Part 18

Sudah satu minggu berlalu sejak Danu membawa Nesa menginap di vilanya, sampai saat ini mereka belum bertemu kembali. Mereka hanya berkirim pesan melalui ponsel.

Hari ini Mama dan papa Danu akan berkunjung ke rumahnya, ini kesempatan Danu untuk mengutarakan keinginannya menikahi Nesa dan menceraikan Nina.

Maksud kedatangan orang tua ke rumah Danu adalah untuk memberikan penghargaan tiket bulan madu kepada sang putra yang selalu berhasil dalam menjalankan bisnisnya, juga terhadap menantu yang selalu mendampingi putranya.

Seperti hari-hari sebelumnya, Nina menjalankan aktifitas seperti biasa, membereskan rumah, memasak dan menyiapkan segala keperluan suaminya.

Akhir-akhir ini Danu sangat sibuk, karena ada sebuah proyek yang harus di kerjakan, membuat Danu melupakan Nesa untuk sesaat.

Ada kelegaan di hati Nina karena Danu tidak mengganggu dengan menelfon Nesa saat berada di rumah. Tidak seperti biasanya yang hampir setiap jam Danu mengirimkan pesan, hanya untuk menanyakan apa yang sedang di lakukan Nesa.

Sore hari, saat Nina sedang membuat kudapan berupa salad buah untuk sang suami, terdengar suara mobil memasuki halaman rumah.

"Pasti itu mama sama papa" gumam Nina. Ia segera berjalan untuk membuka pintu dan menyambut kedatangan papa dan mama mertuanya.

"Assalamu'alaikum sayang" ucap mama dengan senyum terbit di bibirnya.

Nina menjawab salam dari mama mertuanya, lalu dengan cepat meraih tangan dan mencium punggung tangan orang tua dari suaminya secara bergantian.

"Bagaimana kabar kalian?"

"Kami baik mah" jawab Nina lalu mempersilakan masuk.

"Pah mah, duduk dulu aku panggilkan mas Danu, dia ada di kamar"

Ucapan Nina di anggukan oleh kedua orang tua Danu. Sang mama yang masih berdiri, ia lalu melangkah menuju dapur untuk meletakan buah tangan yang mereka bawa.

"Mas, papa sama mama sudah datang, mereka ingin bertemu denganmu"

Danu segera menutup laptonya lalu keluar dari kamar menemui orang tuanya.

"Kamu sedang bikin apa Nin?" tanya mama saat Nina sudah berada di dapur.

"Aku berniat membuat kudapan untuk mas Danu mah, mau buat salad buah"

"Oh, papa suka salad buah, buatkan juga untuk papa"

"Baik mah" Nina melanjutkan mengupas buah.

"Oh ya Nin, ini mama bawa kurma muda, kata teman-teman mama, bisa untuk promil lho"

Nina menghentikan gerakan memotong buah lalu menatap mamanya

"Kamu makan ya, mama sudah tidak sabar pengin gendong cucu"

"Iya mah" jawab Nina singkat.

Di ruang keluarga, Papa dan Danu tampak membicarakan tentang perusahaannya, sang papa mengakui kehebatan anaknya yang terus menerus menunjukan kemajuan perusahaannya. Memberikan pujian pada putranya yang mampu bersaing dengan perusahaan lain.

"Kamu bawa ke luar saladnya sayang, biar mama yang bikin teh untuk papa dan Danu"

"Iya mah" jawab Nina lalu meletakan dua mangkok salad ke atas nampan, berjalan menuju ruang keluarga.

"Mas ini saladnya" ucapnya sambil meletakan mangkuk kecil berisi salad.

"Silakan pah" lanjut Nina kali ini menyodorkan satu mangkok salad ke hadapan papa mertuanya.

Setelah itu Nina kembali ke dapur untuk mengembalikan nampan. Tampak sang mama sudah selesai membuatkan teh untuk suami dan anaknya.

"Danu, dua minggu lagi Sandra pulang untuk liburan di sini" ucap mama sambil meletakan empat cangkir teh di atas meja.

"Dia libur mah?"

"Iya dia ada liburan semester selama dua minggu, katanya dia akan meningap di rumah mama satu minggu, di rumahmu satu minggu"

"ya sudah besok aku jemput dia di bandara"

Saat Papa dan suaminya sedang menikmati salad buah, Nina membawa nampan berisi camilan, lalu ikut duduk di sebelah Danu.

"Nin, Sandra akan menginap di sini nanti, kamu tidak keberatan kan sayang"

"Tentu saja tidak mah, aku malah seneng nanti jadi tidak kesepian saat mas Danu pergi ke kantor"

Setelah menghabiskan kudapannya, suasana hening beberapa menit.

"Pah, mah" ucap Danu. Kedua orang tuanya pun menatap Danu.

"Ada apa Nu?" tanya mama.

"Aku dan Nina sepakat untuk bercerai" pernyataan Danu membuat Nina menatap lekat wajah Danu, dia tidak menyangka akan secepat ini Danu membicarakan permasalahannya.

Tidak berbeda dengan papa dan mama, merekapun tampak terkejut.

"Apa maksudmu Danu?" Tanya papa dengan tatapan yang tidak lagi bersahabat.

"Pah, kami tidak saling mencintai, percuma saja melanjutkan pernikahan ini"

Wajah mama memerah menahan kecewa, sedangkan Nina menunduk meneteskan air mata

"Danu" bentak papa lalu beralih menatal Nina. papa tahu jika menantunya sedang menangis.

"Kamu tahu siapa Nina?" Tanyanya menahan marah. "Dia anak pak Arifin, pengasuh pondok pesantren, seorang ustadz, seharusnya kamu beruntung memiliki istri dari keluarga yang taat dengan agamanya" jelas sang papa.

"Kalian sudah dua tahun lebih membina rumah tangga, kenapa harus berpisah, coba kalian perbaiki lagi hubungan kalian, mama lihat kalian baik-baik saja, tapi kenapa mendadak ingin bercerai?" ucap mama yang tiba-tiba ikut nimbrung.

"Aku punya wanita lain yang aku cintai pah mah" lagi-lagi ucapan Danu membuat orang tuanya tercengang seakan tak percaya.

Dengan gerak cepat sang papa berdiri lalu memberikan dua pukulan mendadak tepat di wajah Danu. Darah segar mengalir di sudut bibirnya.

Mama langsung berteriak histeris, sementara Nina segera berdiri, karena terkejut dengan pukulan yang di lemparkan oleh papa pada suaminya.

"Dasar anak tidak tahu diri, baji*ngan kamu Danu, selama ini tidak ada keluarga kita yang berselingkuh di belakang istrinya" ucap papa lalu mendaratkan satu pukulan lagi.

"Kamu benar-benar membuat papa malu"

Pukulan bertubi-tubi, membuat Nina berdiri di hadapan Danu seraya merentangkan kedua tangan.

"Pah sudah pah, jangan pukul mas Danu lagi" pinta Nina memelas, dengan deraian air mata. "Mas Danu mengeluarkan banyak darah, cukup pah, ku mohon jangan pukul lagi, ini salah ku pah" imbuh Nina lalu mengusap pipinya yang basah.

"Nina, laki-laki bejad itu sudah menyakitimu, kenapa kamu masih membelanya, hah?"

"Dia suamiku pah"

Sang mama pun tampak memeluk papa dari belakang agar suaminya berhenti memukuli anaknya.

"Lihat Danu, apa yang di lakukan istrimu? kamu tahu kan, selama ini papa sangat menghargai mamamu, berusaha menjadi suami terbaik buat mama, banyak wanita yang menggoda papa, tapi papa tetap dengan pendiriannya, tidak ingin menghianati mamamu" Teriaknya dengan mata yang kian memerah. "Kenapa kamu tidak belajar dari papa, Danu? Siapa yang memasak untukmu, menyiapkan keperluanmu selama ini hah? istrimu yang melakukannya, bukan wanita simpananmu" ujar papa dengan emosi yang memuncak.

"Kalau kamu berani menceraikan Nina, itu artinya kamu siap dengan kemiskinanmu. Ayo mah kita pulang" ucap papa lalu meninggalkan ruang keluarga.

"Aku siap pah, karena aku sangat mencintainya" ucapan Danu membuat papa menghentikan langkahnya sejenak, lalu berjalan kembali ke arah pintu keluar. Di ikuti oleh sang mama yang berjalan setengah berlari mengejar sang suami.

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Bojone AgustD 💜

Bojone AgustD 💜

di kira hidup miskin enak? makan tuh cinta ampe muntah²

2025-03-06

0

Murniyati

Murniyati

horeeee kena bogem

2024-12-29

0

guntur 1609

guntur 1609

oh berti danu ni om nya bima

2024-05-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!