Sidang skripsi telah usai. Terpancar raut bahagia dari beberapa mahasiswa, ketika mendengar pengumuman hasil dari sidang tersebut. Namun, ada beberapa dari mereka yang merasa kecewa karena kelulusannya ditangguhkan. Canda tawa beberapa mahasiswa memecah di setiap penjuru kampus, tak terkecuali Richard dan sahabatnya, Rendy.
Akhirnya, setelah empat tahun berjuang bersama-sama. Mereka berdua bisa lulus pada waktu yang sama pula, meskipun setelah ini akan ada perpisahan di antara mereka.
Sedari awal, Mereka berdua telah memiliki rencana. Namun, dengan terpaksa Richard harus menggagalkan rencana itu. Ia tidak bisa melanjutkan kuliah S2-nya di London bersama Rendy.
Bukan karena soal biaya, melainkan karena ia memiliki tugas dari ayahnya, Felix, untuk membantu mengelola perusahaan yang fokus pada bidang properti, milik keluarganya.
"Ren, lo jadi lanjut kuliah di London?" tanya Richard.
"Iya. Mungkin mulai besok gue akan sibuk ngurusin persyaratan buat masuk di salah satu universitas terbaik di sana," jawab Rendy. "Lo do'ain gue ya, Bro, semoga gue diterima di sana," pintanya.
"Pasti gue do'ain, Bro." lirih Richard. "Gue pasti kangen sama lo!" lanjutnya.
"Lo serius gak mau lanjut kuliah bareng gue, Bro? Bukannya lo pengen banget kuliah di sana?" tanya Rendy.
"Pengen banget gue, tapi ... kayak lo gak tau bokap gue aja. Lo tau sendirilah bokap tuh keras banget, gak bisa kalau harus di tentang," jawab Richard sedikit menunjukkan wajah kecewa.
"Kalau sewaktu-waktu lo berubah pikiran, nanti akan ada pendaftaran untuk gelombang kedua!" ujar Rendy memberi informasi. Namun, hanya direspon dengan anggukkan kepala oleh Richard.
Terpancar raut kekecewaan di wajah Richard. Pria itu hanya bisa berlapang dada menerima semua kekecewaan itu, mengingat sesuatu hal yang sudah sejak lama direncanakannya, ternyata harus gagal. Namun, di sisi lain ia juga merasa bahagia karena itu artinya ia tidak perlu LDR (Long Distance Relationship) dengan Aretha sebagai kekasihnya.
Ayah Richard yang tak lain adalah Felix Calder merupakan sosok yang memiliki watak yang keras dan tegas. Ia tidak bisa di tentang oleh siapapun, tak terkecuali anaknya sendiri.
Jiwa bisnis yang begitu tinggi membuat Felix sangat terobsesi untuk menjadikan putra satu-satunya itu mewarisi keahliannya dalam berbisnis. Bukan berarti ia tidak ingin putranya memiliki pendidikan yang tinggi. Namun, kondisi kesehatannyalah yang memaksa ia harus segera memposisikan Richard di perusahaannya.
PT. Calder Property yang tak lain adalah nama perusahaan keluarga Calder. Perusahan yang fokus pada bidang properti itu sudah berdiri sejak tahun 2005. Perusahaan itu didirikan oleh Bramantyo Calder yang merupakan ayah kandung dari Felix Calder.
Karena Bram hanya memiliki satu anak yang tak lain adalah Felix, maka setelah meninggal, Bram menyerahkan seluruh harta kekayaannya kepada putra semata wayangnya itu, termasuk perusahaan tersebut.
Namun, dua belas tahuh Felix mengelola perusahaan itu, ia tiba-tiba terserang penyakit jantung. Semakin lama kondisi kesehatannya semakin memburuk. Itulah mengapa ia meminta Richard untuk membantunya dalam mengelola perusahaan tersebut.
Bahkan, dari semenjak masih kuliah, Felix sudah mengajarkan putranya untuk ikut terjun ke dalam dunia bisnis. Itu semua Felix lakukan semata-mata hanya karena ingin memberikan pengalaman kepada putra satu- satunya itu, selagi ia mampu sehingga ia tidak perlu khawatir akan perusahaannya, ketika sakit jantung yang dideritanya semakin bertambah parah.
Entah karena jiwa bisnis yang diwariskan oleh orang tuanya, atau karena memang Richard adalah orang yang termasuk kalangan jenius sehingga Felix tidak pernah merasa kesulitan untuk mengajarkan putranya dalam mengelola perusahaan.
Richard bisa dengan mudah memahami apa yang diajarkan oleh ayahnya. Itulah mengapa Felix sangat ingin sekali Richard segera membantunya dalam mengelola perusahaan karena ia tahu akan kemampuan yang dimiliki oleh putranya itu.
*****
Sorenya, Aretha dan Richard nampak telah berada di dalam mobil. Mereka sedang berada dalam perjalanan pulang. Setelah sepuluh menit yang lalu Aretha menyadari keberadaan Richard di parkiran sekolah, ia langsung menghampiri pria itu dan segera masuk ke dalam mobil berwarna silver yang terparkir di samping pria itu.
Seperti telah menjadi kebiasaan. Mereka menyelipkan beberapa perbincangan ringan di tengah perjalanan mereka yang kali ini dimulai oleh Aretha.
"Kak, bagaimana dengan sidang skripsi kamu?" tanya Aretha seraya menoleh ke arah Richard yang masih fokus dengan kemudinya.
"Alhamdulillah ... lancar, Sayang," jawab Richard menunjukkan raut wajah yang begitu bahagia. "Aku lulus dengan nilai yang memuaskan," imbuhnya sembari menoleh ke arah Aretha sejenak, kemudian memfokuskan kembali pandangannya ke arah kemudi.
"Alhamdulillah ... selamat ya, Kak!" ucap Aretha senang.
"Makasih, Sayang." Richard mengusap puncak kepala Aretha dengan lembut.
Hening ....
Seketika perbincangan mereka terhenti. Aretha tampak menundukkan kepalanya, seolah ada yang tengah ia pikirkan. Setelah beberapa menit, gadis itu kembali memulai pembicaraan dengan Richard.
"Mm ... kamu jadi lanjut kulian di London?" tanya Aretha sedikit ragu. Ia menatap pria di sampingnya yang masih fokus dengan arah kemudi. Gadis itu tampak menunggu jawaban dari Richard.
Richard tersenyum. "Pengennya!" jawab Richard singkat tanpa menoleh ke arah gadis itu.
Seketika jawaban Richard membuat gadis itu termenung. Ia menekuk lehernya dengan ekspresi wajah memberengut. Tak ayal tingkah gadis itu tampak mengalihkan perhatian Richard. Seketika terbit senyuman di wajah pria itu.
"Tapi papa gak kasih ijin," ujar Richard seraya menatap Aretha sejenak.
Mendengar jawaban Richard, Aretha sedikit terkesiap. "Kenapa?" tanyanya seraya menatap heran pria itu.
"Papa memintaku untuk membantu beliau dalam mengelola perusahaan," jelas Richard dengan tatapan yang fokus ke arah jalanan. Sedangkan, Aretha hanya ber-oh ria menanggapinya.
Ada sedikit kebahagiaan yang terpancar di raut wajah gadis itu. Seketika ia menarik kedua sudut bibirnya, membentuk senyuman. Richard semakin terkekeh menahan senyum.
Entah kenapa ekspresi wajah Aretha saat itu terlihat sangat lucu dan menggemaskan. Seketika ekpresi itu membuat Richard ingin sekali mencubit pipinya yang chubby, tetapi tidak mengurangi kecantikannya itu.
"Kenapa senyum begitu?" tanya Richard seakan ingin menggodanya.
"Hn??" Aretha terkesiap. "Eng-enggak kenapa-kenapa," jawabnya sedikit gugup, seolah sedang tertangkap basah melakukan sesuatu hal yang buruk.
Tiba-tiba Richard menghentikan kemudinya, lalu memarkirkan mobil itu di tepi jalan yang sedikit sepi dari lalu lalang kendaraan sehingga membuat Aretha merasa heran.
"Lho, kenapa berhenti, Kak?" tanya Aretha penasaran. Richard menatap gadis itu dengan satu tangan yang masih memegangi setir mobil. Mereka tampak beradu pandang.
"Kamu senang kalau aku gak jadi kuliah di London?" tanya Richard seraya mencondongkan sedikit kepalanya hingga jarak mereka menjadi lebih dekat.
Aretha menundukkan kepalanya. Wajahnya tampak bersemu merah. Ia menganggukkan kepalanya berulang kali tanpa sedikit berbasa basi terlebih dahulu. Richard memang paling bisa membuatnya tersipu.
Aretha mendongakkan kepalanya, menatap ke arah Richard. "Tapi ... kalaupun kamu harus kuliah di sana, aku juga tetap akan dukung kamu, kok!" ucapnya yakin.
Richard pun melempar senyuman khasnya. "Kalau kamu senang, aku juga senang," ujar Richard seraya mengacak rambut Aretha, lalu mencubit sebelah pipi gadis itu dengan gemas.
"Ishh ... Kak Richard kebiasaan deh. Sakit aku tuh!" gerutu Aretha dengan nada manjanya.
"Uuh ... kasihan, mananya yang sakit, Sayang? Sini-sini, aku obatin!" goda Richard seraya mengerucutkan bibir, kemudian mendekatkan wajahnya, seolah berusaha mencoba mengecup pipi gadis itu.
Namun, secepat kilat Aretha menghalaunya sebelum jarak mereka semakin mendekat. Gadis itu tampak mendorong tubuh pria itu, sedikit menjauh darinya.
"Awas ya, jangan macam-macam!!" Ancam Aretha dengan penuh penekanan.
"Yah, mau aku obatin juga!" ucap Richard kecewa seraya melengos ke sembarang arah. Sedangkan, Aretha hanya berdecak kesal.
Richard kembali mengemudikan mobil setelah Aretha meminta kepada pria itu untuk segera mengantarkannya pulang.
_________
Happy Reading...!!
Jangan lupa LIKE and COMMENT😘😘
Author selalu menunggu kritik dan saran dari kalian 🙏🙏🙏
****
NEXT EPISODE...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 238 Episodes
Comments
Nyonya Cantex
davit nya mana kok lama...gak sabr
2021-06-01
0
Dina Diana
lanjut crta Nya
2021-05-18
0
Utit Dewisetyowati
lanjut seneng ceritanya
2021-05-18
0