Bab 11

Ibram masih mengotak-atik laptop di hadapannya. Entah apa yang sedang dilakukan pria muda ini, aku juga tidak mengetahuinya. Yang jelas, sepengetahuanku anak ini handal sekali dalam ilmu tegnologi dan informasinya. Semoga saja, ia bisa menemukan identitas asli dari pria yang tadi bersama Rona.

Dan ... dapat!

"Ijin, Ndan. Pria ini adalah anak tertua dari walikota. Sepak terjangnya tinggi sekali. Memang termasuk dalam daftar orang kaya nomor tiga di provinsi kita.

Oh, tidak!

Bagaimana mungkin aku tidak mengenalinya?

"Oke, temukan banyak informasi lagi tentangnya!" Aku beranjak dari posisi dan berencana keluar untuk menemui seseorang.

"Ijin, Ndan. Anda mau kemana?"

"Menemui Malika."

Tanpa banyak tanya lagi, Ibram lantas melepas langkahku dengan ekspresi wajah pasrah. Tentu saja, aku harus mendapatkan informasi apa pun tentang Rona, dari teman satu rumah.

TOK ... TOK ... TOK ....

Malika lantas membukakan pintu, setelah mengetahui bahwa aku yang datang bertamu. Kedua matanya terlihat sipit sekali, sepertinya aku sudah memilih waktu yang tidak tepat untuk bertamu. "Ada yang bisa dibantu, Mas?" Ia menutup mulut dengan sebelah punggung tangannya, menahan diri agar tidak menguap di hadapanku.

"Maafkan aku yang telah mengganggu waktu istirahatmu. Tetapi, ini benar-benar penting, Lika."

Ia lantas memintaku masuk dan duduk di sofa. "Sebentar ya, aku buatkan kopi untukmu." Ia lantas berbalik arah memunggungiku, namun dialogku berikutnya berhasil menghentikan langkahnya.

"Aku ke sini bukan untuk minum kopi, tolong duduklah! Ada beberapa informasi yang ingin aku tanyakan padamu."

Malika lantas duduk berhadapan denganku. "Sebenarnya ada apa, Mas? Apa semua ini ada kaitannya dengan Rona?"

DEG

Kenapa ia bisa membaca pikiranku? Apa gadis ini semacam vampire yang biasa eksis di dunia halu?

Kurasa begitu!

"Betul sekali. Apa Rona tidak menginap di rumah malam ini?" Kuutarakan pertanyaan pancingan yang membuat ia berkerut dahi.

"Bagaimana Mas Huda bisa tahu? Tadi Rona memang mengabariku bahwa ia tidak pulang malam ini." Malika menceritakan yang sebenarnya sesuai dengan penuturan Rona melalui pesan singkat, tadi.

"Apa ia juga mengatakan padamu, dimana ia menginap?" Aku masih bertingkah seolah-olah tidak mengetahui apa yang sudah terjadi.

"Katanya di rumah kerabatnya."

DEG DEG

Kerabat?

Itu artinya ... Almalika dan Almahira tidak tahu jika Rona itu sudah berumah tangga.

"Baiklah, aku pamit sekarang. Sekali lagi, aku minta maaf karena telah mengganggu waktumu." Ia mengangguk kaku, lalu aku pun pamit undur diri. Namun, ketika tubuhku telah mencapai mulut pintu, gadis itu kembali memanggilku.

"Apa kalian sedang bertengkar?"

"Ah, tidak. Kami baik-baik saja. Terima kasih, Lika. Selamat malam."

Ia lantas mengangguk, dan menutup pintunya kembali setelah langkahku sudah menjauh dari rumahnya.

Sebelum memasuki rumah aku sempat berpikir tentang satu hal--kenapa Rona menyembunyikan status diri dari teman-temannya? Sebenarnya rahasia apa yang sedang ia sembunyikan dari dunia?

"Ijin, Ndan." Tiba-tiba tubuh Ibram sudah berada di sampingku--aku bahkan tak menyadarinya.

Aku hanya mengangguk tipis, lalu memintanya untuk bersuara. "Ternyata pria itu juga merupakan bandar narkoba terbesar di provinsi ini. Namun, kasusnya selalu dilumpuhkan karena beliau memiliki backing-an yang sangat kuat di Mabes Polri." Ibram lantas menambah informasi tentang suaminya Rona.

"Namanya Endar Riyahdi," lanjutnya kemuadian.

YES!

Aku jadi mempunyai alasan kuat untuk memenjarakan manusia semacam itu. Fakta yang baru saja disampaikan oleh Ibram serasa membawa angin segar yang membuatku mempunyai suntikan semangat untuk terus berpacu. Berpacu dengan aksi jitu yang bisa menyelamatkan ketimpangan sosial selama ini di Kota Tugu. Hitung-hitung, sambil menyelam minum air--begitulah kicauan hatiku.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***