamar besar yang tidak ia kenali.
Tiba tiba pintu terbuka, dan seorang pria berwajah tampan keluar dari balik pintu itu, sudah berdandan rapih sepertinya mau berangkat bekerja.
“ Sudah bangun rupanya , tidurmu nyenyak sekali. Sepertinya kau belum pernah tidur di kasur yang nyaman “
sapaannya diikuti ledekan, membuat elsa tersadar siapa pria di depannya itu.
“ Kau ! “ seru Elsa. “ Kenapa aku ada disini ? Apa yang kau lakukan padaku ? “ Bentak Elsa berteriak. Dan segera
melihat pada dirinya, yang masih berpakaian lengkap meskipun compang camping banyak robekan disana sini.
Seketika ingatannya kembali dan merasa bersyukur laki laki itu menyelamatkannya.
“ Jangan kwatir, kau bukan tipeku, aku tidak tertarik padamu “ ujar Edward masih saja menyebalkan.
“ Hari ini kau tidak perlu berkerja, nanti aku yang bicara pada Pak Boby. Kau istirahatlah disini, dan jangan kwatir
aku akan memberikan diskon biaya kau menginap di apartemenku “ lanjut Edward lagi yang dibalas dengan lemparan bantal ke arah Edward yang menutup pintu.
Brengsek. Kenapa laki laki itu selalu merendahkannya. Batinnya.
Sepeninggalnya Edward, Elsa turun dari ranjangnya, dilihatnya di atas meja ada sebuah pakaian perempuan. Elsa mengernyit, pakaian siapa ini ?
Elsa tidak mengindahkan perkataan Edward, dia begegas berganti pakaian dengan pakaian yang di meja, kemudian keluar dari kamar itu. Dilihatnya ada seseorang yang sedang membersihkan lantai.
Wanita sepruh baya itu melihatnya dan tersenyum menyapanya.
“ Pagi Nyonya, saya sudah menyiapkan sarapan di meja makan “ ucapnya.
“ Oh tidak, terimakasih, saya akan pergi, saya harus ke kantor “ jawab Elsa.
“ Tapi Tuan muda menyuruh saya menemani nyonya disini “
“ Maaf, saya harus pergi…dan saya
bukan Nyonya. Terimakasih “ Elsa buru buru pergi dari apartemen Edward.
Setelah pulang dulu ke kosannya, berganti pakaian kerja, Elsa berangkat ke kantornya meskipun telambat.
Hari ini pekerjaannya cukup banyak, jadi Elsa tidak mau cuma bersantai santai di apartmen Edward, apalagi gajinya harus berkurang karena dipotong uang kahadiran.
Untuk saat ini uang adalah segala galanya buat Elsa.
******
“ Kupikir kau tidak akan datang hari ini “ Ujar Pak Boby, terkejut Elsa datang terlambat.
“ Mr Edward bilang kau sakit “ Lanjutnya smbil menatap Elsa memperhatikan dari atas ke bawah.
“ Aku baik baik saja Pak, hanya pusing sedikit, tapi sekarang sudah baikan “ jawab Elsa.
Pak Boby tampak berfikir, kenapa yang menyampaikan ijin sakit adalah Edward. Ada hubungan apa dengan mereka. Tidak mungkin pacaran bukan ?
Pria itu kembali ke dalam ruangannya.
“ Kau kemana saja ? Pak Boby bilang kau sakit “ seru Chelsi yang tempat duduknya dekat Anton, temannya bergosip kalo waktu senggang. Menyembulkan kepalanya diantara sekat.
Di ruangan itu wanitanya hanya dia dan chelsi, karena istri Pak Boby tidak suka karyawan perempuan. Itu juga kebetulan Chelsi masih saudara istrinya Pak Boby.
“ Sepertinya kau lelah, kau bisa cerita nanti siang di kantin ato tempat makan di sebrang kantor “ lanjut Chelsi. Dia merasa ada yang aneh dengan temannya itu, sepertinya Elsa terlihat begitu sibuk dan lelah, bahkan untuk makan siangpun kadang hanya makan di meja kerjanya.
Tentu saja Elsa harus bekerja lebih rajin karena dia bekerja dibeberapa tempat sekaligus, kalau berleha leha maka kerjaannya akan terbengkalai.
Telpon di mejanya bordering. Dilihatnya lampu merah d telpon itu, di Line 1. Keningnya berkerut. Itu Line ruangan CEO. Biasanya telpon meja sekretaris CEO ada d line 2.
“ Selamat Siang “ Sapanya ramah
“ Elsa ! “ terdengar suara berat di sebrangnya
“ Ya Pak, Maaf dengan siapa ini ? “
“ Kau sudah bekerja berapa lama disini ? Sampai sambungan telpon mejaku tidak tau ?” maki suara di sebrang. Elsa kembali berfikir, tidak mungkin Mr Edward kan ? Untuk apa dia menelponnya langsung bukan lewat sekretarisnya.
“ Kau ini benar benar tidak bisa di urus ya. Sudah ku bilang tidak usah ke kantor ! Jangan jangan kau berpura pura dengan kejadian semalam ? Jangan jangan kau memang bekerja disana dan sedang melayani laki laki itu ! “ Lanjut Edward langsung menuduh.
DEG
Hati Elsa terasa sakit atas tuduhannya itu. Percuma dia mengklarifikasi tuduhan Edward. Toh tidak ada gunannya bicara dengan orang itu, serba salah.
“ Itu bukan urusanmu ! “ Akhirnya Elsa bicara ketus dan menutup telponnya.
‘ Apa apaan sih, laki laki itu tidak jelas. Langsung aja marah marah main tuduh. Siapa juga yang membebaninya dengan uang ganti rugi. Menyebalkan ‘ Gerutu Elsa.
Lampu Line 1 kembali menyala. Terpaksa Elsa mengangkatnya.
Belum juga Elsa bicara, langsung terdengar teriakan dari saluran itu.
“ Berani beraninya kau menutup telponku ! “
“ Ada apalagi Mr, kau benar benar membuang waktuku tidak berguna ! “ Elsa kembali menutup telponnya.
“ Bos sialan !!! “ geramnya. Dan seketika itu dia tersadar dengan siapa dia bicara.
“ Waduuh apa ini ? Apa yang kulakukan ? Pasti dia marah padaku, dan pasti akan memecatku ! “ Gumamnya lesu dan menyesal.
Line 1 kembali menyala. Sekarang elsa mengangkat telponnya dengan gemetar ny
“ Elsaaaa! Kau di pecaaaat! Cepat kemasi barangmu ! Keluar dari dari kantorku !!! “ UsirEdward dan langsung menutup telponnya, setengah dibanting.
“ Emang dia fikir siapa ? Berani beraninya bersikap begitu padaku. Sekarang sudah tidak ada toleransi lagi “ Umpat Edward, diambilnya berkas dimejanya dan dibantingnya dengan kasar.
Selama ini tidak pernah ada wanita yang berani kasar padanya. Semua wanita yang dikenalnya memperlakukannya dengan baik, memujanyanya bahkan menjilatnya. Mereka berlomba lomba mendekatinya dan mereka juga rela untuk ONS, Hanya menemaninya tidur semalam dan good bye.
Sekarang, wanita itu. Bahkan cantik pun tidak, sudah membuat hari harinya begitu amarah, menyita fikirannya, hanya untuk wanita yang tidak selevel dengannya. Huh.
Tok…Tok…Tok…
Terdengar suara pintu diketuk.
“ Masuk ! “ Ujar Edward ketus, masih menahan amarahnya.
Ternyata yang datang adalah Elsa, wanita yang baru saja membuatnya marah.
“ Berani sekali kau datang kemari ! “ makinya.
“ Sir, saya benar benar minta maaf, saya bersalah. Sungguh saya minta maaf, saya tidak bermaksud kasar pada anda. Tolong jangan memecat saya “ Elsa memelas, menundukan kepalanya dalam dalam.
Edwad menatapnya tajam, tidak bicara sepatah pun. Menunggu penjelasan lebih lanjut. Tapi tidak ada lagi yang Elsa sampaikan.
“ Saya tidak menyangka kau wanita rendahan. Dengan posturmu yang tidak cantik, entah berapa laki laki itu membayarnya “
Tiba tiba sebuah tamparan mendarat di wajah Edward. Plaak !!
“ Apa ini ? Apa yang kau lakukan ? berani beraninya
menamparku ! “ Edward menggeram, sambil memegang pipinya dengan ekspresi kaget.
“ Itu balasan karena kau sudah menghinaku ! Aku bisa terima disebut tidak cantik, tapi aku tidak terima kau merendahkanku, menuduhku, merusak harga diriku ! “ jawab Elsa.
“ Saya menyesal sudah meminta maaf pada anda. Asal anda tau, semua ini karena anda ! Anda yang menyebabkan saya harus bekerja siang malam bekerja apasaja, kecuali perkerjaan tidak bermoral itu, demi mengumpulkan uang ganti rugi pada anda.” Elsa menarik napas panjang
“ Asal anda tau, saya ke tempat itu untuk mengantar pesanan makanan dari restoran tempatku bekerja, tiba tiba orang mabuk itu menyeretku ke kamarnya. Dan kau tau selanjutnya apa yang terjadi? Dan untuk itu saya
beterimaksih pada anda “ lanjut Elsa.
Edward tampak kaget, termangu mangu menatap Elsa, ada perasaan bersalah di hatinya, sudah menuduh elsa yang bukan bukan.
“ Dan satu hal lagi, anda tidak berhak memecat saya dengan alasan yang tidak masuk akal. Belajarlah menjadi seorang CEO yang benar ! Jangan jadi anak manja ! Belajarlah untuk bertanggung jawab “ Setelah kata kata
yang ada di unek uneknya keluar semua, Elsa keluar dari ruangan itu.
Apa ini, apa yang baru saja dikatakan wanita itu. Belajar jadi CEO yang benar, anak manja, tidak
bertanggungjawab !
Aah..Edward menepis berkas berkas di mejanya sampai berserakan jatuh kelantai.
“ Sir ! Anda baik baik saja ? “ terdengar suara Bu Mirna yang sudah mematung di pintu.
“ Keluar ! jangan ganggu aku ! “ Bentak Edward menakutkan, sampai Bu mirna gemetaran dan menutup pintunya. Dia heran kenapa bosnya semarah itu setelah berbicara deng Elsa.
Edward mengambil gelas minum lalu meminum airnya sampai habis dan pyaaarrr…gelas dilemparnya sampai pecah menimbulkan suara nyaring.
Bu Mirna kembali kaget tapi dia tidak berani untuk melihat keruangan bosnya.
Diangkatnya telpon, menelpon steve, asistennya CEO. Mungkin Steve bisa membantu, fikirnya.
Edward duduk di meja kerjanya. Raut mukanya masih memerah. Kata kata wanita itu masih terngiang
ngiang di telinganya. Benarkah dia tipe anak manja yang tidak bertanggungjawab? Memang selama ini kegiatannya hanya menghambur hamburkan uang ayahnya di London, hang out, mabuk mabukan dan main perempuan. Sebenarnya di London pun dia memegang salah satu perusahaan ayahnya, tapi dia tidak melakukannya dengan
baik, ada asistennya yang siap sedia membantunya.
Dan sekarang ayahnya pun menyerahkan perusahaan ini padanya. Tentu saja membuat bebannya semakin bertambah, sebuah pekerjaan yang tidak dia sukai, yang terpaksa diterimanya karena dia anak tunggal keluarganya. Dia bukannya giat bekerja, malah berkumpul dengan teman-temannya dan main
perempuan, sepertinya wanita itu melihat kelakuannya bersama teman temannya dan wanita wanita penghibur itu.
Edward menghela nafasnya dengan berat, ketika terdengar lagi suara pintu diketuk.
“ Masuk “ jawabnya malas.
“ Mr. maaf mengganggu anda “ Ujar Steve
“ Hmm” jawab Edward malas, matanya menatap laya laptop dimejanya, seperti sedang bekerja padahal fikirannya masih kacau memikirkan ucapan wanita itu.
Steve melihat ruangan itu, kemudian melihat kea rah Bu Mirna, mengisyaratkan supaya masuk membereskan berkas berkas yang berserakan dilantai, kemudian serorang ob datang membersihkan pecahan gelas.
Edward tak bicara apa apa. Membiarkan mereka menyeleseikan pekerjaannya. Dan Steve hanya berdiri mengawasi mereka sampai pekerjaannya selesei.
Setelah Bu Mirna dan Office boy keluar ruangan, barulah Steve bicara.
“ Sepertinya kau butuh teman bicara “ Ujar steve.
Edward masih diam.
“ Ayolah, sebentar lagi jam makan siang, bagaimana kalo kita makan siang di luar “ ajak Steve, menatap Edward dengan lembut.
Dia menganggap Edward seperti adik sendiri, karena dia bekerja mengikuti Mr Smith dari usia 12 tahun, saat bosnya itu menemukannya,berkenalan dengannya di jalanan macet ibu kota, dia menjajakan dagangan
asongannya kea rah mobil Mr Smith, tiba tiba seseorang hendak menodong Mr Smit lewat jendela mobil dan dia reflex meninju orang itu sampai pegangan golok yang ditodongkannya terlepas. Sejak itu Mr Smith mengajaknya ke rumahnya, memberikan pakaian yang layak, menyekolahkannya, dan Steve sudah bertekad untuk mengabdi
pada Mr Smith sepanjang hidupnya.
Belasan tahun bahkan hampir dua puluh tahun lebih dia melayani tuannya, jadi otomatis diapun tau seperti apa karakter anak majikannya itu. Edward tinggal bersama mr smith sampai usia remaja, kemudian pindah ke
London, tinggal dengan Bibinya, melanjutkan perguruan tingginya disana, dan memegang salah satu perusahaan ayahnya beberapa tahun lalu. Dan memang sepertinya anak majikannya itu masih suka bermain main, mungkin karena tidak ada kasih sayang ibunya yang meninggal saat dia kecil, sehingga Mr Smith begitu memanjakannya, dan jadilah dia laki laki yang manja dan semaunya.
Edward melihat jam di pergelangan tangannya, kemudian mengangguk.
Dia pun beranjak dari tempat duduknya, keluar ruangan diikuti steve.
Sepanjang jalan mereka hanya terdiam, dan Steve tidak berani bertanya apa apa lagi, percuma mengajak Edward bicara dalam kondisi seperti itu.
Akhirnya mereka sampai di sebuah restoran mewah, yang terletak tidak terlalu jauh dari kantornya.
Steve langsung memesan makanan tanpa menanyakan pada Edward. Dia sudah hafal betul makanan apa yang disukai Edward.
“ So…jadi apa yang mengganggu fikiranmu ? “ tanya Steve
“ Sepertinya sejak kau tiba disini, kau tidak bisa menegndalikan emosimu “ Lanjut Steve, menatap Edward.
Yang di tatap masih tidak menjawab, dia malah mengeluarkan hp nya dan mengetikan sesuatu di hp nya.
Sambil menunggu pesanan datang, Edward melihat sekeliling sambil menyimpan Hpnya d atas meja. Dan tiba tiba matanya tertuju pada sekelompok orangan yang berada lumayan jah dari mejanya.
Siapa lagi kalo bukan Elsa dan beberapa staf karyawan di divisi pemasaran.
*****************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 373 Episodes
Comments
Franki Lengkey
apakah edwart sudah mulai suka sama elsa
2023-05-11
0
Prima
9hgf
2022-05-06
0
Rossy Ochy
oooh...itu alasannys
2022-01-03
0