"Hai!" sapa Richard kepada ketiga sahabat Aretha.
"Hai, Kak!" Ketiga sahabat Aretha menyapa balik.
"Kak Richard mau jemput Aretha?" tanya Diandra polos yang langsung mendapatkan anggukkan kepala dari Richard sebagai jawaban. Pria itu tampak tersenyum.
Sebagaimana yang dilakukan Ruchard, ketiga sahabat Aretha pun tersenyuman. Bukan hanya sekadar membalas pria itu, melainkan merasa bahagia karena orang yang Aretha tunggu telah berada di hadapannya. Paling tidak, Aretha dan Richard dapat segera menyelesaikan masalah mereka.
"Ya sudah, kalau gitu kita duluan ya, Kak," pamit Deasy mewakili.
Mereka bertiga pergi, setelah berpamitan kepada Richard dan Aretha, meskipun Aretha sama sekali tidak meresponnya. Setelah ketiga sahabat Aretha pergi, Richard mulai memfokuskan pandangannya ke arah Aretha yang masih terdiam membisu.
Melihat Aretha yang sedari tadi hanya termangu sembari menatapnya membuat Richard mencoba menggoyang-goyangkan telapak tangannya beberapa kali di depan wajah Aretha. Seketika Aretha dibuatnya mengerjap, lalu tersadar dari lamunannya.
Jelas gadis itu sangat terkejut dengan kedatangan Richard kala itu. Setelah dua minggu pria itu tidak memberinya kabar, tiba-tiba ia tengah berdiri di hadapannya, tanpa memberi tahu sebelumnya.
Namun, Kehadiran Richard yang tiba-tiba cukup membuat Otak Aretha seakan diracuni oleh bisikan-bisikan negatif yang entahlah datangnya dari mana.
Bisikan itu semakin lama, semakin terdengar jelas di telinganya. Satu kalimat yang mengatakan bahwa itu adalah pertemuan terakhirnya dengan Richard. Bahkan, kedatangan pria itu adalah hanya untuk mengakhiri hubungan dengannya. Itu sangat mengganggu pikiran gadis itu. Namun, seketika semua pikiran buruk yang tengah bergelayut di otaknya sirna begitu saja, setelah ia mencoba berusaha untuk mengakhirinya.
"Gak mungkin, kak Richard gak mungkin setega itu, kan?" gumamnya dalam hati seakan menghipnotis dirinya sendiri untuk melupakan semua pikiran buruk yang tengah bergelayut di otaknya.
"Kamu kenapa?" tanya Richard pelan sembari memegang kedua bahunya. Aretha hanya menggelengkan kepala mencoba menyembunyikan keresahan yang sempat mengganggu pikirannya. Namun, itu tidak membuat Richard percaya begitu saja.
"Ya sudah, kamu mau kan ikut denganku?" tanya Richard kemudian. Richard menarik tangan Aretha pelan menggeret gadis itu masuk ke dalam mobil, setelah Aretha mengiyakan.
Didalam mobil tidak ada sedikitpun kalimat yang terlontar dari keduanya. Aretha masih tidak percaya akan pertemuannya kala itu dengan Richard, sosok yang selama dua minggu ini dirindukannya. Begitupun dengan Richard.
Pria itu hanya memfokuskan pandangannya ke depan kemudi meskipun sesekali dia melirik ke arah Aretha yang berada di sampingnya. Entah kenapa, Richard seolah menunjukkan kekhawatiran dari tatapannya terhadap gadis yang sangat ia cintai itu.
Setelah beberapa saat, Richard menghentikan mobilnya di sebuah taman kota yang tak jauh dari sekolahan Aretha. Pria itu tampak mematikan mesin mobil dan membuka seatbelt yang melekat di tubuhnya, lalu mengajak Aretha untuk turun dari mobil itu.
Richard tampak mengedarkan pandangannya ke beberapa arah mencoba mencari tempat duduk yang sekiranya nyaman dan cukup teduh. Setelah menemukan tempat duduk yang cocok menurutnya, Richard langsung mengajak Aretha ke tempat itu, lalu mereka pun mendaratkan tubuhnya di atas kursi taman berukuran panjang.
"Kamu kenapa dari tadi diam terus, ha?" heran Richard seraya memposisikan duduknya menghadap Aretha dengan mengangkat satu kakinya ke atas kursi. Ia tampak melipat sebelah kakinya di atas kursi itu dan membiarkan sebelahnya lagi menggantung ke tanah. Sembari menatap sayu, pria itu menyelipkan sebagian rambut Aretha ke telinganya.
"Tidak apa-apa," lirih Aretha menggelengkan kepala sembari memaksakan senyumannya. Tentu saja dia berbohong akan ucapannya. "Kamu apa kabar?" tanyanya kemudian.
Ada rasa canggung, setelah dua minggu tidak bertemu bahkan berkomunikasi jarak jauh.
Richard tersenyum "seperti yang kamu lihat, aku baik-baik saja," jawab Richard.
Pria itu menatap dalam wajah Aretha. Aretha membalas tatapannya, tatapan yang sendu, seolah manahan kerinduan akan sosok pria yang ada di hadapannya. Begitu banyak yang ingin ia tanyakan kepada Richard, misalnya saja bertanya tentang kemana saja ia selama dua minggu ini? Kenapa nomor teleponnya mati? Dan kenapa juga tiba-tiba ia menjemputnya ke sekolah tanpa memberi kabar terlebih dahulu?
Memang tidak aneh jika Richard menjemput tiba-tiba karena itu sudah sering ia lakukan sebelumnya, tetapi setelah tragedi penolakan dari kedua orantuanya dan tidak ada kabar darinya, justru itu sangat aneh sekali mengingat itu bukanlah waktu yang sebentar untuk sepasang kekasih yang tengah merindu.
Aretha mengurungkan niat untuk tidak melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang seolah telah mengantri diotaknya. Hanya satu yang ia pikirkan saat itu, yaitu tidak ingin merusak suasana yang selama ini dinantikannya.
"Tadi aku kerumah, tetapi kata bi Reni kamu ke sekolah. Ya sudah, aku pikir lebih baik aku nyusulin kamu ke sekolah saja," terang Richard seolah tahu apa yang ingin di tanyakan oleh Aretha kemudian dia tersenyum sambil mengelus lembut pipi Aretha dengan punggung telapak tangannya. Aretha menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyuman.
"Apa kamu sesibuk itu sampai tidak sempat mengabariku?" rengek Aretha seraya mengerucutkan bibirnya.
Bukannya menjawab pertanyaan Aretha, Richard malah memeluknya, bahkan pelukannya begitu erat sehingga membuat Aretha sedikit kesulitan untuk bernapas. Namun, Aretha enggan untuk menghindarinya. Gadis itu membalas pelukan Richard dengan begitu erat seolah melepas rindu yang selama ini menjebak dirinya.
Setelah mereka berdua melepas rindu, Richard kembali merenggangkan pelukannya dari tubuh Aretha, lalu menatap lekat gadis itu.
"Apa aku boleh minta sesuatu?" tanya Richard tanpa mengalihkan sedikitpun pandangannya.
"Apa?" Aretha tampak penasaran.
Richard seketika terdiam, kemudian mengulas senyum khasnya.
"Janji!" jawab Richard singkat.
"Ha, janji?" Aretha sedikit mengernyitkan dahinya merasa heran. "Janji apa?" lanjutnya, setelah mendapat anggukkan dari Richard.
"Berjanjilah bahwa apapun yang akan terjadi, kamu harus tetap tersenyum dan tidak boleh sedih, apalagi sampai menangis!" titah Richard yang maksudnya masih belum dipahami oleh gadis itu.
"Hn?" Lagi-lagi Aretha mengernyitkan dahinya seolah memberi isyarat bahwa ia tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh Richard
"Aku cuma tidak mau melihat kamu sedih," jelas Richard memperjelas perkataan sebelumnya. Aretha menganggukkan kepalanya mengiyakan.
"Kamu janji?" Richard tampak memastikan sembari mengacungkan jari kelingkingnya layaknya anak kecil.
Aretha tersenyum. "Iya, aku janji!" jawab Aretha yang ikut mengacungkan jari kelingkingnya kemudian menautkannya dengan jari kelingking Richard. Seketika mereka tertawa menyadari tingkah laku mereka.
Terukir senyum bahagia di wajah Richard karena melihat Aretha bisa tersenyum kembali.
Karena tidak ada yang lebih membahagiakan bagiku, selain melihatmu bahagia, meskipun tanpa aku disampingmu.
"Apa kamu mencintaiku?" tanya Richard sambil memegang jemari tangan Aretha.
"Tentu saja aku mencintaimu," jawab Aretha yakin.
"Kalau kamu mencintaiku, tersenyumlah!" ucap Richard memohon dengan masih tetap menatap wajah Aretha.
Tatapan yang penuh kerinduan namun juga keresahan entah apa yang membuatnya seperti itu. Aretha membalas menatap mata Richard. Namun, seketika terlihat kekecewaan di mata Aretha seakan dia menyadari bahwa ada yang tengah disembunyikan oleh kekasihnya itu. Entah apa itu, yang jelas ia tahu betul bahwa Richard tidak cukup pandai menyembunyikan sesuatu darinya.
Setiap perkataan yang terlontar waktu itu seolah dia akan pergi meninggalkan Aretha, sehingga membuat gadis itu kembali memikirkan kemungkinan buruk yang akan dihadapinya. Namun, seketika ia menepis kembali pikirannya itu hanya karena tidak ingin merusak suasana kala itu.
Seusai melakukan kegiatan di taman, Richard mengajak Aretha makan, kemudian pergi ke toko buku dan jalan-jalan di mall. Mereka menghabiskan waktu seharian hingga larut malam. Sebelumnya Aretha telah menelepon sang mami terlebih dahulu, sekadar untuk meminta izin pulang telat.
Serangkaian kegiatan mereka telah usai, Richard segera mengantarkan Aretha pulang sampai di depan rumahnya.
***
Setelah seharian Aretha menghabiskan waktu bersama Richard, ternyata membuat Aretha terjaga dari tidurnya. Mungkin karena terlalu lelah. Tidak! bukan, bukan karena itu. Bukankah sejatinya orang lelah itu justru akan lebih mudah untuk tertidur? Lantas, kenapa Aretha tidak bisa tidur, setelah pertemuannya dengan Richard?
Ya, tentu saja itu karena masih banyak pertanyaan yang belum ia utarakan kepada Richard, lalu mengganggu pikirannya. Aretha mencoba menerka-nerka jawaban akan setiap pertanyaan yang ada dalam pikirannya itu. Namun, tak kunjung mendapatkan jawaban.
Sikap Richard seolah-olah memberikan firasat buruk dan membenarkan akan semua bisikan-bisikan yang telah mengganggu pikiran gadis itu.
Kedatangannya yang secara tiba-tiba, setelah dua minggu tidak ada kabar, kemudian pertanyaan Aretha yang hanya di jawab dengan pelukan, lalu janji itu? Taerkhir, Richard mengajak jalan Aretha hingga larut malam. Itu semua sangat membuat Aretha bertanya-tanya sehingga menimbulkan rasa takut di benaknya. Ya, takut jika itu dilakukan Richard hanya sebagai tanda sebelum perpisahan.
"Tuhan, apa yang aku pikirkan ini benar adanya?" lirih Aretha dalam posisi terlentang sambil menatap langit-langit kamarnya. "Aku tidak tahu apa yang akan terjadi, setelah ini." imbuhnya.
Aretha mencoba menepisnya, namun sepertinya semua enggan pergi dari pikirannya. Bahkan, waktu sudah menunjukan pukul 02.00 dini hari, Aretha masih bisa menutup matanya. Namun, setelah setengah jam kemudian, akhirnya ia dapat melakukan apa yang ia inginkan, yaitu tidur dengan nyenyak tanpa ada hal lain yang mengganggunya, termasuk mimpi.
____________________
Mohon maaf ya karena authornya masih baru banget jadi kemungkinan tulisannya masih banyak kekurangan. Untuk itu, author mohon banget minta kritik dan sarannya agar bisa memperbaiki karyanya dengan lebih baik lagi.
mohon maaf juga jika banyak typo yang bertebaran dimana-mana 🙏
**MOHON BANTU LIKE, COMMENT, RATING, AND VOTE YA...
Happy Reading.. 😘😘**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 238 Episodes
Comments
Rahmawaty❣️
Dsni udh mewek gw😩😩
2023-01-22
0
Sulaiman Efendy
RICHARD PSTI UDH NIKAH SAMA ANAK REKAN BISNIS PAPA FELIX..
2022-11-04
0
Fenty arifian
sedih bngt..
2021-12-26
0