Bab 7

Bagaimana caranya menggambarkan keindahan sebuah perasaan? Bahkan dalam dekap senda gurauan bersamanya terkadang membuatku lupa bahwa hari esok pasti akan datang sebagai pergantian. Pergantian waktu yang membuktikan bahwa akan adanya perpisahan dalam setiap pertemuan.

Dan aku ... tidak siap jika hal itu terjadi. Jiwaku seperti sudah tertanam di dalam diri. Diri seorang Rona yang sukses membuatku sinting berkali-kali. Bagaimana caranya agar tidak ada lagi jarak yang tercipta di antara kami? Haruskah aku melamarnya saat ini?

Ah, apa ini tidak buru-buru sekali?

Aku khawatir ia akan kembali menjauhi jika saja aku salah dalam menempatkan posisi diri. Aku bahkan tidak tahu, apakah ia merasakan hal yang sama seperti apa yang aku alami?

Tidak enak tidur, tidak enak makan, bahkan tidak enak perasaan jika sudah berjauhan seperti tempo hari.

Jika memang aku melamarnya saat ini, apakah dia akan berpikir bahwa aku ini seorang pria yang kebelet nikah? Tuhan ... sungguh aku berada di dalam fase dilema--takut salah melangkah. Namun, jika aku tidak bertindak cepat, apa iya pria lain tidak akan mendahuluiku satu langkah?

Oh, Rona!

...🍂🍂🍂...

"Bro, Kapolres nyariin elu noh."

Edi ... letinganku yang satu ini teramat blak-blakan jika berbicara. Padahal, Ibram dan teman-temannya masih berada di dalam ruanganku--bergulat dengan laporan bulanan mereka. Kulirik mereka sekilas, bisa kulihat keempatnya saling melempar tatapan--mungkin merasa bahwa atasannya tak seberwibawa itu di hadapan teman-temannya.

Sejurus kututup laptop berlogo buah berbentuk mirip sekali dengan simbol cinta itu, lalu beranjak dari peraduan. Mendekati telinga Edi yang kali ini mengejekku dalam senyuman.

"B.a.c.o.t lu!"

Setelah membisikkan dua kata pamungkas itu, aku pun berlalu. Bisa kudengar Edi terkekeh geli seraya mengekori langkahku. Ia bahkan membuntutiku hingga mencapai depan pintu.

"Apa, Lu?" Tatapan tajam kuhadiahkan padanya yang kini memasang wajah cengengesan--seolah tak memiliki dosa masa lalu. "Urusan kita belum selesai ...!" Jari telunjuk dan tengahku mengarah pada kedua bola matanya dalam tatapan gurau. Ia lantas menggeleng pelan sembari tersenyum padaku. Edi pasti tahu, jika aku tak seserius itu.

CEKLEK

Daun pintu ruangan Kapolres pun tersibak setelah tiga ketokan kudaratkan padanya. Menampilkan wajah cantik seorang polwan dari baliknya. Jika hatiku tidak sedang terikat pada satu nama, mungkin aku juga tergoda oleh tatapannya. Sudah bukan gosip baru lagi jika sepri (Sekretaris Pribadi) Kapolres adalah polwan tercantik dan termuda di Polresta.

"Komandan ...." Ia menundukkan kepalanya memberi penghormatan. Aku pun mengedikkan daguku sekilas lalu melewatinya untuk menemui sang atasan.

"Ijin, Ndan. Anda memanggil saya?" tanyaku seraya berdiri tegap di depan mejanya.

Dengan hanya menganggukkan kepalanya tipis, beliau langsung memintaku untuk duduk di hadapannya.

"Huda, ada sesuatu yang harus saya sampaikan. Mungkin ini terlalu cepat dan mendadak. Namun, saya pikir kamu harus mengetahuinya terlebih dahulu, sebelum TR resminya dikeluarkan."

DEG

Apa ini?

Secepat itukah aku dimutasi?

TR adalah singkatan yang biasa digunakan dalam dunia kepolisian untuk mewakili kata Surat Telegram mutasi para anggota. Aku juga sedikit bingung, kenapa singkatan itu jauh sekali dari kepanjangannya. Tetapi, itulah kenyataannya. Semoga kalian semua tidak banyak protes setelah mengetahuinya.

Semoga saja!

Aku masih bergeming, terlalu terkejut dengan berita yang baru saja aku dengar darinya. Mungkin karena melihatku yang mematung begitu, Kapolres lantas beranjak dari posisi awalnya. Mengitari meja, lalu duduk di pojokan benda tersebut seraya melipat kedua lengannya di depan dada.

"Kinerjamu sangat tinggi menurut saya. Kamu berhak mengepakkan sayap lebih lebar lagi. Ada satu kesatuan yang benar-benar membutuhkan polisi berbakat sepertimu. Kapolda baru saja menghubungi saya, beliau berencana untuk memutasikanmu, Huda." Sebelah tangan kokohnya dijatuhkan tepat pada sebelah bahu tegapku.

Aku tahu, beliau berusaha menyalurkan semangatnya padaku--yang saat ini tak menjawab sama sekali layaknya mayat hidup.

Tak ada pergerakan!

Apalagi penolakan dalam ungkapan!

Yang ada hanyalah tatapan kosong bak kehilangan sebuah harapan!

Terpopuler

Comments

Milhiyah

Milhiyah

Cinta baru bersemi....seiring dengan karir yg melejit naik ! selamat cinta huhuhihu....

2022-09-14

1

Yayoek Rahayu

Yayoek Rahayu

gimana sih pak huda....mau naik jabatan kok malah bengong.....yg lain mah pd sujud syukur...

2022-06-06

0

Nofi Kahza

Nofi Kahza

Yaelah baru aja Huda dbuat berbunga2 hingga sinting karena Rona.. Kasian amat lu bang..
😆

2021-12-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!