Sudah seminggu Yasmin puasa, entah puasa untuk nadzar apa Yasmin hanya meniatkan puasanya untuk meredam segala sakit di hatinya, untuk mengalahkan rasa sakit dan kecewanya pada Hanan sang suami yang akan menikah hari ini dengan Dewi, seorang janda wali murid dari Zidan murid Hanan disekolah dasar.
Hanansudah bicara pada ke tiga anaknya jika dirinya akan menikahi seorang ibu denga dua orang anak, mereka akan mempunyai adik baru yakni Zidan 10 tahun dan Sera 6 tahun.
Hasan sang putra pertama yang kini duduk dikelas dua sekolah menengah hanya diam dengan sorot mata kemarahan yang dalam, tanpa kata seperti sang bunda meanggapi ucapan sang bapak sementara Husain langsung protes dengan deraian air mata meski sempat berujar bahwa dia kecewa dengan tindakan sang Bapak, berbeda dengan Haya gadis kecil itu langsung histeris dan mengumpat bapaknya, lelaki yang merupakan cinta pertamanya itu.
" Husain marah sama bapak karena membuat bunda menangis", Ujar Husain penuh kekecewaan.
" Bapak mau menikah lagi.... Ih bapak kok begitu... Aya marah sama bapak, Aya malu karena bapak mau punya istri dua kayak Isti teman Aya TK bapaknya nikah lagi terus dia sering nangis karena bapaknya sudah jahitin ibunya, bapak jahat seperti bapak Isti", Ketus gadis kecil itu tidak terima.
Hanan cuma bisa menarik nafas dalam mendengar protes kedua anaknya.
" Bunda tolong beri pengertian pada anak anak bahwa bapak hanya menikah tidak melakukan hal yang memalukan, bapak tidak maling atau membunuh orang justru bapak beribadah dengan mrnikahi janda", Ujarnya pada Yasmin yang sedari tadi hanya diam mrlihat reaksi ketiga anaknya.
Sementara diujung kursi nampak Hasan dengan nafas turun naik yang cepat menandakan jika anak itu tengah marah besar, namun dia tetap diam seperti bundamya.
" Udah ya, nanti kalau bapak sudah resmi menikahi bu Dewi, nanti bapak kenalkan kalian padanya, orangnya humble kok, pasti kalian bisa cepat akrab lagian orangnya pintar membuat suasana menjadi ramai dan hidup", Ujar Hanan seperti lelaki tanpa beban dan perasaan.
" Tidak perlu pak, Hasan tidak harus mengenalnya cukup satu ibu yang Hasan punya bunda Yasmin, silahkan bapak menikahi banyak wanita bagi Hasan tidak ada yang bisa menggantikan bunda, Hasan berharap Bunda akan selalu sehat, baik, tambah bijak juga bunda kuat mempunyai seorang suami seperti bapak", Ujar Hasan begitu dingin seperti bongkahan es dari benua antartika.
" Hasan!", Hardik Hanan dengan mata melotot tajam kearah Hasan, dan Hasan malah mengangkat dagunya tanda bahwa dia sudah hilang rasa hormatnya pada sang bapak, Hanan terkesima mendapati perlawanan dari putra pertamanya itu, dia kemudian berdiri dan beranjak pergi.
Yasmin masih terdiam, dibibirnya bergetar membacakan kalimat istighfar, memohon ampunan pada sang khalik atas adegan kurang menyenangkan yang di tunjukkan suami dan putranya.
" Hasan, hormati bapak, biarkan bapak menikah lagi, ibu ridho, tidak apa apa, ibu kadang kadang capek mengurus bapak, biar ada yang membantu mengurus bapak nak!", Ujar lembut Yasmi berusaha menutupi isi hatinya, itu lebih baik demi anak anaknya.
Ketiga anaknyapun kemudian mendekat kepangkuan Yasmin dan mendekap sang bunda dengan penuh sayang, isak tangis keempatnya tak bisa dibendung lagi.
" Ini yang Aya tidak suka, disana bapak bersenang senang dengan keluarga orang, sementara disini kita menangis, tapi Aya masih kecil jadi tidak bisa memukul bapak, kalau Aya besar mau aku pukul bunda, bapak sudah buat kita menangis bareng bareng", Yasmin tidak menyangka putrinya ternyata sangat keras memberikan perlawanan.
Saat Yasmin dan Hasan hanya berdua, Hasanpun dengan hati hati menanyakan kenapa bundanya hanya diam, seakan pasrah saja bapaknya akan menikah, kenapa bunda tidak melawan untuk protes kenapa malah diam seakan memberika inin bapaknya untuk poligami, tidakkah bundanya tahu jika anak anak tidak setuju, anak anak marah jika bapak ya mau menikah lagi.
" Bun, kenapa bunda hanya diam?", Tanya Hasan hati hati.
" Hemm", Yasmin cuma tersenyum getir seraya melirik Hasan.
" Apakah bunda menyetujuinya?", Tanya Hasan kembali.
" Haahhhhhsss.... ", Yasmin menarik nafas dalam dan berat, seakan ingin membuang sesuatu yang menghalangi jalannya suara untuk keluar dari rongga dadanya.
" Hati bunda hancur hingga tak ada kata yang bisa terucap", Akhirnya suara itu terdengar sangat menyayat hati Hasan, perih itu yang Hasan rasakan, sesak ada ribuan umpatan untuk bapaknya tetapi sama seperti bundanya, tak ada sepatahpun akhirnya yang lolos dari bibirnya.
Tertunduk dengan mata yang terpejam, itu saja yang bisa Hasan lakukan mata dan hidungnya memanas ada bendungan yang hampir jebol disana tetapi Hasan tahan sedemikian rupa agar tidak membanjiri pipinya.
" Sudahlah kak, kita terima saja dulu, sambil bersabar dan berdoa", Ujar Yasmin tenang yang dia usahakan.
" Bunda tidak marah atau menangis?", Tanya Noah.
" Ada waktunya bukan saat ini, kita juga harus bahagia toh? Ayah sedang sangat bahagia lho masak kita malah mau menangis, ingatkan kata kata Haya, kita menangis bertiga bareng bareng sementara bapak bahagia dengan orang yang tidak kita kenal, kita lebih baik juga bahagia meski tanpa bapak, iya to", Yasmin seperti bersandiwara karena harus bohong pada hatinya demi anak aanaknya.
" Bunda, tetaplah tersenyum untuk kami, Hasan Yakin apa yang bapak lalukan hari ini akan bapak tuai suatu saat", Ujarnya lirih takut bundanya marah karena telah menyumpahi bapaknya.
" Semoga bapak bisa adil dan bisa menjadi contoh untuk anak anaknya,vAamiin", Ujar Yasmi dengan tersenyum.
Sementara ditempat lain
Hanan telah bersiap untuk membawa anak anak kesebuah tanah lapang yang tidak jauh dari sekolah.
Saat ini adalah jam pelajaran olah raga bagi anak kelas 4. Dan dilapan itulah murid murid hendak berolah raga dipimpin oleh pak Hanan.
" Hati hati perhatikan jalannya dipinggir tidak boleh berbaris cukup beriringan saja, jaga diri supaya tidak mengganggu lalu lintas", Seru Hanan menggiring murid muridnya ke lapang.
" Siap pak", Jawab murid murid serentak dengan patuh mereka berjalan beriringan sesuai intruksi pak Hanan.
" Oke, rapikan barisan, kita absen dulu". Pak Hananpun mengabsen satu persatu muridnya setelah mereka berbaris rapih dilapang.
" Lho kenapa ini Siti tidak ada? Bolos atau ada surat ijinnya Prasna?", Tanya pak Hanan pada ketua kelas itu.
" ijin pak, sakit", Jawab Prasna.
" Oke, kita doakan ya anak anakku sekalian supaya teman kalian Siti lekas sembuh".
" Kita mulai saja pelajaran olah raga hari ini diawali dengan berdoa ya, supaya semua berjalan lancar, berfoa dimulai", Hanan Memimpin doa dengan khusyuk.
" Siapa yang merasa pusing? Jika ada yang merasa pusing atau sedang tidak enak badan, silahkan duduk dipinggir lapang saja tetapi perhatikan teman teman kalian yang berolah raga ya", Seru Hanan kembali sebelum kegiatannya dimulai.
Bersambung,.......
Terima kasih buat pembacaku yg sdh langsung like, silahkan kritik tulisan saya jika tidak berkenan, terima kasih🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Dahniati Nia
kalau saya nyerah thor, lebih baik sakit sekalian gara2 berpisah dari pd sakit perlahan2 gra2 dipoligami. walaupun gak enak jadi janda karena di pandang sebelah mata, karena menjaga mental ttp wras itu lebih perlu. dari pada punya suami tapi tak bisa setia dan menghargai kita. ya Allah jauhkan keluargaku dari perbuatan seperti itu, jaga lah hati suamiku seperti aku menjga hti ku aamiin
2022-05-23
1
Mila Adzkia
baca nya jd ingat masalalu aq ..thourrr.😭
2021-11-08
0
Nana
mendadak keinget larissacou.
2021-11-06
0