Tiga jam berlalu begitu cepat, seusai melaksanakan pertemuannya dengan client, Aretha memilih untuk tidak pulang bersama David, meskipun David sudah memberikan penawaran untuk mengantarkannya pulang, namun Aretha tak menggubrisnya. Selain ada keperluan lain, ia juga merasa tidak nyaman berada di dalam mobil berdua dengan David, itulah yang menjadi alasan kenapa ia lebih memilih untuk pulang sendiri.
Aretha terlebih dahulu pergi ke sebuah toko buku yang selama ini sering dikunjunginya untuk membeli buku novel. Aretha melihat-lihat beberapa judul buku yang berjajar rapi di rak, begitu banyak novel yang belum ia miliki, namun ia masih bingung akan membeli buku yang mana, dan setelah beberapa menit, ia pun menentukkan pilihannya kepada sebuah buku berwarna merah muda, judulnya membuat ia tertarik untuk membaca buku novel tersebut. Namun, ketika ia hendak mengambil buku yang hanya tersisa satu itu, tiba-tiba seseorang dari arah berlawanan pun mencoba untuk mengambilnya sehingga kali ini tangan mereka sedang memegang buku tersebut. Aretha segera menoleh kepada orang tersebut tanpa melepaskan buku yang sedang dipegangnya, begitupun sebaliknya.
"Bapak??"
"Kamu??"
Satu detik, dua detik mereka beradu pandang, merasa kaget dengan sesuatu yang entah kebetulan atau apa, yang jelas hal ini membuat Aretha sedikit jengkel karna harus bertemu kembali dengan sang bos yang menurutnya menyebalkan. Ya, orang itu adalah David Wijaya.
"Bapak ngapain disini??" tanya Aretha dengan masih memegang buku tersebut begitupun dengan David yang tidak mau mengalah untuk melepaskan buku itu dari genggamannya.
"Kamu sendiri ngapain disini??"
"Saya sedang mencari buku, pak. Kembalikan bukunya, saya akan segera membayarnya di kasir," Aretha menarik pelan buku tersebut, namun David kekeh tidak mau melepaskannya begitu saja.
"Enak saja, ini buku yang ambil saya duluan," David menarik kembali buku itu dari tangan Aretha, namun Aretha pun sama tidak mau mengalah.
"Jelas-jelas saya yang ambil duluan, berarti buku ini milik saya donk, pak!"
"Gak ada, ini buku saya, TITIK!!" ketus David dengan memberikan penekanan sehingga tarik ulur untuk memperebutkan buku itu pun terjadi antara mereka.
"Punya saya!"
"Saya!"
"Saya!"
"STOP!!!" seru salah satu penjaga toko yang terlihat sedang menghampiri mereka, sontak membuat aksi mereka terhenti dengan seketika.
"Mbak, Mas, maaf jangan membuat keributan disini!" lanjut si penjaga toko itu.
"Maaf mbak, kami tidak bermaksud," ucap David.
"Iya, mbak, maafkan kami ya!" timpal Aretha.
"Kamu sih!" ketus David sembari mendelik kesal ke arah Aretha.
"Kok jadi saya, kan bapak yang mulai duluan!"
"Kamu lah,"
"Mas, Mbak, cukup!" seru si penjaga toko lagi.
"Baiklah, Mbak, sekali lagi kami minta maaf!" ucap David.
"Ya udah, jadi bukunya mau di ambil sama siapa?" tanya penjaga toko.
"Saya, Mbak!" ucap David sembari menarik buku itu dari tangan Aretha.
"Baiklah, silahkan segera membayarnya kek kasir!" saran penjaga toko itu.
"Mbak, maaf ... apa stok bukunya masih ada?" tanya Aretha.
"Maaf, Mbak, kami tidak memiliki stok lain," jawabnya.
Aretha merasa jengkel akan tingkah laku atasannya itu yang sama sekali tidak mau mengalah kepada perempuan, namun apa mau di kata dia hanya bisa pasrah.
Penjaga toko itu pun segeran berlalu pergi dari hadapan mereka setelah keadaan sedikit membaik.
"Bapak tidak mau mengalah sama saya?" tanya Aretha memelas.
"Apa-apaan, kenapa saya yang harus mengalah? saya kan atasan kamu, jadi kamu lah yang harus mengalah!" jawab David.
"Atasan kalau di kantor ya, Pak, kalau disini kita sama, sama-sama pengunjung toko!"
" Saya gak mau tahu, pokoknya buku ini milik saya!"
"Hish ... menyebalkan!!!" kesal Aretha sembari berlalu pergi dari hadapan David dan segera keluar toko, sedangkan David segera menghampiri kasir untuk membayar buku tersebut.
Seusai membayar buku, David segera keluar dari toko tersebut, namun tiba-tiba dia terkejut melihat Aretha yang masih berdiri di depan toko, entah apa yang sedang dilakukannya.
"Ngapain kamu masih disini?" tanya David sinis.
"Terserah saya donk, mau dimana, mau ngapain, suka-suka saya, apa urusannya dengan anda?" ketus Aretha, untuk kali pertamanya dia menyebut David dengan sebutan anda.
"Ya sudahlah, terserah kamu!" ucap David tak peduli, "Awas tuh kaki encokan!" lanjutnya sembari menahan tawa kemudian berlalu menuju tempat parkir.
"Sial, dia ngatain aku encokan!" umpat Aretha.
*****
Waktu menunjukkan pukul 23.25, Aretha masih terjaga, ada beberapa hal yang mengganggu pikirannya malam itu, terlebih lagi masalah tadi sore, sehingga membuatnya enggan untuk memejamkan mata. Pertemuannya dengan David di mall beberapa hari lalu, seakan membuat ia merasa tidak percaya bahwa ia akan dipertemukan kembali dengannya, bahkan dengan adanya keterikatan antara seorang bos dan pegawai. Dunia memang begitu sempit, dari sekian banyaknya CEO di dunia ini, kenapa harus David yang menjadi bosnya?
Tidak cukup sampai disitu, sikap David yang tiba-tiba berubah pun membuat Aretha tanda tanya besar. Entah apa yang membuat David merubah panggilan dari anda menjadi kamu. Bagi sebagian orang itu memang terlihat sangat sepele, tapi tidak bagi Aretha. Ini sangat aneh untuk seorang David yang merupakan atasannya.
"Dasar cowok aneh, menyebalkan, egois ...," umpat Aretha di tengah lamunanya.
Sementara di tempat lain, pada sebuah kamar yang bernuansa biru langit, terlihat David yang masih terjaga dalam posisi telentang di atas kasur sembari memandang langit-langit kamarnya. Entah apa yang sedang dipikirkannya saat itu, yang jelas dia terlihat sedang senyum-senyum senidri tanpa alasan yang jelas. Apakah mungkin dia sedang memandang sepasang cicak sedang memadu kasih, atau mungkin karena dia gila? Entahlah.
Ini sangat tidak baik untuk reputasi seorang David Wijaya. Kebayang donk ya ... bagaimana ceritanya jika publik mengetahui bahwa dirinya suka senyum-senyum sendiri tanpa alasan yang jelas?? Hahaha ..., apa ini bukan gila namanya? Tapi, sekalipun dia gila, belum tentu ada yang percaya juga, secara fisiknya tidak terlihat seperti orang gila, kecuali gila karena cinta.
"Tuh cewek memang menyebalkan, tapi menarik juga!" lirihnya sembari menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyuman.
Entah apa maksud dari perkataannya, apa ini artinya dia sedang tertarik kepada seorang perempuan? Lantas, siapa perempuan yang menjadi objek perkataannya itu? Entahlah, yang jelas ini bukan hal yang biasa untuk seorang David Wijaya yang terkenal dingin terhadap sosok kaum hawa, terlebih lagi dia adalah seorang yang tidak mudah untuk jatuh cinta.
Waktu terus berjalan sehingga lambat laun Aretha dapat memejamkan matanya hingga terbawa ke alam mimpi. Sama halnya dengan David yang kala itu seolah merasakan sesuatu bergelayut dimatanya sehingga terasa berat dan menuntunnya untuk pergi ke alam bawah sadarnya. Akhirnya mereka berdua pun bisa merasakan malamnya dengan ditemani mimpi yang indah.
_____________________
TO BE CONTINUED
HAPPY READING ...!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 238 Episodes
Comments
Susilawati Dewi
kayanya david suka
2021-12-18
0
Siti Romdoniah
lanjut thor
2021-05-23
0
call me el
kak visual ny dong
2021-05-20
0