" Jam berapa sekarang mas?", Tanya Dewi, Hananpun menyalakan ponselnya.
" Jam satu", Jawab Hanan.
" Kamu hebat sayang, hampir empat jam non stop", puji Hanan pada istri mudanya itu, setelah menghabiskan malam pertama mereka yang panas.
" Maklum lah mas aku sudah puasa hampir satu tahun", Jawab Dewi tanpa malu malu.
" Dulu memang kamu juga sekuat ini sama almarhum suamimu?", Tanya Hanan.
" yaa.... iya!", Jawab Dewi sedikit ragu.
Dewi jadi terkenang almarhum suaminya, kemarin saat berencana menikah kembali dia belum kemakam sang suami, belum minta restu pada mantan mertuanya juga.
" Kok diam?", Tanya Hanan yang melihat Dewi terdiam bukannya cepat memakai pakaiannya kembali.
" Hmm.... iya", Buru buru Dewi memakai pakaiannya dan berebahkan dirinya disisi Hanan, suami baru nya itu sudah terdenfar mendengkur kembali padahal belum lima mrnit dia menyelesaikan pakaiannya.
" Hemmm..... Lelah dia", Gumam Dewi, memandamg sekilas wajah suami barunya ketika tertidur.
Senyum terbit diwajah Dewi melihat wajah tampan dan karismatik milik suami barunya. Hatinya bangga dan bahagia, Seakan lupa bahwa yang sedang dia pandang itu bukan seutuhnya miliknya, namun ada wanita lain disana yang saat ini tengah berdoa khusyuk memanjatkan doa kepada Robbnya yang juga memiliki lelaki yang kini tertidur disampingnya itu.
Dewipun terlelap disamping Hanan meski lelaki itu tak memeluknya karena sudah ngorok duluan.
Pagi harinya, Hanan bangun terlebih dahulu seperti biasa dia langsung mandi dan sholat shubuh, yang sedikit heran bagi Hanan kok istri barunya ini tak segera bangun padahal jarum jam sudah hampir jam setengah enam.
" Mah, bangun!", Hanan menggoncang punggung Dewi pelan.
" Hemmm.... Entar mas, cape nih masih ngantuk", Ujarnya kembali menutup mata dan menarik selimut.
Hanan menjadi bingung atau sedikit kecewa tapi mau memaksa masih sedikit takut juga, dilema disini, dia terdiam memandangi punggung istri barunya.
Sedang istri tuanya tak begitu, jam berapapun dia tertidur malam harinya pasti bangun untuk menunaikan sholat subuh, bukan hanya itu Yasmin pasti akan bangun terlebih dulu dan menyiapkan keperluan mandi dan sholat.
Hanan menghela nafas dalam, berfikir untuk beberapa saat, " Ini tugasku untuk membimbingnya supaya lebih baik, tidak semua wanita seperti Yasmin toh, semua punya kekurangan dan kelebihan, jika Yasmin istri sholehah dalam ibadah dan melayani suami, Dewi istri sholehah dalam memuaskan suami, klop!", Batin Hanan bergumam sendiri, terbit senyumnya, dia merasa bahwa dia beruntung yang satu istri yang rajin berdoa yang satu istri suka dimanja.
Hanan seperti hilang akal, karena ***** atau cinta? Bahkan dia berdalih kasihan dengan anak anaknya yang masih kecil sudah ditinggal bapaknya. Nyatanya apa? Baru satu malam menjadi suami Dewi, Hanan sudah membandingkan dengan Yasmin tetapi tetap gelap, mata hatinya tertutup oleh birahi b***ng semok dan d*** besar Dewi, hingga tak sedikit memaksa untuk mengajak menunaikan ibadah.
Hanan beringsut menuju dapur, hal yang jarang dia lakukan jika di rumahnya, bahkan bisa dibilang selama pernikahannya dengan Yasmin dia kedapur untuk membuat kopi saat Yasmin baru saja melahirkan, semuanya sudah diurus oleh Yasmin bahkan sebelum dia membuka mata Yasmin sudah sibuk didapur mrnyiapkan segalanya untuknya dan anak anaknya.
Duduk di depan tivi Hanan kini, ini hari minggu anak anak tirinya juga belum pada bangun meski jam di finding itu sudah hampir pukul tujuh. Hanan Kembali menyeruput kopinya dan kembali masuk kamar, melihat Dewi masih terlelap diapun menyusul masuk kedalam selimut, tangannya menusap usap b***ng Dewi kemudian naik krperut bahkan sampai di d***.
" Huuhhh", Dewi melenguh, tapi masih terpejam, perlahan Hananpun membalikkan tubuh istri mudanya itu dan melancar aksinya, tak ada penolakan dari Dewi ia bahkan merespon cepat meski matanya belum terbuka sempurna.
" Masssshhh", Dewi mendesah, menggila membuat Hananpun tak membutuhkan waktu lama, hampir satu jam mereka habiskan sarapan pagi mereka dengan ******* dan erangan panas hingga puncak nirwana.
" Bangun, terus mandi yuk", Ajak Hanan.
" Jam berapa mas?", Tanya Dewi.
" Jam delapan".
" Owh, mas mandi duluan ya, aku mau beresin tempat tidur dulu", Jawab Dewi.
" Kalau gitu segera pakai bajunya", Ujar Hanan beringsut turun dari tempat tidur ukuran nomer tiga itu, kasur yang sangat pas jika dipakai tidur berdua.
Hananpun segera mandi, dikamar mandi yang ada di rumah itu, didekat dapur.
Dia menggosok kepalanya dengan shampo tak lupa sambil bersiul, hatinya berbunga bunga, merasa muda kembali pagi pagi dapat sarapan surabi hangat.
Niat awal poligami karena kasihan ingin menolong anak yatim yang sudah ditinggal bapaknya, namun pada akhirnya surabi hangatlah yang tetap nomer satu.
Manusia yang berjuluk lelaki memang bisa saja modusnya. Lihat yang montok dan bohai yang berjuang bersama terabaikan, jika menuntut dikit dibilang munafik padahal yang munafik siapa ya😀🤭
Keluar dari kamar mandi badan Hanan terasa sangat segar, berbeda dengan istri barunya masih terlihat kucel, tak terbayang jika sudah berbulan atau tahunan ya, masih pengantin baru saja malas bangun dan juga menunda nunda mandi.
" Ma, mandi lah biar kelihatan cantiknya", Ledek Hanan yang melihat istri barunya nampak wajah bantalnya.
" Iya pah", Dewi beranjak menuju kamar mandi sedikit malu juga melihat suaminya sudah segar.
Hampir dua puluh menit Dewi keluar kamar dengan rambut yang basah dan aroma sabun yang mengoar membuat Hanan kembali tergoda, namun usianya yang sudah tidak muda lagi membuat dia tidak mudah untuk kembali bereaksi, si burung pelathuk tidak bisa bangun lagi, butuh waktu lebih lama lagi untuk bisa kembali on, bisa ngilu jika dipaksakan.
" Nah kan cantik, anak anak betah juga ya tidurnya, memang mama suka ga ajak mereka sholat ya?", Tanya Hanan.
" Iya mas, jika libur begini biasanya mereka bangun diatas jam delapan".
" Hee.... tidak mas, aku juga sholatnya masih banyak bolongnya", Ucap Dewi tanpa sungkan seakan hal biasa meninggalkan sholat.
" Mulai hari ini mama biasakan sholat ya, anak anak juga diajak, jika ada bapak disini, bapak yang ngimamin jika tidak bunda atau Zidan lah, Zidan sudah aqil baleqh?", Tanya Hanan.
" Sepertinya belum", Jawab Dewi ragu.
" Kalau gitu mamah yang menjadi imam sekalian membantu mereka menghafal surat pendek".
" Kok bunda kan Zidan anak laki laki?".
" Ya Dia belum bisa dan juga belum akhil baliqh jadi mama di depan kalau tidak gitu suruh Zidan sholat kemasjid dan mama sama dedek Zea dirumah".
Disitu saja Dewi nampak bersungut, tapi tidak berani protes karena yang dikatakan Hanan benar adanya, seharusnya dia malu karena ketahuan malas bahkan untuk bangun pagi untuk mandi dan subuh saja ia lewatkan.
Bersambung.........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
✪⃟𝔄ʀ sⷡεͬɴͦɢͫᴏͦᴛ ʰᶦᵃᵗ🦈
gemes
2021-10-04
1
Hartati Tati
hore.... baru kelihatan......
2021-09-29
1
Fitri Diliana
pgn ngasah golok ga si 🔪🔪🔪 othorx aj greget bgt tu kykx 🤣🤣🤣
2021-09-18
1