Part 9

Sudah satu minggu ponsel Nesa tidak bisa di hubungi, dia hanya mengaktifkan ketika ingin membaca pesan dari Danu, setelah itu, Nina kembali mematikannya tanpa membalas.

Sejak saat itu Danu pun sering uring-uringan, menggerutu tidak jelas, bahkan tak segan-segan melampiaskan kekesalannya pada Nina.

Seperti malam ini sepulang dari kantor, Danu yang sedang lelah dan sedikit mabuk karena berpesta dengan para keryawan untuk merayakan keberhasilan dalam mengelola perusahaan, Ia melemparkan tas ke arah Nina, dan dengan sigap Nina menangkapnya.

Danu selalu memaki Nina, seolah apapun yang di lakukannya selalu salah di matanya. Namun Nina tak pernah tersinggung atas umpatan sang suami, Nina seperti mati rasa dengan segala perkataan dan sikap kasar darinya.

"Baru satu minggu kamu sudah seperti orang gila mas, bagaimana jika Nesa benar-benar menghilang dari hidupmu" Batin Nina.

Nina segera menangkap tubuh Danu yang berjalan sempoyongan seperti mau jatuh, ia bergegas membawanya ke dalam kamar, melepas satu persatu sepatu dan kaos kaki, serta melonggarkan dasi pada lehernya. Walaupun Danu sudah sering menyakiti dengan kata-katanya, tak membuat Nina lepas dari tanggung jawab sebagai seorang istri. Ia tetap melayani suaminya dengan senang hati. Tidak di pungkiri, Nina benar-benar sudah jatuh cinta sejak lama. Bahkan dia berniat membongkar tentang Nesa dalam waktu dekat karena selalu merasa bersalah dengan perbuatannya dalam menipu suaminya.

Setelah membaringkan tubuh Danu di atas tempat tidur, Nina berniat ke dapur untuk membuatkan segelas air lemon untuk sang suami.

Tidak kurang dari sepuluh menit, Nina sudah kembali ke kamar Danu dengan membawa segelas air lemon di tangannya.

"Mas minumlah, kamu akan merasa lebih baik nanti"

Danu pun menuruti ucapan Nina, ia meminumnya hanya dengan satu tegukan langsung tandas.

"Istirahatlah, aku akan memanaskan lauk untuk makan malammu"

Saat Nina hendak melangkahkan kaki menuju dapur, dengan sigap Danu mencengkram pergelangan tangan Nina lalu menariknya hingga ia jatuh tepat di atas tubuh Danu.

"Mmass, ada apa?" ucap Nina dengan terbata, tangan Nina ia daratkan di atas dada suaminya.

"Kenapa wanita suka sekali membuatku sakit hati" ucapan Danu tentu saja di luar kesadarannya. Lalu tidak butuh waktu lama, Danu sudah merubah posisinya, dia berada di atas tubuh Nina.

"Nesa aku sangat mencintaimu, maukah kamu melakukannya denganku?" ucap Danu seraya membuka kancing baju milik Nina.

"Aku bukan Nesa mas, aku Nina" jawab Nina sambil menahan Tangan Danu agar tak berhasil melepas kancing gamisnya.

"Ayolah Nesa, aku akan bertanggung jawab setelahnya"

"Aku bukan Nesa mas" Sekuat tenaga Nina berusaha mendorong tubuh Danu hingga jatuh tersungkur ke lantai.

Nina segera bangkit, lalu dengan nafas memburu, ia setengah berlari memasuki kamar pribadinya lalu mengunci pintu.

Ia membuka ponsel Nesa, lalu bergegas menghubungi Danu, berharap panggilanya bisa mengalihkan perhatian Danu.

Panggilanpun tersambung, tidak lama kemudian terdengar suara parau milik suaminya.

Sejenak Nina merasa bersalah sudah membuat Danu seperti ini, padahal jika di telusuri lebih dalam, perbuatan Nina tak sebanding dengan pesakitannya selama dua tahun hidup bersama suami yang tidak pernah menganggapnya ada.

"Halo mas" balas Nina melalui sambungan telfon.

Terdengar hembusan nafas panjang milik Danu

"Ahirnya kamu menelfonku Nesa, ku pikir kamu meninggalkanku"

"Maaf akhir-akhir ini aku sangat sibuk, pekerjaanku sangat banyak"

"Sesibuk apapun kamu, setidaknya balas pesanku, beri tahu kalau kamu sedang sibuk"

Hening Nina tak membalas ucapan Danu.

"Apa kamu sangat lelah?" aku janji setelah kita menikah, kamu tidak perlu bekerja, kamu hanya akan di rumah menjadi ratuku" pungkas Danu.

"Memangnya kapan kamu akan menikahiku, kamu saja masih punya istri"

"Secepatnya aku akan cari cara buat menceraikan Nina, kamu sabar ya"

"Mas Danu apa alasanmu mencintai Nesa?" padahal baru beberapa kali kamu bertemu dengannya" Batin Nina.

"Nes, kenapa diam?" tanya Danu mampu membuyarkan fokus Nina. "Aku ingin besok kita ketemu"

"Nanti akan aku kabari lagi mas, sudah dulu ya, aku masih banyak pekerjaan"

Tanpa menunggu jawaban dari Danu, Nina segera memutuskan panggilan.

Nina merasa frustasi, ia dilema antara melanjutkan sandiwara menjadi selingkuhan suaminya, atau akan mengakhirinya. Jika dia mengakhirinya dan mengatakan yang sebenarnya, sudah di pastikan Danu akan sangat marah. Selain itu, Ninapun tidak akan lagi merasakan pelukannya, dan bahkan detik itu juga Danu akan menalaknya.

"Aku akan menemuinya sekali lagi, aku ingin sekali memeluk mas Danu, hanya berperan menjadi Nesa, aku merasakan pelukannya yang hangat, dan bebas menghirup aroma tubuhnya" gumam Nina lalu menutup wajahnya dengan kedua tangan.

Pagi harinya, Nina sudah berkutat di dapur, menyiapkan sarapan untuk sang suami yang akan berangkat ke kantor.

Tampak Danu sudah lebih segar, wajahnya pun tidak terlihat menyeramkan seperti tadi malam.

Mereka menikmati sarapan dalam diam. Selesai sarapan, Danu meninggalkan meja makan tanpa sepatah katapun, bahkan dia tidak pernah berpamitan pada sang istri setiap kali akan pergi bekerja.

Aktivitas di jalani seperti biasa oleh Nina. Ia berniat membawakan makan siang untuk Danu ke kantor.

Saat sudah tiba di kantor sang suami, dia harus melewati meja sekertarisnya yang malah melempar tatapan tak suka padanya.

"Selamat siang mba Rara" sapa Nina ramah.

"Selamat siang bu Nina" sahutnya dengan senyum yang di buat-buat. "Apa ibu mau menemui pak Danu?"

"Iya, saya mau mengantar kotak makan siang untuk suami saya"

"Tumben dia datang membawa makan siang, apa hubungan mereka sudah mulai membaik? aku lihat waktu itu juga pak Danu mengajaknya ke pesta pernikahan temanku, kalau pak Danu memang sudah mencintai bu Nina, itu artinya aku sudah tidak ada kesempatan untuk memilikinya" Batin Rara dengan tatapan kosong.

Nina menatap Rara heran, ia mengernyitkan dahinya ketika wanita seksi itu hanya diam.

"Mba Rara?"

"Iy iya bu, maaf, pak Danu sedang ada meeting dengan pak Rio dan beberapa klien di lantai tiga, silakan bu Nina masuk ke ruangan pak Danu, dan tunggu di dalam" Sahut Rara tanpa Jeda.

"Terimakasih mba Rara"

Rara menganggukan kepala, dan Nina berjalan memasuki ruang kerja sang suami.

Setelah menunggu lebih dari setengah jam, suami beserta asisten pribadinya, memasuki ruangan Danu. Tampaknya mereka telah selesai meeting. Perusahaan milik Danu yang bergerak dalam bidang pembuatan segala macam alat kesehatan semakin menunjukkan eksistensinya dalam persaingan global di dunia bisnis.

Danu sedikit terkejut mendapati Nina yang sedang duduk di sofa, namun keterkejutannya hanya sesaat, ia kembali melangkah santai menuju kursi kebesarannya.

"Eh ada kamu Nin?" ucap Rio sembari menutup pintu.

"Selamat siang mas" jawab Nina menundukan kepala.

"Keberuntungan ada di pihak kita Nu. Ternyata ada sang ratu di sini" ucap Rio sambil menatap Danu dan menaik turunkan alisnya.

"Eh maksudmu apa?" tanya Danu dengan tatapan tajam.

"Kita berhasil memenangkan tender pembuatan alat kesehatan untuk seluruh rumah sakit di pulau jawa. Kamu tahu jika itu adalah sebuah keberuntungan karena ternyata ada dewa amor di sini. Dan siapa lagi kalau bukan Nina dewa amormu" pungkas Rio membuat Danu tiba-tiba teringat akan ucapan CEO dari perusahaan Bom and Food.

"Kalau begitu aku permisi balik ke ruanganku" pamit Rio sambil meletakkan berkas hasil meeting di meja Danu. "Cabut dulu Nin"

Nina mengangguk lengkap dengan seulas senyum.

Selang lima menit, Danu menikmati makan siang yang di bawa oleh istrinya. Dia menyantapnya sembari mengirim pesan pada Nesa.

Berkali-kali Dia menelfon ponsel Nesa, namun tak ada jawaban darinya, membuat Danu berdecak kesal.

Nina yang memperhatikan tingkah Danu tersenyum penuh kemenangan.

"Kasihan sekali kamu mas, padahal Nesa ada di depanmu, haha percuma saja walaupun kamu menelfonnya seribu kalipun, dia tidak akan mengangkatnya" batin Nina dengan jepala tertunduk.

Nina memberanikan diri membuka ponsel milik Nesa, tentu saja dengan sembunyi-sembunyi.

Dia membalas pesan dari Danu

"Hari minggu kita bertemu di tempat biasa, aku tunggu pukul sepuluh"

Danu tersenyum mendapat balasan dari Nesa, Nina yang sedang berada di dekatnya seketika mematikan ponselnya kembali saat Danu sedang mengetikan pesan balasan.

"*Aku rindu pelukanmu mas, itu sebabnya aku kemabali merubah diriku menjadi Nesa. Aku rela walau haru*s melakukan itu bahkan sampai menipumu. Aku tidak peduli dengan perasaanmu, mengingat kamu sendiri tidak memperdulikan perasaanku"

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Olga Kandou

Olga Kandou

menurut ku cerai aja deh dgn suami seperti itu kemudian stlh cerai lsg robah penampilan dari Nina menjadi Nesa kmdn dicuekin stlh jadi mantan, kan banyak lelaki diluar sana

2025-01-14

0

Susilawati

Susilawati

kalo menurut ku ini sdh semacam hubungan. toxid, sebaiknya kamu cepat akhiri rumah tangga yg seperti ini Nin.

2024-03-22

0

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

apa yg di perjuangin dalam rumah tangga seperti ini... mkn hati...

2023-11-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!