Pukul 08.30 Aretha telah tiba di kantor, dimana ia magang. Itu artinya ia sudah telat tiga puluh menit dari waktu yang sudah ditentukan.
Setelah turun dari taxi, ia memijakkan kakinya tepat di halaman kantor. Dengan sedikit tergesa-gesa dan ekspresi cemas, gadis itu masuk ke dalam kantor. Mengingat hari itu adalah hari pertama bos baru masuk kerja, ia sedikit khawatir akan nasibnya, entahlah si bos akan memakluminya atau tidak?
Di dalam terlihat seluruh karyawan tengah berbaris rapi, tak terkecuali Diandra yang kala itu ikut berbaris di antara karyawan lainnya. Aretha yang baru saja datang sedikit terkejut melihat hal yang tak biasa.
Ya, mereka berbaris tak lain dan tak bukan adalah untuk menyambut kehadiran bos baru yang pada saat itu telah berada di tengah-tengah barisan di ruangan tersebut.
Di samping Diandra terlihat Bu Lisa yang memiliki perut buncit karena tengah hamil tua. Bu Lisa adalah sekretaris pak Kris, seorang pimpinan perusahaan sebelumnya, sementara di tengah barisan terlihat seorang pria asing yang tengah berdiri memunggunginya. Dilihat dari penampilannya, Aretha bisa menebak bahwa pria itu pasti bos baru yang akan memimpin perusahaan tersebut.
Aretha mengatur nafas sebelum ia menghampiri beberapa orang yang ada di ruangan tersebut.
"Saya harap kita bisa bekerjasama dengan baik!" Suara bariton seketika memecah di ruangan itu sehingga membuat langkah Aretha seketika terhenti, tepat sekitar satu meter di belakang pria asing itu.
"Ma-maaf saya telat!" lirih Aretha.
Pria itu membalikkan badannya ke arah Aretha. Aretha terkejut saat mendapati wajahnya. Seketika gadis itu terbelalak kaget, dengan mulut sedikit terbuka. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya, ia seolah terkesima karena pria yang berada di depannya adalah pria yang bertemu dengannya di jalan tadi.
"Saya paling tidak suka dengan orang yang tidak disiplin dan tidak punya SOPAN SANTUN!" tegas pria itu penuh penekanan sembari menatap tajam Aretha, sontak membuat seluruh karyawan menunduk, tak terkecuali Aretha yang saat itu baru tersadar akan tatapan membunuh pria itu.
"Ah, kenapa harus dia sih?" gumam Aretha dalam hati.
"Saya harap kalian bisa patuhi seluruh peraturan di perusahaan ini. Mangkir? Silahkan out!!" Pria itu membalikkan badannya kembali kemudian melangkahkan kakinya.
"Cih, tengil!" umpat Aretha yang sontak membuat sang bos baru menghentikan langkahnya, lalu menghampirinya kembali.
"Anda! Ikut ke ruangan saya!" ucap Pria itu dengan tatapan tajam sembari menunjuk ke arah Aretha.
"Ba-baik, Pak!" ucap Aretha gugup.
Sial! Tajam amat sih tu telinga, padahal udah gue turunin volume suara gue!
Diandra menghampiri Aretha yang kala itu masih berdiri di tempatnya. "Aduh, Re ... mbok ya kalau ngomong tuh hati-hati!" ucap Diandra dengan gaya logat jawanya. "Masa CEO ganteng gitu lo bilang tengil, sih?" imbuhnya.
"Lah, memang iya. Lo lihat saja gayanya!" kesal Aretha.
"Itu wibawa namanya, Re ... bukan tengil!" jelas Diandra.
"Ah, terserah lo, deh!"
Aretha berjalan menuju meja kerjanya, lalu menaruh tote bag yang dibawanya di atas meja, sebelum ia masuk ke ruangan bos baru.
"Lagian, lo kenapa bisa telat, sih?" tanya Diandra yang kala itu mengekorinya.
"Ada incident kecil, Ra!" jawab Aretha. "Aduh ... gue deg-degan banget tahu, Ra!" imbuhnya sedikit gemetar.
"Lo, sih ... kalau ngomong suka lupa ngerem, kena batunya kan, lo?"
"Emang dasar tuh kupingnya aja yang tajam, udah gue kecilin juga volume suara gue!" sergah Aretha.
"Sudah, lo buruan temui pak David, nanti kena semprot lagi, lo!"
"Namanya pak David?" tanya Aretha meyakinkan.
"Iya." jawab Diandra singkat.
"Ya Allah ... lindungilah hambamu ini, Aamiin!" ucap Aretha seraya mengangkat kedua tangannya kemudian mengusapkan ke wajahnya yang cukup membuat Diandra terkekeh menahan tawa.
Dengan rasa ragu dan deg-degan, gadis itu melangkahkan kakinya menuju ruangan sang bos baru. Ia tampak mengetuk pintu ruangan itu, setelah ia berada tepat di depan ruangan yang dimaksud. Tak berapa lama, gadis itu masuk ke dalam ruangan, setelah sang empunya memberikan izin.
"Permisi, pak!" ucap Aretha seraya menghampiri meja kerja sang bos.
Tampak sang atasan baru tengah duduk di kursi putar, sementara Aretha hanya berdiri di hadapannya dengan di batasi meja kerja di ruangan itu. Tidak sedikit pun pandangan David teralihkan dengan keberadaan Aretha di sana. Pandangannya ia fokuskan ke beberapa berkas yang nampak sudah menumpuk di atas meja.
"Ini gue gak di suruh duduk gitu?" Gumam Aretha dalam hati.
"Nama anda siapa?" tanya David tanpa menoleh ke arah Aretha. Aretha sedikit terkesiap mendapat pertanyaan dari David.
"Saya ... A-Aretha, Pak!" jawab Aretha gugup.
"Anda saya pecat!" tegas David yang sontak membuat Aretha membelalakkan matanya.
"Ha?" Antara percaya atau tidak yang jelas Aretha sangat terkejut dengan pernyataan sang bos.
Aretha tertegun beberapa saat. Ia tidak percaya jika ulahnya akan berakhir seperti itu. Bagaimana bisa ia menghentikan magangnya di tengah jalan, pikirnya.
Apa? Bahkan gue dipecat, sebelum jadi karyawan tetap disini? Yang bener saja!
"Kenapa anda masih berdiri disitu?" tanya David sedikit mendongakkan kepalanya, "Uang pesangonnya akan segera saya urus!" imbuhnya.
"Ma-maaf, Pak, tetapi saya di sini hanya sedang magang, saya harap bapak bisa mempertimbangkan kembali keputusan bapak." jelas Aretha.
"Oh, jadi anda hanya mahasiswi magang?" tanya David seraya mengangkat tubuhnya. Wajahnya terlihat sedikit geram namun emosinya masih bisa tertahan. "Bagaimana bisa anda yang hanya mahasiswi magang, tetapi berani untuk tidak mengikuti peraturan perusahaan?" sindirnya.
"Maat, tetapi itu kan karna kesalahan, Bapak!" ucap Aretha polos sontak membuat David mempertajam tatapannya. Seektika Aretha sedikit menciut melihatnya.
"Anda masih saja menyalahkan saya soal kejadian tadi?" ketus David, "Anda tahu jalanan becek, terus kenapa anda berdiri disitu? Apa itu salah saya, Nona Aretha?" imbuhnya.
"Ah, salah ngomong lagi gue!" Aretha merutuk dalam hati.
Aretha sedikit mendongakkan kepalanya. "Ah, bukan! Maksud saya, Bapak kan tahu alasannya, kenapa saya bisa datang terlambat." jelas Aretha dengan nada hati-hati.
Kalo bukan karna dia atasan gue, sudah gue cincang tuh orang!
"Maaf, saya tidak menerima alasan apapun!"
"Jadi maksud Bapak, saya tetap tidak bisa melanjutkan magang saya di sini?" tanya Aretha sedikit kecewa."Pak, tolong pertimbangkan lagi, saya mohon!" imbuhnya memelas dengan mengatupkan kedua telapak tangannya. David terlihat sedang berpikir.
"Baiklah, kali ini saya maafkan, tetapi jika sekali lagi anda melakukan perbuatan yang sama, jangan harap saya memberikan ampun!"
"Baik, Pak. Terima kasih!" ucap Aretha senang, "Saya juga minta maaf soal kejadian tadi." imbuhnya.
"Hm ...."
"Kalau begitu, saya permisi, Pak!" David hanya menganggukkan kepalanya.
Aretha pun melangkahkan kakinya menuju pintu. Namun, suara David seketika menghentikan langkahnya, sebelum ia berhasil memegang daun handle pintu itu.
"Tunggu!" seru David. Aretha kembali mebalikkan badannya.
"Iya, Pak, ada yang bisa saya bantu?"
"Saya paling tidak suka sama karyawan yang suka mengumpat atasannya!" tegas David yang lebih ke nada menyindir.
Aretha terkesiap merasa tersinggung akan ucapan David, namun ia hadapi dengan biasa saja meskipun dalam hatinya sangat ingin mengumpat atasannya itu.
"Baik, Pak. Saya permisi!" Aretha langsung membuka pintu yang kala itu tidak jauh dari jangkauannya kemudian kembali ke meja kerjanya.
----------
Hai Readers tercinta ... 💜💜💜
ikuti terus ya ... lanjutan ceritanya!
jangan lupa LIKE and COMMENT-nya!!!
Author yang recehan ini selalu menunggu krisan dari kalian, loh...!
Thank you ... 🥰🥰
NEXT EPISODE ... ➡️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 238 Episodes
Comments
⍥⃝◡̈⃝︎⍨⃝⍢⃝⍣⃝ RIS⍥⃝⌓̈⃝⍨⃝⍣⃝
asah
2022-04-15
0
⍥⃝◡̈⃝︎⍨⃝⍢⃝⍣⃝ RIS⍥⃝⌓̈⃝⍨⃝⍣⃝
d jhf
2022-04-15
0
Susilawati Dewi
ya pasti david niih jodoh areta
2021-12-18
0