Part 20

Pagi ini suasana kantor terasa sangat membosankan, apalagi ketika melihat tingkah Rara sang sekertaris, membuat Danu berdecak geram.

Menjadi seorang pemimpin, tak seindah seperti yang mereka bayangkan. Tidak bisa leluasa pergi seenaknya, dan harus mengikuti beberapa meeting serta presentasi untuk menentukan nasib perusahaan dan ribuan karyawan di dalamnya.

"Pak, nanti siang ada acara makan siang bersama para klien" ucap Rara "Dan ini berkas-berkas yang harus bapak tanda tangani" Rara menyerahkan beberapa dokumen pada Danu.

Danu segera menandatangani setelah membaca sekilas isi dari beberapa dokumen itu, lalu menatanya kembali dengan rapi.

Pagi berganti siang, hingga sore menjelang, sudah waktunya Danu pulang kantor.

Saat tiba di rumah, Danu melihat Nina sedang berkutat di dapur. Apalagi yang di lakukan Nina selain memasak untuk makan malam sang suami. Hanya itu aktifitasnya Nina setelah menjadi seorang istri.

Kesalahpahaman yang membuatnya menikah dengan pria asing secara mendadak, membuat Nina harus putus kuliah. Nina lebih memilih fokus mengurus suami dan rumah tangganya.

Seandainya kejadian dua tahun lalu tidak di alaminya, Nina pasti sudah hampir lulus dengan pendidikannya yang memilih jurusan di bidang Fashion designer.

Namun itu sama sekali tidak membuat Nina menyesal, karena lambat laun ia pun mencintai suaminya.

Setelah selesai makan malam, Danu mengajak Nina untuk bicara. Mereka bersama-sama melangkah menuju ruang TV.

"Apa yang mas ingin bicarakan?" tanya Nina saat sudah duduk menghadap tv yang menyala.

Danu baru menyadari, jika Nina selalu menundukan kepala saat bicara dengannya.

"Apa kamu selalu menunduk saat sedang berhadapan denganku?" tanya Danu seraya menyenderkan punggung di sofa. Selama ini Danu memang tidak pernah tahu jika Nina tidak pernah menatap wajahnya, sama halnya dia yang selalu mengalihkan pandangan ke arah lain saat bicara dengannya.

"Mas sendiri selalu membuang muka saat bicara denganku" sergah Nara tanpa melihatnya.

"Kamu sekarang pintar menjawab ya?"

"Mas Danu yang mengajariku selama ini?"

Danu mendengus. "Minggu depan aku akan keluar dari rumah ini, maaf aku telah menyakitimu"

"Tidak masalah mas, maaf juga jika aku pun menyakitimu" Nina tampak santai menanggapi ucapan Danu.

"Kamu tidak marah, atau sedih?"

"Kenapa aku harus sedih, bukannya segala sesuatu sudah di atur sama Allah. Jika aku kehilangan mas, aku bisa meminta pada-Nya untuk memberikan penggantimu"

Dada Danu berdesir hebat, seolah tidak terima dengan ucapan Nina. Danu menatap Nina yang saat ini tengah menunduk menatap layar ponsel.

"Aku memang bukan yang terbaik untukmu, aku lelaki pezina"

Kedua kalinya Nina sama sekali tak terkejut dengan apa yang Danu katakan.

"Kenapa kamu tampak santai, mendengar bahwa suamimu seorang pezina?"

"Lalu aku harus apa? menangis, sedih?" Nina tersenyum getir. "Mas tidak perlu pergi dari sini, biar aku yang pergi, lagian ini bukan rumahku, tidak ada alasan untuk aku tinggal disini jika aku sudah bercerai dengan suamiku" Usai mengatakan itu, Nina lalu berdiri hendak meninggalkan Danu. Tapi baru tiga langkah, pergelangan tangan Nina di raih oleh Danu

"Kamu mau kemana, aku belum selesai bicara?"

"Tapi aku sudah selesai mas, jadi lepaskan tanganku"

"Aku tidak peduli, yang jelas aku belum selesai" jawab Danu masih dengan mencengkram pergelangan tangan Nina.

Tak ada pilihan lain, akhirnya Nina kembali mendudukan tubuhnya pada sofa, menyenderkan punggung, dengan melipat satu tangan di dada, dan tangan lain memegang remot tv. Dia menyalakan televisi, berkali-kali memindai chanel tv. Entah acara apa yang ingin ia tonton.

Danu tahu sikap Nina sedang cemburu dan sedang melampiaskan kemarahannya pada stasiun tv.

"Aku minta maaf Nina, aku sudah menghianatimu, besok aku akan menemui abi, untuk mengembalikanmu padanya"

Seketika Nina mematikan tv, lalu membanting remotnya di sofa. Tanpa merespon ucapan Danu, wanita itu berjalan meninggalkan suaminya yang masih mematung duduk di ruang keluarga.

Saat berada di kamar, Nina segera menutup pintu dan menguncinya. Dia mencari cincin dan kalung pemberian Danu saat berperan menjadi Nesa, Ia meraih Cincinya, menatap dalam benda berbentuk bundar, lalu melemparkannya ke sembarang arah.

Ting..ting..ting

Entah menggelinding kemana benda itu, ia tidak peduli, saat ini dia sedang marah, tapi tidak tahu kemarahannya pada siapa.

Nina memindai dirinya melalui pantulan cermin.

"Kenapa nasibku sangat buruk. Pertama, aku harus menikah dengan lelaki yang tidak aku cintai. Kedua, setelah aku mencintainya, dia malah mencintai wanita lain. Apa kesalahanku? Aku punya banyak waktu, tapi kenapa tidak bisa membuat suamiku mencintaiku, sedangkan Nesa, hanya satu kali hentakan mas Danu langsung jatuh cinta"

"Jika pada akhirnya seperti ini, kenapa ada cinta yang tumbuh di hatiku?"

Mengehela napas berat, Nina melangkah menuju lemari, mengeluarkan koper dari dalam sana, dan mulai memasukan satu persatu pakaian yang selalu menutup rapat tubuh dan kepalanya.

Keputusannya sudah bulat, ia akan meninggalkan rumah besok pagi dan berniat pergi ke rumah kakak laki-lakinya di Malang.

Dia akan menjelaskan pada orang tuanya bahwa dialah yang menghianati Danu. Supaya orang tuanya tidak menyalahkan dan membenci sang suami.

"Biarlah abi dan umi menyalahkanku, aku tidak mau mereka membenci mas Danu, karena sampai detik ini, aku masih sangat mencintainya" gumam Nina masih dengan mengemasi pakaiannya. Tidak lupa ia memasukan pakaian seksi yang biasa ia kenakan saat menemui Danu sebagai Nesa.

"Maafkan aku mas, jika Nesa sudah tidak bisa menemuimu lagi, aku akan melupakanmu, aku dan Nesa akan menghilang dari hidupmu"

Usai mengemasi pakaiannya, Nina merebahkan diri di atas kasur, meraih ponsel yang ia gunakan saat berperan menjadi Nesa untuk menghubungi Danu.

Ada beberapa pesan dari Danu ketika ponselnya menyala.

Mas Danu : "Sayang bersiaplah kita akan menikah"

"Mas Danu : "Kita mulai dari awal"

"Mas Danu : "Jangan lupa hari minggu kita bertemu"

"Mas Danu : "Kalau sudah membaca pesanku, segera balas atau telfon nomorku"

"Mas Danu : "I Loff you, I miss you sayang"

Nina menyunggingkan senyum saat membaca pesan sialan dari Danu.

Dia membuka penutup ponselnya, melepas simcard dari tempatnya, memotong menjadi empat bagian menggunakan gunting, lalu membuangnya ke tempat sampah.

"Selamat tinggal Nesa"

"Selama tinggal mss Danu"

"Maafkan aku, sudah membohongimu"

"Biarlah Nesa menghilang tanpa jejak"

Tanpa Nina jelaskan siapa Nesa sebenarnya, ini akan menjadi rahasianya sampai kapanpun.

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Bojone AgustD 💜

Bojone AgustD 💜

mampus lu Danu, siap² masuk rumah sakit jiwa!!

2025-03-06

0

Murniyati

Murniyati

hamidun dahh

2024-12-30

0

Susilawati

Susilawati

kenapa kamu harus berkorban terus Nina, dgn mengatakan kalo kamu yg selingkuh dan lagi gimana nanti kalo kamu hamil

2024-03-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!