Part 19

Selepas kepergian mertuanya, Nina menuntun Danu ke kamar, lalu membaringkan di tempat tidurnya. Kondisi Danu dengan wajah memar dan lebam membuat hati Nina teriris.

"Sebentar mas aku ambil air es untuk mengompres lukamu" Nina keluar dari kamar suaminya usai mengatakan itu.

Sebelum Nina membawa baskom berisi air es dan sebuah handuk kecil, dia melangkah ke kamar berniat mengambil masker untuk menutup mulut supaya Danu tak mencurigainya sementara Nesa tetap aman.

Dengan lembut Nina menempelkan kain pada luka lebam Danu di area wajah.

Pria itu menghela napas kasar sembari mengernyit ketika dinginnya air es menyentuh luka di sudut bibirnya.

"Aahh pelan-pelan, bodoh"

"Maaf" sahut Nina.

Melihat Nina menutupi mulut hingga hidung menggunakan masker, dahi Danu mengerut tajam, lalu memicingkan mata.

"Ada apa denganmu, kenapa memakai masker?" tanya Danu dengan melamparkan tatapan mengintimidasi.

"Aku sedang flu mas" Jawabnya datar.

"Untung aku memakai masker, kalau tidak kemungkinan mas Danu akan mencurigaiku, wajah kami sangat dekat, tidak mungkin mas Danu tidak mengenali bahwa aku adalah Nesa" Batin Nina sembari menekan-nekan kain yang di basahi air es tepat di luka yang Danu dapat akibat tonjokan ayahnya.

"Sudah cukup mas, nanti pasti sembuh, aku ke kamar dulu mau sholat Ashar" ucap Nina lalu meninggalkan Danu di kamarnya.

****

Membasuh muka dengan air, berharap wudhunya mampu menghilangkan rasa yang berkecamuk di dalam hati. Amarah, kecewa, sedih, dan cemburu yang menghambur menjadi satu, ingin sekali ia adukan pada sang Khalik. Namun, jika Danu tetap ingin menceraikannya, dia akan berusaha ikhlas.

Segala permasalahan ia curahkan pada dzat yang memegang kuasa. Karena segalanya memang sudah tertulis di lauhul mahfuz adalah kitab yang menuliskan segala seluruh catatan kejadian di alam semesta. Nina menetapkan hati untuk sabar, seperti yang selalu di ucapkan oleh abi dan uminya.

Dia sangat yakin, bahwa setiap kejadian, pasti ada hikmah di baliknya.

Diam-diam Danu memperhatikan apa yang di lakukan Nina di dalam kamar. Dengan memakai mukena putih, wanita itu tampak sangat khusyu dalam beribadah.

Istri yang selalu melayani suaminya dengan sabar, menutup auratnya dari pandangan publik. Entah dari mana datangnya penyesalan itu, sepintas Danu merasa perselingkuhannya adalah sebuah kesalahan terbesar dalam hidupnya. Namun, hatinya tetap memilih Nesa untuk membina rumah tangga di masa depan.

"Maafkan aku Nina, aku bukan yang terbaik untukmu" Batin Danu. Dia berbalik dan meninggalkan kamar Nina.

Malam harinya, Danu dan Nina menikmati makan malam bersama. Tidak seperti biasanya yang menikmati makanan dalam diam, kali ini mereka tampak membicarakan sesuatu tanpa saling menatap wajah satu sama lain.

"Mas bagaimana luka lebamu?" tanya Nina menunduk, dia tidak berani menatap suaminya.

"Mendingan"

"Apa mas akan tetap memilih selingkuhanmu?"

"Namanya Nesa" sahut Danu cepat. Pun tanpa meliriknya.

Hening, hanya suara dentingan sendok yang saling baradu mengisi kesunyian di antara mereka.

"Aku akan meminta papa supaya tidak mencabut hakmu sebagai anaknya" Kata Nina tiba-tiba.

"Tidak perlu, aku akan berusaha memulai dari nol bersama Nesa nanti" entah kenapa ucapan Danu membuat Nina sesak. Hingga ia merasa tak bisa menyalurkan oksigen ke paru-paru.

"Betapa gigihnya kamu mas, bahkan demi Nesa kamu berani hidup miskin, kamu berani melepas hartamu. Andai saja Nesa itu bukan aku, apakah dia akan tetap bersamamu dalam kefakiranmu? Kamu benar-benar pria yang baik" Nina membatin lalu meraih gelas dan meneguk isinya hingga tandas.

"Aku akan tetap memohon pada papa, aku tidak mau kamu hidup susah" ucapnya lugas "biar aku yang pergi"

Danu menghentikan gerakannya, menatap wajah Nina yang sedang menunduk

"Aku sudah menyakitimu, kenapa kamu masih berbaik hati padaku?"

"Demi pria yang aku cintai, apapun akan aku lakukan" Nina berdiri lalu membawa bekas piringnya menuju wastafel.

Danu masih memperhatikan Nina mencuci piring-piring bekas mereka makan. Dia berfikir, saat ini dia sedang bersama Nesa.

"Perasaan apa ini, saat aku sedang bersama Nesa, bayangan Nina selalu melintas, dan saat bersama Nina, aku merasa dia Nesa, apakah aku mulai serakah hingga ingin memiliki keduanya?"

Danu mengusap wajah dengan kedua tangannya, berdiri lalu berjalan ke ruang keluarga meninggalkan area makan.

Sepasang mata Danu menatap lurus ke arah televisi yang baru saja ia nyalakan, namun fikirannya tak fokus melihat acara di tv itu. Bayangan Nesa dan Nina seolah berebut masuk memenuhi isi kepalanya. Sesekali pria itu mencuri pandang pada punggung Nina yang masih mencuci piring di dapur yang masih bisa di jangkau oleh penglihatan dari ruang keluarga.

Selesai aktifitasnya, Nina segera memasuki kamar. Dia memilih menyendiri di dalam kamar melakukan sesuatu yang bisa membuat pikirannya teralihkan dari sosok Danu.

Merendam tubuh di bathtub sambil mengusap seluruh tubuhnya menggunakan spon dan sabun, membuat perasaannya merasa lebih baik.

Danu mulai penasaran dengan aktifitas istrinya di dalam kamar. Detik berikutnya, ia berjalan menuju kamar Nina dengan sangat hati-hati bahkan terkesan mengendap-endap. Saat Danu mengetuk pintunya, tidak ada sahutan dari Nina, membuat Danu memberanikan diri memutar handle pintu. Danu mngedarkan pandangannya keseluruh kamar.

"Kosong" batinnya, Ia terus melangkahkan kaki memasuki ruangan pribadi milik Nina.

"Ternyata dia sedang mandi" batinnya lagi lalu menghirup napas lega.

Setelah memeriksa kamar Nina, yang ternyata penghuninya sedang mandi, Danu buru-buru keluar. Ia tak ingin Nina mengetahui bahwa dirinya memasuki kamarnya.

Danu meraih ponsel yang ada di atas nakas saat dia sudah kembali ke kamarnya. Dia berniat menelfon Nesa untuk menanyakan kabarnya.

Namun setelah beberapa kali panggilan tidak terjawab, akhirnya Danu memilih mengirim pesan padanya.

"Lagi ngapain sayang, ko telfonku tidak di angkat?"

Sepuluh menit, limabelas menit, pesan belum terbaca oleh Nesa, hingga hampir tiga puluh menit, barulah centang abu berubah menjadi biru, Danu tersenyum mendapati pesannya telah di baca.

Nesa : "Maaf mas baru selesai mandi"

Degg... tiba-tiba Danu teringat Nina yang juga sedang mandi saat dia pergi ke kamarnya.

"Oh sekarang sudah selesai?" boleh aku vidio call?"

Balasan Danu untuk Nesa

Nesa : "Maaf mas, aku lagi kurang enak badan, kayaknya aku mau istirahat"

Memanggil Nesa....

Nesa segera merejek panggilannya lalu mematikan ponselnya.

"Nesa, aku akan memulai hidup baru denganmu, dalam dua minggu ke depan, aku akan mengajukan pengunduran diri di perusahaan, dan juga mengajukan gugatan cerai untuk Nina. Aku akan segera menikahimu, Tubuhmu sudah menjadi candu untuku. Aku berjanji akan membuatmu selalu bahagia"

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Murniyati

Murniyati

bodoh lom tau klo miskin itu hebohhh

2024-12-30

0

guntur 1609

guntur 1609

mamous kau danu bodoh penyesalan akan datang menantimu

2024-05-31

0

Devi Lusi

Devi Lusi

semoga cerai

2022-11-22

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!