Tak terbayangkan sebelumnya jikalau aku akan mengatakan kalimat ampuh itu kepada Rona. Ya, wanita yang dalam kurun waktu enam bulan ini cukup sukses membuatku gila. Namun, sepersekian detik kemudian, suara bariton seseorang kembali menyadarkanku dari lamunan semata.
Haha!
Ternyata cuplikan adegan lamaran itu hanya terjadi di dalam khayalanku saja.
Malangnya!
"Arona ...!"
Entah dari mana datangnya dia, seorang pria dengan setelan jas lengkap, berdiri tegap tepat di samping meja. Meja yang kami tempati, maksudnya.
Aku mendongakkan wajah seketika, begitu juga dengan Rona. Kami sedang berada di dalam mode yang sama. Namun, sekilas bisa kutangkap semburat rasa tak percaya merayapi sekujur wajahnya.
Apa ia sedang terpesona?
Atau mungkin merasa tertangkap basah oleh kekasihnya?
Aku belum mengetahuinya!
Beberapa saat kemudian
"En-Endar ... ka-kamu di sini?" Kalimat itu tercetus dari sepasang bibir gadis itu dalam mode terbata. Aku semakin yakin bahwa telah terjadi sesuatu di antara mereka berdua.
Pria itu lantas menarik lengan Rona tanpa berkata apa-apa. Meninggalkan meja yang sedari tadi menjanjikan adegan yang hampir saja melengkapi harapan indah seorang Huda.
Bisa kulihat bahwa Rona masih mengarahkan pandangannya ke belakang. Seiring dengan langkah tegap pria itu, ia berusaha menyepadankan gerak kaki jenjangnya walaupun hampir saja terjengkang.
Spontan, langkahku mengekori mereka untuk menanyakan fakta yang sebenarnya. Aku tak ingin pria itu menyakiti Rona, hanya karena kesalahpahaman semata.
"Tunggu ...!" cegatku.
Langkah pria itu terhenti sempurna ketika mendengar suaraku. Ia membalik badan, lalu menatapku seraya mengangkat dagu.
Aura dingin dan keangkuhan itu tertangkap jelas dalam pandangan mata. Firasatku mengatakan bahwa ... pria ini bukanlah sekedar pria biasa, namun lebih kepada orang besar yang memiliki pengaruh besar pula.
"Jangan seperti itu memperlakukan seorang wanita!" Pandanganku lurus menembus kedua netranya. Rona ... kala itu masih membatu di sampingnya. "Jika ada kesalahpahaman di sini, Anda bisa menyelesaikannya dengan baik-baik," lanjutku memperingatkan agar ia tak memperpanjang masalah ini.
Memang sakit di ulu hati saat mengatakan kalimat tersebut, namun aku harus profesional juga dalam hal ini. Jika memang lelaki ini mempunyai hak atas diri gadis ini, aku bisa apa lagi?
"Terima kasih karena Anda sudah membayarkan makan malam untuknya, Tuan. Tetapi ... aku sendiri yang akan membawanya pulang." Ia tersenyum miring seolah sedang mengejekku. Aku tahu ia hanya berusaha menyulut emosiku.
Namun, bukan aku namanya jika terbakar oleh api tipuan belaka. Apalagi, setelah melihat Rona menganggukkan kepalanya. Itu artinya ... pria tersebut memiliki hak atas dirinya.
Seketika harapanku luruh hampir tak bersisa. Kicauan kalbu yang selama ini terdengar hingga ke telinga, kini serasa lenyap sudah bersamaan dengan berlalunya mereka berdua.
Kenapa selama ini Rona tidak pernah menceritakannya?
Lagi pula, kenapa dia mau menerima ajakanku untuk makan malam berdua?
Tunggu!
Ia mau datang memenuhi ajakanku, itu artinya ... ia memiliki perasaan yang sama atas diriku.
Bisa-bisanya terbawa perasaan seperti ini. Mana mungkin pikiranku sedangkal ini. Apa pun yang terjadi, aku harus mendapatkannya kembali. Karena aku yakin, ada fakta yang tersembunyi di balik kebungkamannya selama ini.
...🍂🍂🍂...
Dalam gerak lamban mobilku membuntuti laju kendaraan pria yang membawa Rona. Aku tidak boleh kehilangan jejak mereka. Jika tidak, aku pasti akan menyesal untuk selama-lamanya. Dihantui oleh rasa yang tak pernah sampai pada peraduannya.
Mengering!
Sepah!
Dan terbuang!
Sungguh malang!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Milhiyah
Waduuh lamarannya kok hanya dalam angannya ..... itu namanya belum siap komandan 🕺🕺
2022-09-14
0
Drew 1
ambyar deh hati q...
sini pak pol.. dah q ambilin serpihan² hati mu 🤭
2022-09-04
1
Nofi Kahza
Ee..? Aku kira beneran.. ternyata masih khayalan..
ternyata.. ternyata.. adek tertipu🤦♀️
2021-12-18
0