Akhirnya mereka sampai di tempat berlangsungnya pernikahan. Tapi tempat itu begitu sepi. Steve buru buru turun dari mobil, berlari menghampiri satpam.
“ Benarkah ada acara pernikahan ?”
“ Benar pak, tapi sekarang sudah bubar, pernikahannya sudah selesai beberapa menit yang lalu. “
jawab satpam itu.
Steve mengeluh kecewa, berarti Elsa benar benar sudah jadi milik Edward.
“ Kita ke apartemen Edward “ ujar Mr Smith, Steve hanya menurut.
Merekapun segera menuju apartemen Edward yang letaknya tidak terlalu jauh dari gedung itu.
Edward dan Elsa baru sampai apartemennya, Pria yang hari ini terlihat sangat tampan itu, melepas jasnya dan dilemparnya ke sofa.
“ Honey, kau beristirahat dulu, kau terlihat lelah “ Ujar Edward. Mbok inah mau memegang tangan Elsa, tiba tite terdengar suara bel pintu.
“Sebentar Tuan, saya bukakan pintu dulu “ Mbok inah menuju pintu dan melihat di kaca bulat yang ada di pintu, Steve berdiri di situ.
“ Tuan Steve “ Mbok Inah menoleh pada Edward.
“ Mau apa dia kemari ? “ gerutu Edward, tidak suka dengan kehadiran Steve.
Mbok Inah membukakan pintu, dilihatnya Mr Smith juga datang. Mereka berdua masuk dan berdiri menatap Edward.
“ Apa yang kau lakukan ? “ tanya Mr Smith menatap tajam pada Edward, terus menoleh pada Elsa.
“ Kau bisa lihat sendiri, kami baru saja menikah. Dia Menantumu “ Jawab Edward.
“ Dasar anak tidak tahu diri ! Hidupmu hanya membuat masalah !” Bentak Mr Smith
Edward menatap Mbok Inah, “ Unty bawa nyonya masuk “ perintah Edward. Mbok Inah menurut, membimbing Elsa menuju kamarnya di lantai atas. Apartemen Edward memang cukup luas, ada dua lantai, lantai atas terdiri satu
kamar tidur dengan kamar mandi di dalam dan satu ruangan yang digunakan ruang kerja oleh Edward. Sedangkan di bawah ada ruangan tamu, ruang nonton tv, satu kamar tidur dengan kamarmandi di dalam, dan ruang makan menyatu dengan dapur serta satu kamar mandi.
Steve merasa ada yang aneh dengan Elsa, wanita itu tidak bicara apa apa, hanya menunduk dan menurut saja dibawa Mbok Inah ke lantai atas.
Dia langsung gusar dan tidak bisa menahan emosinya, tanpa menghiraukan Mr Smith ada disitu, berjalan medekati Edward.
“ Apa yang kau lakukan padanya ? Dia terlihat sakit. Apa kau juga memaksanya untuk menikah denganmu ? “ Bentak steve, mereka berdiri berhadapan.
Mr Smith terkejut melihatnya, sepertinya Dua pria dihadapannya menyukai wanita yang sama.
“ Bukan urusanmu, yang jelas dia istriku sekarang !! “ balas Edward. Dia pun tersulut emosi dengan kelakuan Steve yang sok memiliki Elsa padahal dia bukan siapa siapa Elsa.
“ Apa ini ? Kalian memperebutkan wanita yang sama ? Dasar bodoh !! “ maki Mr Smith.
Edward dan Steve langsung terdiam, memalingkan muka.
“ Edward, tinggalkan wanita itu ! Sebentar lagi kau akan bertunangan dengan Olivia, aku ingin mempecepat sebelum ada kejadian kejadian aneh lagi “
“ Aku tidak bisa ayah, Aku tidak mau bertunangan dengan Olivia !! Aku sudah menikah sekarang “
“ Apa lebihnya wanita itu ? Begitu susahnya kau melepaskan sekretaris itu ? Bahkan Olivia jauh lebih baik “ Mr Smith tersenyum sinis.
“ Aku sudah memperkosanya, sekarang dia sakit, dia trauma, dia tidak bicara, aku harus bertanggungjawab padanya “ jawab Edward jujur.
Plaaakkk!!! Sebuah tamparan mendarat di pipi Edward. Mr.Smith, ayah kandunngnya telah menamparnya.
“ Kau gila !!!” maki Mr. Smith.
“ Apa sudah tidak ada wanita yang menyukaimu sampai sampai kau memperkosa anak orang ? Kau benar benar brengsek !! Olivia tergila gila padamu, malah kau abaikan. Benar benar ada masalah di otakmu !! “
“Mau tidak mau, ayah harus menerimanya jadi menantu ayah “ ujar Edward.
“ Tidak bisa. Kau tetap harus bertunangan dengan Olivia, atau langsung menikah saja “
“ Aku tidak mau, suruh saja anak kesayangan ayah itu yang menikah dengan Olivia. “
Edward melirik pada Steve, yang terperangah, enak saja edward dengan enteng menyuruhnya menikah dengan Olivia. Wanita yang mungkin saja sudah berkali kali disentuh Edward, emangnya dia tempat sampah.
“ Seperti yang sudah ayah katakana waktu itu, kalau kau tidak bertunangan dengan Olivia, maka kau takan mewarisi apapun “ ujar Mr Smith, mencoba mempengaruhi Edward.
“Baik kalau ayah ingin seperti itu, aku akan tetap bersama dengan Elsa apapun yang terjadi “
Mendengar ucapan Edward, rona muka Mr Smith semakin merah, dia kesal harus dengan apalagi membujuk anak itu. Edward tidak akan bisa hidup biasa biasa saja, dia sudah terbiasa degan kemewahan dari lahir.
“ Baiklah kalau itu mau mu, seluruh kekayaanku akan ku wariskan pada Steve “ jawab Mr Smith, membuat Steve kaget. Inikah yang menyebabkan Edward marah waktu itu, yang mengatakan dia mengambil semua miliknya.
“ Tuan, maaf Tuan, saya tidak bisa menerimanya “ ujar Steve tapi Mr Smith tidak menjawab, dia beranjak keluar ruangan itu diikuti steve yang terus memanggil manggilnya.
“ Tuan, Tuan, saya tidak berhak atas itu semua “…
Mereka pun menghilang dibalik pintu.
Edward membuka beberapa kancing kemejanya, ruangan itu terasa begitu panas.
Mbok Inah berdiri mematung, berurai air mata.
“ Tuan “ panggilnya tanpa bicara apa apa.
Edward tidak bicara apa apa lagi, dia pergi ke lantai atas menuju kamarnya.
Dilihatnya Elsa sudah berganti pakaian, sedang duduk dipinggir tempat tidur, wajahnya menunduk.
Edward duduk dilantai di bawah kaki Elsa. Memegang tangan wanita yang sangat dikasihinya itu. Setetes air mata jatuh ke atas lengan Elsa yang dipegang Edward.
“ Hei, kau menangis ? “ Edward kaget lalu bangun dan duduk disamping Elsa.
Menangkup muka Elsa dengan dua tangannya.
“ Kau jangan menangis, semua akan baik baik saja, oke ? Aku takan pernah meninggalkanmu “ Edward menghapus air mata Elsa.
“ Aku yakin kau akan cepat sembuh, kita hidup bersama bahagia dengan anak anak kita. Meskipun sebenarnya aku miskin sekarang, tapi tidak apa. Aku akan melakukan apapun untukmu “ lanjutnya lagi sambil memeluk tubuh Elsa.
Edward berfikir akan kemana dia pergi sekarang. Dia tidak mungkin tinggal di apartemen ini lagi. Kemudian terbersit untuk menemui ibu Elsa, apapun yang terjadi, mungkin dengan tinggal disana, Elsa akan cepat pulih.
Edward mencoba memesan tiket penerbangan, ternyata semua rekeningnya telah di bekukan. Dia tidak punya uang sama sekali. Hanya yang ada di dompetnya saja. Bagaimana dia bisa hidup dengan uang yang sedikit ini ?
Selama ini semua fasilitas diberikan ayahnya, dia bahkan tidak benar benar menjalankan perusahaannya dengan baik.
Kemudian teringat uang Elsa yang masih di amplop yang dia simpan di laci kantornya. Siapa yang akan ia hubungi untuk mengambilnya?
Akhirnya dia menelpon Chelsi. Wanita bagian divisi pemasaran itu temannya Elsa, tentu dia akan menjaga rahasianya. Disuruhnya Chelsi mengambil amplop itu saat kantor sepi.
*********************
Gurubrag burubrag….suara kereta melaju terguncang guncang.
Edward menutup mulutnya, pengen muntah. Seumur hidupnya dia tidak pernah naik umum seperti ini. Meskipun ini gerbong bisnis, tetap saja isinya tidak hanya dia berdua dengan Elsa. Dia tidka bisa menyewa pesawat
karena harus menghemat uang yang dari amlop itu. Akhirnya Chelsi bisa mengambilnya meskipun mengendap endap sperti pencuri. Tapi Chelsi merasa senang bisa membantu sahabatnya yang ternyata sudah menikah dengan Edward bosnya itu. Saat menyerahkan amplop itu, Edward tidak mempertemukannya denga Elsa,
alasannya Elsa sedang beristirahat.
Elsa menyandar di pundak Edward, dia duduk disamping jendela, Menatap pemandangan diluar, pepohonan terhampar luas. Matanya mengerjap ngerjap.
“ Kau suka pemandangannya ? “ tanya Edward. Seperti biasa tidak ada jawaban. Edward menghela nafas panjang, dia harus terbiasa dengan berbicara sendiri.
Edward mencoba mengalihkan rasa mual di dadanya, rasanya benar benar ingin muntah, tapi ditahannya.
Sepanjang hari menggunakan kereta sangat melelahkan, sekarang mereka harus menaiki bis, kalau menggunakan taxi pasti sangat mahal biayanya.
Mereka juga menggunakan kapal laut, menaiki perahu besar menyebrang lautan. Edward mengeluh, badannya terasa lelah, dia tampak kusut. Perjalanan ke rumah mertuanya ternyata sangat jauh, pantas saja Elsa jarang
pulang menengok ibunya.
Sebenarnya dengan pesawat lebih cepat tapi sekali lagi dia harus menghemat uang. Dia belum tau kira kira usaha apa yang akan dia lakukan di tempat mertuanya. Atau mungkin dia akan di usir mertuanya ?
Setelah perjalanan panjang, akhirnya mereka tiba di sebuah perkebunan teh yang luas menghijau. Dia tersenyum, mata Elsa pun menunjukan kesenangan, matanya tampak berbinar.
“ Honey, kau akan pulang. Tapi aku tidak tau mana rumahmu. Coba kita tanya tanya ke orang " ujar Edward. Setelah bertanya kesana kemari, akhirnya mereka tiba di jalan setapak yag tidak jauh dari jalan raya, jalan itu membelah perkebun Teh, dia berjalan sambil menggenggam telapak tangan Elsa. Udaranya begitu sejuk.
“ Honey, tempat tinggalmu sangat indah “ ujarnya. Elsa tidak menjawab. Hingga terlihat sebuah rumah di tanah yang lebih tinggi. Jalan menju rumah itu di apit tanaman bunga warna warni, terus menuju teras rumah yang
tidak terlalu besar tapi Asri. Terasnya lumayan luas, ada beberapa kursi disana. Jika duduk disana bisa melihat pemadangan ke bawah. Benar benar asri.
Sekarang sudah menjelang sore, kabut sudah mulai menggumpal, udara semakin dingin. Dari kejauhan ada seorang wanita paruh baya yang menggunaan topi kerucut dan menggendong keranjang daun teh yang sudah kosong. Disebelah tangannya membawa alat potong tangkai daun teh.
Langkahnya terhenti melihat dua sosok yang berjalan kearah rumahnya. Seorang pria tampan berkulit putih dan disampingnya seseorang yang sangat dikenalnya.
“ Elsa !!!” panggilnya, senyum mengembang di wajahnya. Ibu itu benar benar merasa senang melihat kedatangan putri sulungnya.
Dia pun menyimpan barang barangnya di tanah, berlari menyambut Elsa. Dan langkahnya terhenti seketika saat reaksi Elsa diam saja.
“ Nak !! Apa kau baik baik saja ? “ tanya Ibu Elsa, memegang wajah anaknya, melihat badannya dari atas ke bawah. Tapi Elsa hanya terdiam, Ibu Elsa melihat pada Edward yang tampak gugup wajahnya memucat.
“ Apa yang terjadi pada Elsa ? Kau siapa ? “ tanya Ibu Elsa, menatap pria itu, dan ketika melihat wajahnya, raut mukanya berubah, kenapa muka pria ini mirip dengan seseorang, tapi ah mungkin hanya mirip saja, bahkan
banyak yang bukan sodara tapi wajahnya mirip.
“ Aku suaminya “ jawab Edward, membuat ibu Elsa kembali terkejut.
“ Ada apa ini sebenarnya ? Elsa sudah menikah, dan pulang dalam keadaan seperti ini ? “ Ibu Elsa tampak histeris.
“ Bisakah kita bicara di dalam ? Aku akan menjelaskannya “ ujar Edward.
Ibu Elsa mengangguk lalu memeluk Elsa diajaknya masuk ke dalam, duduk di ruang tamu.
“ Jelaskan padaku, apa yang terjadi pada putriku “ Ibu Elsa tidak sabar ingin tau yang menimpa Elsa.
Tiba tiba Edward berlutut dikaki ibu Elsa.
“ Hei nak, ada apa denganmu ? Berdirilah” ibu Elsa tidak mengerti kenapa pria yang mengaku suami anaknya berlutut di kakinya.
“ Aku minta maaf bu, aku yang menyebabkan semua ini “ ujarnya, dengan mantap dia harus jujur.
“ Kenapa ? “ tanya ibu Elsa, mukanya tambah pucat.
“ Waktu itu aku mabuk, dan aku telah memperkosanya “
Bagaikan petir disiang hari, ibu Elsa merasa tidak percaya dengan pendengarannya.
“ Kau !! Kau brengsek !! Kenapa kau melakukan itu pada putriku ? “ Ibu Elsa menendang tubuh Edward yang bersimpuh di kakinya, sampai tubuh Edward terjatuh.
“ Aku minta maaf bu, aku tidak sengaja, aku mabuk, aku tidak mungkin menyakiti wanita yang ku cintai “ Edward kembali bersimpuh.
“ Enak saja kau minta maaf !! “ Ibu Elsa meraih bantal kursi yang ada di sampingnya, memukuli Edward dengan bantal itu.
“ Kau benar benar merusak putriku. Enyah kau !! Pergi!! Aku tidak mau melihat mu !!”
“ Aku sudah menikah dengannya bu, aku ingin bertanggungjawab “ ujar Edward, meraih kaki ibu Elsa, yang kembali ditepisnya.
“ Aku mohon bu, aku tidak mau berpisah dari Elsa “ ujar Edward, matanya mulai berkaca kaca, hatinya pesimis, apa dia akan diterima keluarga Elsa.
Ibu Elsa melepas pukulannya pada Edward, kemudian memeluk Elsa, menangis meraung raung, menangisi nasib putrinya. Reaksi putrinya masih menatap lurus dengan tatapan kosong.
Ibu Elsa menepuk nepuk pipi Elsa. “ Sayang, sadarlah nak, ini ibu, ini rumahmu, sadarlah, kau sudah pulang “ ujar Ibu Elsa disela tangisnya.
Edward melihatnya semakin bersalah, dia tidak mau bangun sampai ibu Elsa memaafkannya.
Setelah tangisnya reda, ibu Elsa menatap Edward. Pria itu sepertinya benar benar merasa bersalah, kalau dia tidak bertanggung jawab mungkin tidak akan menikahi Elsa, bahkan mau mengantarnya pulang.
“ Apa bukti kau sudah menikahi putriku ? “ tanya Ibu Elsa.
Edward mengambil buku nikah dalam tasnya. Dengan gemetar, ibu Elsa menerimanya dan membacanya, airmatanya kembali meleleh. Sedih rasanya putrinya menikah dalam keadaan seperti ini.
“ Sekarang apa yang ingin kau lakukan ? “ tanya ibu Elsa, raut mukanya tampak masih membenci menantunya itu.
“ Sekarang aku tidak punya tempat tinggal bu, ayahku mengusirku karena aku menikahi Elsa “ jawab Edward, tidak mau ada yang ditutup tutupi lagi.
Ibu Elsa menatap Edward lekat lekat yang masih berlutut di kakinya, memperhatikannya dengan detil. Menurut penilaiannya, pria ini anak orang kaya. Dari sosoknya yang tampan dan bersih sudah terlihat dia sangat
merawat diri.
********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 373 Episodes
Comments
Franki Lengkey
ibu elsa dan tuan smith dulu sepasang kekasih
2023-05-12
1
Nartyana Gunawan
mewek aku kak author
2022-01-03
0
Ahmad Sahibul Ilmi
bawang ad di mana2
2021-11-29
0