Sudah tiga hari Nina menginap di rumah sahabatnya, Selama itu pula Danu tidak mencarinya. Dia seolah tidak ingin tahu tentang Nina atau apapun yang berhubungan dengannya.
"Makasih ya Ir, sudah mau menampungku di rumahmu" ucap Nina lalu memeluk tubuh Irma.
"Tidak masalah Nin, datanglah padaku jika kamu membutuhkan bantuanku"
Nina mengangguk, lalau Irma mengantar Nina sampai di depan pintu. Hingga mobil sahabatnya hilang dari pandangan, dia baru menutup pintunya kembali.
Sesampainya di rumah, terlihat Danu sedang memasak makan siang. Itu membuat Nina heran kenapa suaminya tidak pergi bekerja.
"Kenapa mas Danu ada di rumah? bukannya seharusnya ada di kantor?" gumam Nina. Dia menghampiri Danu yang sedang kebingungan berada di dapur.
"Apa yang mas lakukan?" tanya Nina mengagetkan sang suami.
"Memangnya apa yang di lakukan seseorang saat berada di dapur?" tanya Danu balik dengan sinis.
Nina mendesah, bukan hal pertama kali ia bersikap galak padanya.
"Sini biar aku yang masak" lirihnya lembut. "Maaf sudah membuat mas kerepotan selama aku menginap di rumah temanku"
"Baguslah kalau kamu nyadar, ini memang tanggung jawabmu sebagai istri" sahut Danu seraya membuka kulkas, dan meraih minuman dingin.
Sepeninggal Danu, Nina mengedarkan netranya. Melihat bagaimana kondisi rumah yang sangat berantakan, membuat Nina reflek menggelengkan kepala. Danu memang sengaja tidak menyewa tenaga ART untuk mengurus rumah. Dengan sikapnya yang sadis dan terkesan kejam, perlahan akan membuat Nina bosan dan akhirnya menyerah dengan hubungan mereka. Danu berharap jika kekangannya akan menjadi belenggu untuk Nina dan akhirnya meminta bercerai darinya.
"Apa-apaan mas Danu, baru aku tinggal tiga hari dapur sudah begini, apa kabar cucian, kamar, dan yang lainnya" Gerutu Nina dengan rasa frustasi yang kian membelitnya.
Tidak membutuhkan waktu lama bagi Nina untuk menyelesaikan aktivitasnya di dapur, Aroma makanan yang begitu lezat sudah hampir siap. Ia meletakan beberapa lauk dan sayur untuk makan siang bersama sang suami.
Bergegas ia melangkahkan kaki menuju kamar milik Danu. Dengan pintu yang tidak tertutup rapat, Nina bisa melihat aktivitas Danu di dalam kamarnya. Dia tampak sedang duduk di tepi ranjang dengan menyenderkan punggung memangku laptop.
Tanpa mengetuk Nina membuka pintu lalu memerintahkan suaminya untuk segera ke meja makan.
***
Dengan lahapnya, Danu menikmati makanan buatan istrinya, mengabaikan tatapan Nina yang menyorot penuh heran.
"Apa mas Danu selapar ini? dia seperti tidak malan selama berhari-hari. Huft aku jadi merasa bersalah sudah meninggalkannya menginap di rumah temanku"
Setelah lebih dari satu menit Nina hanyut dalam lamunannya, ia memberanikan diri untuk bertanya.
"Kenapa mas tidak berangkat ke kantor?"
"Kenapa memangnya?" jawab Danu masih fokus menyendokan nasi ke mulutnya.
"Tidak kenapa-kenapa"
Hening, hanya ada suara dentingan sendok mengisi kesunyian di antara mereka.
"Mas"
"Ada apa?" jawab Danu ketus.
"Kapan mas akan bicara pada mama dan papa?"
"Secepatnya"
"Sabar Nina, dia kan memang seperti itu, tunggu saja, saat Nesa tidak bisa di hubungi, dia pasti akan seperti orang tidak waras" batin Nina.
Nina segera menyudahi makan siangnya, ia ingin melanjutkan aktivitas rumah tangga yang lain. Selama tiga hari, dia merasa berdosa sudah mengabaikan kewajibannya sebagai istri.
Setelah selesai membersihkan rumah, mencuci pakaian kantor milik suaminya, dia memasuki kamar lalu membuka ponsel milik Nesa. Ada beberapa panggilan tak terjawab dari Danu serta beberapa pesan.
Mas Danu : "Sayang lagi ngapain?"
Mas Danu : "Tuh kan tidak aktif"
Mas Danu : "Pokoknya aku minta alamatmu" sayang"
Mas Danu : "Sayaaaaaannngg Nesaaa?"
Nina tersenyum kecut membaca pesan dari Danu. Karena terlalu lelah, dia pun tertidur. Ia membiarkan ponselnya tergeletak begitu saja di atas kasur.
Dua jam berlalu,,,,
"Nina,, Nin,," Teriak Danu sambil melempar tatapan ke seluruh ruangan.
"Kemana Dia? bukannya dia baru saja mencuci baju" gerutu Danu ketika panggilannya tak di respon.
"Nina,, hujan Nin, kamu tadi jemur baju kan?" Teriaknya lagi seraya berjalan mencari keberadaan Nina dengan pandangan terus mengederkan ke setiap sudut ruangan.
Nina begitu kelelahan, hingga dia tertidur begitu lelap, bahkan tak menyadari teriakan suaminya.
Karena Nina tak kunjung menyahut panggilannya, Danu segera melangkahkan kaki dengan sedikit berlari menuju tempat penjemuran baju. Hujan turun begitu deras, Danu segera mengamankan jemuran yang hampir semua adalah pakaian miliknya.
Pria itu sangat penasaran kenapa Nina begitu ceroboh dan tidak tahu bahwa cuaca sedang hujan dengan lebatnya. Dia menuju kamar Nina untuk memastikan apa yang sedang di lakukan.
Saat berada di depan pintu kamar Nina, perlahan Danu memutar handle pintu dan membukanya. Disana bisa dilihat sosok wanita yang menjadi istrinya selama dua tahun, tengah tidur masih dengan mengenakan hijab. Dengan ragu Danu berjalan mendekatinya. Ketika sudah berada tepat di samping tempat tidurnya, dia memperhatikan wajah polos istrinya yang di Nikahi saat usianya baru dua puluh tahun.
Terpaut tujuh tahun dengannya. Di usia Nina yang saat ini menginjak dua puluh dua tahun, justru dia lebih bisa berfikir dewasa dari pada Danu yang saat ini berusia dua puluh sembilan tahun.
Danu memperhatikan wajah Nina yang tetap menggunakan jilbabnya walau sedang tidur.
"Dia memang manis dan cantik, tapi aku tidak pernah mencintainya" gumam Danu lirih sambil mengangkat sudut bibirnya.
Seketika pandangan Danu memindai sebuah ponsel yang berada di samping tubuh Nina. Dia sangat penasaran dengan isi di ponsel istrinya. Sedikit ragu, ia memberanikan diri lalu meraih benda tipis itu. Dia menimbang-nimbang ingin membukanya.
Danu terus menatap Nina dengan satu tangan ia masukan ke saku celana, dan tangan lainnya membolak balikan ponsel yang di gunakan Nina untuk menyamar sebagai Nesa.
"Apa dia juga selingkuh dengan laki-laki lain, sama sepertiku yang sudah selingkuh di belakangnya?"
Lagi-lagi Danu menyunggingkan senyum.
Jika Danu membuka ponsel milik Nina, sudah pasti rahasia istrinya akan terbongkar.
"Aku hanya ingin tahu saja, apakah dia punya kekasih atau tidak" Ucap Danu.
Ketika dia hendak membukanya, tiba-tiba Nina menggeliat membuat Danu terlonjak kaget. Seketika Danu melempar ponselnya ke atas kasur dan mengenai tangan Nina, membuat Nina membuka matanya.
Sama halnya Danu, Nina pun tak kalah kaget saat sosok suaminya tahu-tahu sudah berdiri di samping tempat tidurnya. Wanita itu langsung berdiri sambil membetulkan jilbabnya.
"M-mas Danu" ucap Nina menunduk dengan kedua tangan saling meremat gugup.
"A-aku" Kata Danu terbata-bata. "Di luar hujan Nina, kenapa kamu sangat ceroboh, bajuku basah kehujanan tadi, dan jangan salah paham dengan keberadaanku di kamarmu" Sinisnya dengan raut galak. "Karena kamu tidak menjawab panggilanku, jadi aku kesini" lanjutnya ketus.
Nina melirik ponsel yang barusan di lempar oleh Danu.
"Apa mas Danu sudah membuka ponsel milik Nesa? bagaimana ini, apa dia sudah tahu tentang Nesa. Nina kamu ceroboh sekali si" Batin Nina dengan pandangan tertunduk menatap lantai.
"Maaf mas aku ketiduran"
Tanpa membalas ucapan Nina, Danu mengayunkan kakinya keluar dari kamar Nina yang selalu rapi dan wangi.
Setelah di pastikan Danu tidak terlihat, Nina segera meraih ponsel pintarnya.
"Sepertinya mas Danu belum tahu, dia terlihat biasa saja" gumam Nina lalu menempelkan kedua tangan di dada.
"Syukurlah, aku belum siap kalau harus terbongkar sekarang"
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Murniyati
cerei.. bisa ngilang trus Nina hamidun dahhh
2024-12-29
0
MJ
Semoga stlh Nina cerai dari Danu, Nesa jg hilang di peredaran, biar tau rasa si Danu
2023-08-05
0
Saiyla Hubbiq
lanjut
2022-01-20
0