"Mas pulanglah, ini sudah sore?" ucap Nina setelah keluar dari kamar mandi.
"Ya sudah aku akan pulang, tapi,," Danu menggantung ucapannya seraya menatap dalam tubuh Nina yang tampak sangat seksi.
"Tapi apa mas?" tanya Nina penasaran, lengkap dengan kening mengerut.
"Tidak apa-apa"
Danu mengikis jarak, lalu mengecup bibir Nina lembut.
"Kamu hanya miliku, aku akan menikahimu nanti" pungkas Danu sambil menelisik tubuh Nina dengan dagunya. "Kalau bisa, jangan bekerja dengan pakaian seperti ini"
Bukannya menjawab, Nina malah menyuruhnya untuk segera pulang. "Sebaiknya mas pulang sekarang"
"Aku akan pulang" sahut Danu lalu melingkarkan tangan pada pinggang Nina.
Nina merasa gugup mendapat perlakuan Danu. Dia benci sekali dengannya yang begitu memuja Nesa. Apalagi saat dia berkata ingin menikahinya, dan meminta Nesa untuk berpakaian yang sedikit tertutup. Ingin sekali Nina menampar Danu saat itu juga, namun ia sama sekali tak punya nyali untuk melakukan itu.
"Kapan kita bertemu lagi?" tanya Danu setelah sempat hening dan tak ada yang bersuara. Tatapanya begitu teduh, membuat Nina salah tingkah dan merasa inscure. Inscure dengan penyamarannya yang sudah terlampau jauh.
"Nanti akan aku kabari lagi mas"
Sebelum Danu keluar dari vilanya, dia mengecup kening Nina dalam dan lama. Nina meresapi kecupan Danu yang begitu menenangkan.
"Aku mencintaimu Nesa" Bisik Danu "aku pulang, jangan lupa menelfonku, atau mengirim pesan padaku"
Nina menganggukan kepala.
Beberapa saat setelah Danu keluar dari area vila, Nina pun ikut meninggalkan vila milik sang abi. Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Setibanya di rumah, perlahan Nina membuka pintu utama, ia mengedarkan pandangan ke setiap sudut ruangan.
"Mas Danu pasti di kamarnya" lirihnya dengan suara pelan.
Baru saja Nina melangkahkan kaki di anak tangga ke dua, suara panggilan dari Danu membuatnya menghentikan langkahnya, lalu berbalik dengan perasaan gelisah.
"A-ada apa mas?"
"Kamarku sangat berantakan tolong kamu bereskan"
"Iya mas, sebentar aku ke kamar dulu" jawab Nina gugup, Ia kembali menaiki anak tangga satu persatu.
*****
Mata Nina membulat seketika saat melihat betapa berantakannya kamar sang suami. Tadi pagi Nina memang tak sempat membereskan rumah. Ada banyak kemeja ataupun kaos menumpuk di tempat tidur Dany.
"Apa-apaan mas Danu, hanya menemui Nesa saja, sampai harus mengeluarkan semua bajunya dari lemari, aku yakin dia pasti mencoba satu persatu pakaian ini demi tampil sempurna di hadapan Nesa"
Ia menggelengkan kepala seakan tak percaya.
"Seistimewa itu Nesa di matamu mas?"
Mendesah kasar, dengan cekatan Nina membereskan pakaian milik Danu, melipat, memasukan kembali ke dalam lemari, kemudian mengganti sprei ranjangnya dengan yang baru. Setelah beres berurusan dengan pakaian dan ranjang Danu, Nina memasuki kamar mandi yang tak kalah berantakan, membuat Nina lagi-lagi berdecak kesal.
🌺
🌺
🌺
Keesokan paginya, Danu berjalan dengan cepat melewati koridor kantor, beberapa staf dan karyawan menyambutnya dengan menyapa atau hanya menundukan kepala dengan hormat. Namun reaksi Pria berusia dua puluh sembilan tahun itu tetap sama. Dingin tak tersentuh.
Danu memang memiliki sikap cuek, itu berlaku untuk siapa saja, terkecuali dua wanita yang saat ini dia cintai. Ibunya, dan Nesa yang akhir-akhir ini menjadi orang ke tiga dalam rumah tangganya. Bahkan sikap dinginnya kebawa sampai ke kator. Jika ada investor atau klien yang licik, dia tak segan untuk menegur dan menolak kerja samanya. Meskipun memiliki sikap yang dingin tak bersahabat, dia selalu berada di jalur yang benar untuk masalah bisnis.
"Selamat pagi pak" Sapa Rara dengan nada yang di buat seramah mungkin. Rara tahu hubungan Danu dengan Nina tak harmonis seperti pasangan rumah tangga pada umumnya.
Gadis berusia dua puluh empat tahun yang berprofesi sebagai sekretarisnya, selalu tampil nyentrik saat ke kantor. Ia berusaha menggoda sang atasan dengan pakaian-pakaian mininya. Tapi Danu sama sekali tak pernah tertarik dengan penampilannya, apalagi jatuh cinta padanya.
Danu memindai penampilan Rars dengan tatapan yang datar dan garang.
"Apa kamu tidak punya pakaian yang lebih tertutup?" tanya Danu pada Rara sebelum memasuki ruangannya "Aku sangat muak melihat tubuhmu" ucapnya lagi tanpa dosa.
Dia memang seperti itu, tidak punya perasaan. Jika pada istrinya saja Danu suka berbicara kasar, apalagi pada Rara yang jelas bagi Danu adalah manusia aneh.
"Memangnya pak Danu sama sekali tidak tertarik padaku?" seorang pria biasanya menyukai sekretarisnya berpenampilan sepertiku" dengan beraninya Rara mengatakan itu pada Danu.
"Wanita murahan sepertimu, tidak cocok untuk seorang CEO sepertiku"
Rara merasa tersinggung dengan ucapan bosnya, tapi bagi Rara itu adalah tantangan. Perlahan dia akan menarik hati atasannya, karena dia tahu bahwa Danu tidak mencintai Nina.
Saat memasuki ruangannya, Danu segera meraih kopi yang sudah tersedia di meja kerja. Ia berharap rasa kopi mampu menetralisir rasa muaknya terhadap sekretarisnya yang selalu membuatnya ilfil.
Sementara di meja kerja Rara, gadis itu menatap pintu ruangan bosnya dengan kesal. Bos tercintanya itu benar-benar tidak bisa di rayu sama sekali. Sudah satu tahun dia bekerja sebagai sekertaris disini, setiap hari pula ia sudah berdandan cantik, dan berpakaian minim, hanya untuk menarik perhatian Danu, Namun sang bos sama sekali tidak melirik tubuhnya yang langsing dan seksi itu. Justru yang ia dapat hanyalah makian dari bos tampannya.
Saat Danu sedang fokus dengan layar laptop, terdengar suara pintu di ketuk, membuat Danu menoleh ke arah pintu.
"Masuk"
"Bos, jam dua belas nanti ada pertemuan dengan klien di Restauran jupiter, sekalian kita makan siang" Ucap Rio Asisten pribadi Danu.
"Baiklah" jawab Danu tanpa melihat wajah Rio "kamu pesan tempatnya, kita akan menemuinya"
"Dan ini proposal pengajuan kerjasama dari klien yang akan kita temui, silakan bos pelajari terlebih dulu"
"Untuk apa aku mempelajarinya, aku percaya padamu"
"Dasar kamu, pekerjaanku sudah sangat banyak" sahut sang asisten.
"Ya sudah taruh saja di situ" ucap Danu kemudian "Akan aku pelajari nanti"
Rio pun meletakan proposal itu di atas mejanya, lalu meninggalkan ruangan Danu.
Sesaat setelah Rio keluar dari ruangannya, bunyi ponsel membuat Danu menghentikan jari yang sedang menekan tuts keyboard pada laptop.
"Mamah" Ia mengernyitkan dahi. "Ada apa mamah menelfon?" gumamnya sambil menggeser ikon hijau.
"Iya mah, ada apa?"
"Salam dulu apa gimana, kamu ini tidak seperti istrimu Danu, sudah dua tahun kamu hidup dengan Nina, tapi tidak bisa mengikuti kebiasaan baik yang di lakukan istrimu" ujar sang mama di sebrang telfon.
"Assalamualaikum mah"
"Waalaikumsalam, nah gitu dong, papa mertuamu itu seorang ustadz, kamu harus bisa mengimbanginya"
"Iya, ada apa mah?" balasnya malas.
"Nanti mama mau nginep di rumah kalian, kamu jemput mama sepulang dari kantor"
"Kenapa harus nginap si mah?"
"Memangnya tidak boleh mama menginap di rumahmu?"
"Bukan begitu mah" Sergah Danu cepat. "ya sudah nanti Danu jemput"
"Jangan lupa, mamah tunggu ya"
"Iya"
"Assalamualaikum anak mamah"
"Hmm waalaikumsalam"
Wanita di balik telfon memutus panggilan setelah mendengar jawaban Danu.
"Kenapa mama harus menginap si" gumam Danu sesaat setelah memutuskan sambungan telfon.
Detik berikutnya, Danu segera mengirim pesan pada Nina supaya menyiapkan kamar tamu dan kamar yang akan di tempati mereka berdua. Danu dan Nina akan tidur satu kamar jika mamanya menginap di rumah mereka.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Murniyati
harusnya klo dirumah cuma ber2 suami nga ush hijab n gamis dah kan udh syah
2024-12-29
1
Yus Warkop
dasar suami laknat
2024-10-06
0
NurKarni
kampret si danu😤 istrinya dijadiin pembokat😤😭
2024-09-23
0