Possessive Love
Jakarta, 2010
Siang itu, pada waktu istirahat, sekelompok gadis remaja berseragam putih abu-abu, tampak tengah berkumpul di sebuah kantin sekolah. Salah satu dari mereka ialah Aretha Chairani Grissham yang merupakan salah satu siswi berprestasi di sekolah. Gadis itu merupakan siswi kelas XII, kurang lebih dua bulan lagi akan melaksanakan Ujian Nasional.
Gadis yang akrab disapa Rere itu adalah anak semata wayang dari pasangan Antonio Grissham dan Carmila Grissham. Ayahnya merupakan salah satu pengusaha ternama di Indonesia, sedangkan ibunya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa.
Terlahir dari pasangan yang begitu menyayanginya membuat gadis itu memiliki kebahagiaan tersendiri sehingga tumbuh menjadi pribadi yang periang dan supel. Ia termasuk salah seorang remaja yang mudah bergaul. Meskipun ia memiliki tiga sahabat yang selalu setia menemaninya, tetapi ia tidak pernah membatasi pergaulan dengan siapa pun. Itu sebabnya ia mempunyai banyak teman.
Drt ... drt ... drt ....
Di tengah kegiatan mereka, tiba-tiba terdengar getaran ponsel, sontak membuat Aretha dan ketiga sahabatnya mengalihkan perhatian ke arah meja, dimana benda pipih itu tergeletak di sana.
Nampaknya ponsel tersebut milik Aretha. Secepat kilat, ia meraih benda pipih tersebut dan melihat layar ponselnya.
My Rich is calling ...
Senyum merekah nampak di wajah gadis itu sehingga menimbulkan pipinya yang semakin terlihat chubby. Ia segera menggeser icon berwarna hijau, menandakan akan menerima panggilan tersebut.
"Hallo, Sayang ... kamu sudah makan siang?" Suara di seberang sana.
"Hallo, Kak, ini aku lagi di kantin, kok!" jawab Aretha sembari mengaduk minuman lemon tea miliknya. "Kamu sendiri gimana, Sudah makan belum atau masih sibuk dengan tugas paper kamu? " tanyanya kemudian.
"Iya, sebentar lagi aku makan, Yank!" jawab Richard.
"Ya sudah, jangan lupa ya!"
"Siap! Aku tutup dulu ya teleponnya. Bye, Sayang!"
"Bye!"
Aretha meletakkan kembali ponselnya ke tempat semula, setelah mengakhiri obrolannya dengan Richard. Obrolan yang tentu saja menjadikan pusat perhatian ketiga gadis yang berada di sana. Mereka adalah Deasy, Diandra dan Tania yang tak lain adalah sahabat dari Aretha.
Kehadiran Richard Calder sebagai kekasihnya membuat kebahagiaan gadis itu semakin sempurna. Pria itu selalu membuatnya merasa menjadi gadis yang paling bahagia di dunia.
Ditengah Kesibukannya menyusun skripsi, tidak lantas membuat pria itu melupakan gadis yang begitu dicintainya. Ia tetap berusaha menjadi yang terbaik untuk Aretha dan selalu memberikan perhatian kepada gadis itu, meskipun hanya dengan cara yang sederhana.
Pria yang berusia 21 tahun itu memiliki kepribadian yang baik, Dewasa dan berwibawa. Parasnya yang tampan nyatanya tidak jarang membuat kaum hawa terbius akan pesonanya. Namun, ia terbilang sulit untuk jatuh cinta. Dari sekian banyaknya wanita yang ia kenal, hanyalah Aretha yang mampu menaklukkan hatinya.
Pasangan yang terpaut usia empat tahun ini, memang kerap sekali mengumbar kemesraan di depan sahabatnya sehingga mereka menjulukinya sebagai perfect couple.
Setelah meletakkan ponsel itu ke tempat semula, Aretha mengalihkan pandangan ke arah ketiga sahabatnya, secara bergantian. Ia termangu, ketika menyadari tatapan ketiga sahabatnya. Entah apa yang membuat ketiga gadis itu memasang ekspresi wajah datar saat menatapnya.
"Kalian kenapa lihatin gue kayak gitu?" tanya Aretha dengan rasa penasarannya.
Deasy melipat lengannya di atas meja. "Hidup lo enak banget sih, Re," ucapnya datar. "Gue kapan ya bisa kayak lo?" imbuhnya sembari mengalihkan pandangan ke arah gelas berisi orang juice, kemudian menyeruput minuman itu.
"Iya, boleh gak sih, kalau gue bilang Tuhan tuh gak adil?" timpal Diandra.
"Hus! sembarangan! Kalau ngomong tuh hati-hati, jangan asal bunyi, pakai bawa-bawa Tuhan segala!" ujar Tania, sedikit memberi jeda. “Hidup seseorang itu sudah ada yang ngatur. Jadi, ya syukurin saja apa yang Tuhan kasih untuk kita dan ikhlasin apa yang Tuhan kasih untuk orang lain." imbuhnya bijak.
"Nah tuh, dengerin!" tukas Aretha. "Don't be jealous of what other people have!" lanjutnya yang langsung dimengerti oleh kedua sahabatnya.
"Lagian, dia menang banyak sih! Udah punya cowok ganteng, baik, perhatian, dewasa, tajir melintir pula, kurang apa coba??" keluh Deasy.
"Betul! Lah kita, sampe ijo lumutan gini masih saja statusnya JOMBLO!" timpal Diandra meratapi nasibnya.
"Ya udah sih ya, jodoh kan emang udah ada yang ngatur!" ujar Tania lagi-lagi mengeluarkan fatwanya. Namun, kala itu dengan wajah tanpa ekspresi, seolah harus menerima keterpaksaan. Iya terpaksa, terpaksa karena harus berlapang dada meratapi nasibnya sendiri yang sama-sama jomblo.
Aretha hanya menggelengkan kepala, tanpa menanggapi ocehan yang dirasa sudah sering sekali terngiang di telinga. Jadi, menurutnya tidak perlu lagi ditanggapi berulang kali.
"Pulang nanti, lo dijemput lagi, Re?" tanya Deasy kemudian.
Aretha menganggukkan kepalanya. "Ya, seperti biasa. Kenapa?" Tanya Aretha sembari melirik ke arah Deasy.
"Hmm ... kapan gue–" Lirih Deasy seraya berpikir.
"Kagak usah mikirin yang aneh-aneh, ingat bentar lagi ujian. Mendingan tuh otak difokusin ke UN saja!" sela Aretha memotong pembicaraan Deasy.
"Tahu! Punya otak tuh jangan dipake ngehalu mulu!" timpal Tania sambil mengusap kasar wajah Deasy sehingga membuyarkan sedikit angannya.
"Sialan! Nasib lo juga sama, kan, kayak gue?" umpat Deasy.
"Yang penting kan gue gak ngehalu kayak lo!" jawab Tania.
"Gak usah pura-pura tabah, kalo hati lo ternyata nyesek meratapi nasib yang sama kayak kita!" ledek Diandra menimpali.
"BODO AMAT!!!!" ketus Tania, sedangkan Aretha hanya menyaksikan pertikaian ketiga sahabatnya sambil terkekeh menahan senyum.
Ditengah kegiatan mereka, tak lama bel masuk berbunyi. Seketika seluruh siswa yang berada di kantin itu masuk ke dalam kelasnya masing-masing tak terkecuali Aretha dan ketiga sahabatnya.
***
Setelah kegiatan pembelajaran di sekolah selesai, Aretha langsung keluar dan berjalan menuju tempat parkir. Dari jarak sekitar lima meter, tampak seorang pria bertubuh atletis tengah berdiri sambil bersandar pada mobil silver miliknya. Pria itu tak lain ialah Richard. Gadis itu pun segera menghampiri Richard.
"Hai, Sayang, sudah dari tadi?" tanya Aretha ketika telah berada di hadapan Richard.
"Enggak kok," jawab Richard sembari tersenyum. "Ya sudah, yuk!" ajaknya kemudian yang langsung mendapat anggukkan dari gadis itu.
Mereka melekatkan seatbelt ke tubuhnya masing-masing, setelah berada di dalam mobil. Richard mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Di tengah perjalanan menuju rumah Aretha, mereka melakukan berbagai perbincangan sekadar penghilang jenuh.
"Gimana sekolah hari ini?" tanya Richard sambil menoleh ke arah Aretha sejenak, kemudian memusatkan kembali pandangannya kearah kemudi.
"Hmm ... masih seperti biasa, Kak!" jawab Aretha. "Bagaimana dengan paper kamu, sudah selesai?" tanyanya kemudian.
"Ya, hanya menunggu jadwal bimbingan!" jawab Richard.
"Oh ... syukurlah!" ucap Aretha sembari menganggukkan kepalanya.
"Oh ya, kamu mau aku antar kemana dulu, nih?" tanya Richard.
"Mmm ... kayaknya langsung pulang saja deh, Kak."
"Baiklah!" Richard mengiyakan.
Setengah jam pun berlalu, akhirnya mereka sampai di tempat yang dituju. Pria itu turun terlebih dahulu dari mobil, lalu membukakan pintu mobil untuk Aretha. Gadis itu pun langsung turun dan memijakan kaki tepat di halaman rumahnya, setelah pintu mobil terbuka.
"Kak, kamu tidak perlulah berlebihan kayak gini!" seru Aretha menolak diperlakukan layaknya seorang putri oleh kekasihnya.
Ini bukanlah kali pertama gadis itu menolak perlakuan Richard yang menurutnya berlebihan. Namun, pria itu tidak pernah menghiraukan karena menurutnya wanita itu adalah makhluk yang harus dihargai dan dihormati, apalagi Aretha adalah wanita yang saat ini dicintainya. Jadi, sudah sepantasnya dia memperlakukan gadis itu seperti seorang putri.
"Kamu tuh apaan sih, tidak ada yang berlebihan, kok!" ucap Richard sambil mengacak rambut Aretha. "Ya sudah, kamu masuk, gih!" tuturnya.
"Kamu gak masuk dulu?" tanya Aretha.
"Aku langsung pulang, ya?" ucap Richard. "Kamu mandi terus istirahat, jangan lupa makan!" imbuhnya mengingatkan.
"Ya sudah, take care ya!" ucap Aretha mengingatkan.
Seketika terbit senyuman di wajah Ruchard. "Ya sudah, aku pulang ya, bye!" ucap Richard sembari memegang pipi Aretha sekilas, kemudian berlalu masuk ke dalam mobil. Aretha hanya menganggukkan kepala sembari tersenyum. Setelah mobil Richard sudah tidak terjangkau oleh netranya, gadis itu masuk ke dalam rumah.
Kak Richard, kamu tidak tahu saja, seandainya ketiga sahabatku tahu perlakuan kamu yang sebegitunya manisnya terhadapku, Bisa tambah iri mereka! gumam Aretha dalam hati sembari berjalan masuk kedalam rumah.
Selama dua tahun berpacaran, Richard selalu memperlakukan Aretha dengan baik. Ia sangat menghargai kekasihnya sebagai seorang wanita. Bahkan, pria itu juga selalu menjaga kehormatan gadis itu dengan tidak memperlakukannya seperti wanita murahan. Pria itu tidak pernah mengeluarkan kata-kata kasar yang dapat menyakiti perasaan kekasihnya, sekali pun mereka dihadapkan dengan masalah dalam hubungan mereka. Richard selalu menghadapi dengan sikap dewasa, sekalipun Aretha yang salah, dia tetap selalu mengalah.
Waktu yang lumayan lama untuk menjalin sebuah hubungan sebagai seorang kekasih, tidak lantas merubah perasaan keduanya. Perasaannya masih sama seperti dulu, yaitu sama-sama saling mencintai satu sama lain.
__________
Chapter ini sudah berulang kali di revisi, namun tidak menutup kemungkinan masih banyaknya kesalah ataupun typo yang tanpa author sadari. Oleh karena itu, author mohon dengan sangat agar para readers bisa memberikan sedikit krisannya guna untuk menjadikan karya yang lebih baik lagi.
terima kasih sudah mampir
Happy Reading!
semoga kalian suka!
jangan lupa tinggalin jejak dengan like and comment!!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 238 Episodes
Comments
Soraya
pertama numpang duduk dl ya kak
2022-12-16
0
Anggita
aku juga suka smoga smakin kebawh ceritanya smakin seru
2022-05-29
0
Neng Theea Umi Rifa
mampir
2021-12-28
0