Pada akhirnya Hananpun memutuskan liburan bareng Yasmin dan anak anaknya tanpa Dewi dan anak anaknya.
Namun liburan kali ini Hanan hanya sehari semalam saja, tidak seperti biasanya, alasannya sekarang keuangannya sedang tipus dan anak anak harus terima.
Hasan terlihat lebih banya diam, bahkan ketika Yadmin masak didapur ketika mereka menyewa vila, Hasan memilih membantu bundanya. Sementara Husain, Hanan dan Haya berenang.
" Kak, ikut berenang saja gih, bunda cuma goreng pisang kok, sana! bunda bisa sendiri".
" Iya bun", Hasan menjawab iya namun tak bergeming dari sisi sang bunda.
" Udah sana, nikmati kak liburan ini, kita tidak pernah tahu, mungkin musim liburan sementer depan kita tak bisa seperti ini lagi, lupakan dulu rasa kecewa kakak, nikmati dan syukuri yang ada saat ini", Lirih Yasmin memberi pengertian pada putra sulungnya itu.
" Iya bun", Hasanpun akhirnya menyusul bapak dan kedua adiknya untuk berenang.
" Ada pisang goreng dan teh panas, yang mau yang mau", Ujar Yasmin membawa nampan baki mendekat kepinggir kolan yang ada mejamya.
" Yeeee..... Masih panas ya bun?", Sorak Haya menepi kepinggir kolam.
" Iya, bunda siapin di gelas ya biar cepat dingin", Jawab Yasmin.
" Bunda ikut renang sini dong!", Teriak Hanan memanggil Yasmin.
" Bunda disini saja", Jawab Yasmin.
" Iya bun, ga seru nih ga ada bunda", Seru Haya.
" Bun, kenapa ga renang?", Seru Husain yang baru saja minggir.
" Turunlah bun sini", Hananpun menuntun Yasmin.
Akhirnya Yasmin pun mengganti pakaian dan ikut berenang.
Entah kenapa Yasmin selalu menghindar jika Hanan berenang mendekati dirinya, rasanya risih tak seperti dulu lagi dan rasa itu makin hari makin menyiksa batinnya.
Setelah pemanasan dan berfnang beberapa kali balikan akhirnya Yasmin istirahat dengan duduk dipinggir kolam, kesempatan itu dimanfaatkan oleh Hanan untuk mendekati dirinya dengan duduk disebelah Yasmin.
" Bun, jangan diemin bapak dong.... Bunda kok tidak perhatian sih sama bapak, bunda berubah", Setelah beberapa saat duduk dan memperhatikan anak anak mereka, akhirnya Hanan menyampaikan apa yang ia rasakan akhir akhir ini.
" Masak! Mungkin itu cuma perasaan bapak saja, bunda masih sama kok", Jawab Yasmin acuh.
" Nah itu buktinya, bunda ketus sama bapak".
Yasmin menarik nafas dan menghembuskan malas, " Maaf pak, untuk urusan sayang sayangan dan perhatian curahkan saja pada istri mudamu itu, dia kan masih muda tentunya masih semangat empat lima mengurus dan mencurahkan kasih sayangnya pada bapak, biarkan bunda begini saja, bunda masih menata hati pak", Jawab Yasmin lesu.
" Maaf bun, maaf jika bapak tidak berfikir sejauh ini, bapak fikir bunda akan terbiasa seiring waktu tapi hingga empat bulan bunda dan anak anak terasa makin jauh dari bapak, tapi semua sudah terjadi tidak mungkin bapak kembali seperti dulu lagi, Dewi juga membutuhkan bapak bun", Ujar Hanan.
" Iya, bunda ngerti.... dan hati bundapun tidak akan sama seperti dulu, bunda bukan Aisyah ataupun Hashah yang bersedia di madu, bunda kalau bisa ingin seperti Khotijah, menjadi satu satunya hingga maut memisahkan tetapi semua sudah terjadi, mungkin takdir bunda harus begini, maaf bunda juga masih harus menata hati pak".
" Bun, bapak makin sayang sama bunda, ada Dewi sekalipun tidak mengurangi kasih sayang bapak pada bunda, bapak malah semakin sayang sama bunda, meskipun kini bunda tak mau lagi disentuh oleh bapak, bapak akan sabar", Hanan berusaha memeluk punggung Yasmin, tetapi Yadmin dengan cepat berusaha melepaskan pelukan Hanan, sekali lagi " Risih" apalagi dilihat anak anak, jika dulu hal itu biasa, bahkan jika berenang mereka akan saling genfong gendongan srkarang hal itu tidak terjadi.
Bukan hanya Yasmin yang sebetulnya sedih Hanan jauh lebih sedih, tetapi Hanan tak bisa memaksakan kehendaknya kali ini, dia harus lebih sabar, Hanan sadar jika perbuatannya menggores hati Yasmin hingga sangat dalam, karena Yasmin itu wanita pemaaf tidak akan se ilfil itu pada dirinya jika bukan karena luka dalam hatinya yang menganga.
" Dingin pak, bunda mau udahan saja", Ujar Yadmin beranjak meninggalkan anak dan suaminya untuk bersih bersih.
" Kok udahan bun, ga seru ah, bapak sih... jadi bunda srkarang ga seheboh biasanya, bapsk yang bikin bunda selalu murung dan sedih, dasar bapak jahat", Haya mengomelin bapaknya, kecewa liburan kali ini tak ada senyum indah diwajah bundanya, tak ada manja manja bunda pada bapaknya seperti biasanya.
" Udah dik, jangan sewot gitu, entar cepet tua lho... kita bertiga saja yuk", Hasanpun menghibur adik kecilnya itu dengan mencoba bermain bola sambil berenang dengan adik adiknya.
Hananpun mencoba mewasitin ketiga anaknya, tak ingin kehilangan momen liburan, sadar kini waktunya terbagi dan uang juga yang terbagi Hxnan tak ingin menyia nyiakan kesempatan yang hanya sehari ini karena besok sore sudah harus kembali pulang.
Saat tadi berengang Hanan sempat memperhatikan tubuh istrinya itu, tubuh yang biasanya proporsional itu kini nampak lebih kurus, terang saja Yasmin sekarang lebih banyak puasa, bekerja pula, sudah begitu tekanan batin juga, wajar jika Yasmin berat badannya menyusut.
Yasmin sudah mandi, sudah mengenakan gamis katun warna navi, tanpa kerudung karena rambutnya masih basah dan disitu lagian hanya ada mereka saja.
" Yang mau pisang goreng nih mumpung masih hangat dan tehnya juga pas banget nih panasnya untuk diminum", Ujar Yasmin.
Hanan pun mendekat dan duduk di kursi depan Yasmin, diapun menyesap teh hangat yang telah Yasmin tuang kedalam gelas.
" Enak bun, manis.... pisang dari mana? Bawa dari rumah?", Tanya Hanan.
" Tidak, yang kita beli tadi dijalan saat hendak kemari", Jawab Yasmin.
" Sederhana ini liburan kita bun, tapi ini yang akan membuat anak anak bahagia", ujar Hanan.
" Iya", Jawab Yasmin yang sejatinya ada perih direlung terdalamnya.
" Semoga setiap liburan kita akan terus seperti ini ya bun".
" Aamiin, semoga", Jawab Yasmin pelan.
" Bun, bapak lihat kok bunda kurusan, bunda sakit?", Tanya Hanan penuh selidik.
" Iya, sakit hati pak, susah sembuh", Jawab Yasmin dengan pandangan lurus, seraya menyuap pisang goreng kedalam mulutnya.
" Bun...... ".
" Hemmmm".
" Maafin bapak".
" Hemmm".
" Bund, jawab dong bukan ham hem ham hem gitu", Rengek Hanan.
" Bunda tidak tahu harus jawab apa, yang penting bapak bahagia lah", ujar Yasmin dengan senyum tipis.
" Kok yang penting bapak, bunda dong".
" Hemmm", Yasmin tersenyum miring, rasanya ucapan Hanan tadi sebuah penghinaan terhadap dirinya.
" Kok hemmm lagi".
Yasmin akhirnya diam, tak harus menanggapi setiap kata dari suaminya, lrbih baik diam.
" Sudah sore, udahan yuk berrnangnya, mandi terus kita siapin makan malam, oke", Seru Yadmin pada ketiga putranya.
" Iya bun", Jawab serentak merrka bertiga, sementara Hanan sudah beranjak mandi sedari tadi semenjak Yasmin tidak lagi menanggapi bicaranya.
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Jumiah
hidup pas2 san ...
gk bisa adil lg ,lengkap sdh penderitaan ..ap lg yg di pertahan kan
hanya wanita bodoh yg sanggup
berdiam dri merasakan kepahitan..
2025-02-21
0
Linda Z
suami ga adil tuh mending pisah aja....
2021-11-19
1
mia💞
d hmm...hmmm...in jg masih untung kamu hanan....😏😏😏😏
2021-10-13
0