Part 11

Mereka benar-benar sedang di bawah pengaruh obat perangsang.

Danu menghentikan aktivitasnya, perlahan Nina membuka mata.

"Nesa, apa kamu mendengar detak jantungku?" tanya Danu. Nina menganggukan kepala sebagai jawaban. Nina juga merasa bahwa saat ini jantungnya berdetak tak jauh beda dengan Danu.

"Aku tidak tahu kenapa kali ini aku tidak bisa menahannya"

Rasa yang sama juga menyelimuti diri Nina. Dia pun ingin sentuhan yang lebih dari ini.

"Apa aku boleh melakukannya?" tanya Danu dengan sorot penuh, manik hitamnya mengikuti gerakan bola mata Nina "aku berjanji akan bertanggung jawab"

Nina hanya bisa mengangguk, sebab dia juga tak bisa menahan sesuatu yang membuncah dalam dirinya.

Melihat anggukan kepala Nina, satu persatu Danu melucuti pakaian Nina, melemparkan ke sembarang tempat. Mencumbunya dengan penuh gairah, hingga ciuman itu kian intens, dan kian dalam.

Entah butuh waktu berapa lama, tahu-tahu pakaian sudah terlepas dari badan mereka.

"Maafkan aku Nesa" ucap Danu sembari terus mencumbunya, menciumi leher dan meninggalkan jejak merah di setiap ceruknya Tangannya tak berhenti meremas dengan lembut sesuatu yang menonjol di dada Nina. Mereka berdua hanyut dengan cinta yang rumit.

Seperti menyelam dalam air, mencari pintu dimana ada lautan madu, ada sebuah celah yang harus di terjang, bersamaan dengan itu, jeritan Nina meluncur dari mulutnya, lengkap buliran bening membasahi kelopak mata.

"Aahh Sakit"

Seketika Danu menghentikan gerakannya. "Maaf" sahut Danu lalu mencium kening Nina lama. Nina menikmati sentuhan dari selingkuhannya yang tak lain adalah suaminya sendiri. Danu memindai pandangannya ke arah bagian sensitive mereka, ada bercak darah mengalir dari bawah sana.

Sepersekian detik ada rasa bersalah pada istrinya. Tak tahu tiba-tiba saja Danu seperti melihat bayangan Nina di setiap sudut kamar sedang menyaksikan pergulatan mereka di atas ranjang. Namun rasa cinta Danu terhadap Nesa lebih besar dari pada rasa bersalah pada Nina.

"Boleh aku lanjutkan?" tanya Danu meminta persetujuan setelah ada jeda selama satu menit.

"Boleh" jawab Nina.

Dengan ritme yang teratur, di iringi dengan sentuhan lain, rintihan dan des*ahan dari keduanya hingga lewat bermenit-menit membuat mereka bersama-sama tenggelam di tengah lautan madu yang memabukan.

Nina menatap Danu penuh lekat. Ada cinta yang di pancarkan oleh pria itu untuk Nesa, membuatnya memeluk erat-erat tubuh pria di atasnya.

"Aku mencintaimu" ucap Nesa lalu dengan cepat di balas kecupan oleh Danu di kening Nesa.

"Jangan takut, aku akan selalu ada untukmu, aku akan secepatnya menikahimu" balas Danu kali ini mengecup kedua mata Nina.

Danu menjatuhkan bobot tubuhnya di samping Nina, masih dengan memeluk tubuh selingkuhannya, Ia terus membisikan kata yang membuat Nina merasa nyaman

"Mas"

"Hemm"

"Bagaimana dengan istrimu?" tanya Nina seraya mengusap dada Danu yang masih polos tanpa pakaian.

"Aku akan meminta maaf padanya, lalu akan melepasnya, aku tidak peduli walau harus di coret dari kartu keluarga papa dan mama. Aku mencintaimu, apapun akan aku lakukan untukmu"

Nina menyembunyikan kepalanya di lengan Danu.

"Aku ini istrimu mas, kenapa kamu tidak mengenaliku?" batin Nina.

"Mas"

"Iya"

"Kita berdosa sudah melakukan ini di luar ikatan pernikahan"

"Kamu jangan pikirkan itu, aku yang akan menanggunnya"

"Secinta itu kah kamu pada Nesa mas, bahkan kamu rela menanggung dosanya. Kamu benar-benar lelaki idaman, tapi sayang itu hanya berlaku untuk Nesa bukan Nina, jika aku mengatakan yang sebenarnya, apakah kamu tetap akan mencintaiku seperti ini?"

Sekelumit rasa bahagia, sedih, takut, dan juga kecewa, memenuhi pikiran Nina. Entah skenario apa yang di takdirkan Tuhan untuknya, hingga ia terlampau jauh menjalankan sandiwara ini. Membohongi suami, orang tua dan mertuanya.

"Sayang" panggil Danu "Untuk sementara aku akan menikahimu secara siri, sampai aku menceraikan Nina, setelah itu baru kita akan meresmikan pernikahan kita"

Nina terkejut mendengar ucapan Danu, dia tampak bingung harus memberikan jawaban apa.

"Nesa, apa kamu setuju?" tanya Danu ketika Nina tak kunjung meresponnya.

"Aku, belum memikirkannya mas, kita jalani saja dulu seperti ini, kita pastikan ini adalah yang pertama dan terahir kita melakukannya, aku masih merasa bersalah pada istrimu"

Jawaban Nina membuat Danu memeluk lebih erat tubuhnya.

"Baiklah, maafkan aku sudah merenggut kesucianmu, ini membuktikan bahwa kamu miliku seutuhnya, walaupun belum ada ikatan pernikahan di antara kita"

Danu mengecup bibir merah milik Nina, lagi-lagi mereka merasa ingin mengulang aktifitas beberapa menit yang lalu. Danu merubah posisinya berada di atas Nina "apa mau melakukannya sekali lagi?" entah kenapa aku menginginkannya lagi"

"Sepertinya aku juga mas" jawab Nina malu.

Tidak menunggu lama, Danu pun mengulang perbuatan beberapa menit lalu. Mereka tidak sadar bahwa ada obat di minuman yang sudah mereka minum.

Hingga pukul tujuh malam, mereka masih betah berada di dalam selimut dengan kondisi badan tanpa sehelai benang.

Baru kali ini Nina merasa berdosa sudah meninggalkan kewajibannya sebagai umat muslim, sejenak ia merasa malu, menyandang sebagai anak seorang ustadz.

Di satu sisi, Nina menyadari jika perbuatannya salah. Meskipun ia melakukannya dengan suami sendiri, tetapi dia tidak merasa puas sebab dia tahu cinta itu hanyalah untuk Nesa.

Di sisi lainnya, ia sudah hanyut dengan cinta yang di berikan oleh Danu, ia sudah tidak peduli dengan apapun, yang dia inginkan hanyalah bersama Danu, suaminya.

"Mas, apa kamu tidak lapar?"

"Apa kamu lapar sayang, kalau gitu kita pesan makanan"

Nina mengangguk.

****

Usai makan malam, Nina menyuruh Danu untuk pulang lebih dulu.

"Mas pulanglah, istrimu pasti menunggumu"

"Aku harus tahu alamatmu sayang, jika nanti ponselmu tidak bisa di hubungi, aku akan mencari ke alamatmu"

"Tidak perlu mas, aku milikmu seutuhnya, kamu tidak lupa tadi kita sama-sama membuktikannya kan? kalau ingin mencariku, mas cari aku di sini, ini vilaku"

"Tapi sayang"

"Sstt" sahut Nina seraya menempelkan jari telunjuk di bibir Danu "Aku tidak akan meninggalkanmu, kamu jangan khawatir, suatu saat kita pasti bersatu, itu jika kamu masih mau menerima kekuranganku"

"Kamu ngomong apa sayang, aku akan menerima apapun kondisimu, aku bahkan tidak peduli latar belakangmu seperti apa, bagaimana keluargamu. Yang aku tahu, aku merasa nyaman berada di dekatmu" pungkas Danu jujur.

"Kamu yakin akan menerimaku, walau aku melakukan kesalahan besar?"

"Iya aku akan tetap menerimamu, aku berjanji" jawab Danu yakin.

"Kalau begitu sekarang pulanglah, aku akan pulang besok pagi"

Danu mengerutkan dahinya, Ia berdiri lalu mendekat ke arah Nina. Ia melingkari pinggang Nina dari arah belakang, sementara kepalanya ia benamkan di ceruk lehernya. "Aku akan menginap di sini bersamamu"

Nina menghentikan gerakan menyisir rambut "jangan mas, aku akan semakin berdosa nanti" jawab Nina sambil berbalik lalu menangkupkan tangan di wajah Danu dan memberikan kecupan singkat di bibirnya.

"Pulanglah, meminta maaflah pada istrimu, kamu sudah menghianatinya, meskipun kamu tidak mencintainya, lakukan itu demi aku. Ingat dia juga wanita yang punya perasaan"

Danu membenarkan ucapan Nesa.

"Baik aku akan meminta maaf padanya?"

"Rapikan pakaianmu lalu segera pulang, kita akan sering bertemu setelah ini"

"Janji" sahut Danu.

Nina mengangguk seraya tersenyum.

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Olga Kandou

Olga Kandou

loh kok gimana sih Nina sampai terpengaruh

2025-01-14

0

Bagja

Bagja

lah katanya ini yg terakhir tp malah nagih

2022-12-30

0

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

BAGAIMANA DRAMA SELANJUTNYA, JIKA NESA HAMIL PSTI NINA JUGA HAMIL, TPI DANU PSTI MRASA TDK PRNH MNYENTUH NINA, SDGKN NESA PSTI DANU INGIN BRTANGGUNG JAWAB, APA NINA SLAMANYA AKN MNJADI NESA...

2022-11-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!