Bab 20

Rasa kecewa itu pasti ada!

Dalam batin Bebi terus bertanya-tanya mengapa ayahnya sampai setega itu. Tidak mau memberi tahu penyakit yang dideritanya pada anak sendiri, dan bahkan meninggalnya pun Bebi tak diberi tahu.

Memangnya kenapa?

Apa salahnya?

Ada masalah apa sampai ayahnya melakukan hal tidak masuk akal seperti itu?

Lengkap sudah! Bebi benar-benar merasa dirinya anak pembawa sial yang patut untuk dibuang. Itu 'kan yang ayahnya pikirkan selama ini?

Setelah tangisan Bebi mulai mereda, dan kondisi gadis itu sedikit lebih tenang dari sebelumnya, Wicaksono langsung membawa Bebi dan Rico ke pemakaman ayah Bebi di salah satu kawasan pemakaman mewah di daerah Kerawang Jawa Barat.

Langit sedikit mendung sore itu, mobil yang ditumpangi mereka bertiga berhenti di sebuah kawasan makam mewah yang mayoritas dihunii oleh mayat-mayat orang kaya.

Mayat yang dulunya memiliki banyak harta dan kekuasan tinggi. Terdiri dari pejabat dan pengusaha-pengusaha sukses, dan sekarang sedang terbujur tak berdaya di bawah gundukan tanah.

Lihatlah!

Sekarang derajat mereka semua sama di mata Tuhan! Tidak ada yang dilihat paling kaya dan yang termiskin. Tidak ada yang paling cantik dan paling tampan. Dan parahnya, tak ada yang bisa membawa rumah mewah dan orang-orang terkasihnya ke kuburan.

Di tempat ini tubuh mereka akan kekal abadi. Bila semasa hidup mereka selalu berbangga hati atas duniawi, sekarang tak ada satu pun yang bisa menyombongkan diri apalagi harta yang pernah mereka miliki.

Mereka semua tertidur dengan nasib sama di atas kuburan mewah yang atasnya dibuat begitu indah—Seolah itu adalah taman Surga.

Bebi turun dari mobil dituntun oleh Rico. Ia mengenakan baju serba hitam, lengkap dengan kacamata hitam untuk menutupi mata sembabnya.

"Pelan-pelan!" Rico bantu menopang tubuh Bebi yang limbung. Perlahan pria itu mulai ada gunanya sebagai seorang suami-suamian.

"Kuat jalan?" Wicaksono melirik Bebi yang sepertinya sangat kesusahan dalam mengambil langkah. "Gendong istrimu, Rico! Kamu ini suami apa celengan babi? Melihat istri sudah seperti itu bukannya digendong malah bertingkah seperti orang bodoh!"

Wicaksono mendesahkan napasnya. Matanya menatap geram Rico yang tidak ada peka-pekanya sama sekali.

Pria itu tak memperdulikan ocehan ayahnya. Ia menunduk untuk melihat wajah si petasan banting. "Kamu mau aku gendong?"

Perempuan itu menggeleng. Jelas Bebi tidak akan mau kalau pakai acara ditawari terlebih dulu. Dasar Rico!

"Tuh 'kan? Dia tidak mau!" sungut Rico dengan bangganya. "Orang punya kaki untuk apa digendong? Dituntun saja! Bebi lebih suka begini." Rico merangkul pundak Bebi lebih erat. Padahal Bebi kesusahan jalan akibat jajahan sahabat karibnya Dipsy. Dasar tidak tahu diri!

Ya Tuhan, anakku!

Helaan napas Wicaksono terdengar semakin kasar. Lalu terempas begitu saja bercampur dengan udara.

Kalau bukan sedang berada di pemakaman mungkin sudah ada adegan baku hantam, pikirnya.

Tidak membutuhkan langkah banyak untuk mencapai pemakaman ayah Bebi. Tepat di samping gapura besar, di sanalah nisan bertuliskan nama ayahnya tertancap.

"A—yahhh!"

Bebi menutup mulutnya tidak percaya. Beberapa saat lalu ia masih berharap bahwa semua ini hanya sebuah mimpi. Namun tanah merah dengan batu nisan bertuliskan nama ayahnya mematahkan semua harapan Bebi. Ayah yang selama ini ia rindukan kehangatannya telah benar-benar pergi.

"Tenangkan hatimu! Jangan sampai membuat ayahmu yang sudah di atas sana jadi bersedih." Wicaksono mengelus pundak Bebi. Gadis itu mulai bersimbuh di samping batu nisan ayahnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Kini semuanya juga ikut bersimpuh di atas makam basah milik ayah Bebi dengan suasana mengheningkan cipta.

Menghadiri pemakan itu rasanya seperti menunggu giliran mati. Sekarang kamu, besok aku. Istilah gampangnya seperti itu.

Wicaksono memulai acara dengan menyiramkan sebotol air mawar dari atas batu nisan hingga ke bawah.

"Aku datang lagi. Kali ini membawa anakmu, Di!" Wajahnya berubah sendu dan meratapi nasib sahabatnya itu. Mungkin sebentar lagi posisinya akan bernasib sama seperti sahabatnya.

Rico yang tidak merasa berduka-duka banget berusaha mencari kesibukan dengan menabur bunga-bunga di atas tanah. Semuanya mulai terdiam tanpa sepatah kata pun.

Bebi terlihat menunduk dengan tangan menengadah ke atas angit. Diapit oleh Rico dan ayah mertuanya, ia mulai memanjatkan doa-doa sederhana yang ia bisa. Rico dan Wicaksono pun ikut melakukan hal yang sama.

***

Up 2 Bab. Ditunggu y sayang-sayangnya Ana.

Terpopuler

Comments

jumirah slavina

jumirah slavina

pen getok kepala s' Dodol satu ini deh Thor... 🤦🤣🤣🤣🤣

2024-12-03

2

Dewi Nurmalasari

Dewi Nurmalasari

wkwkwkw mulut pedes Rico dri bapaknya tnyata

2023-10-12

1

Ney Maniez

Ney Maniez

geregetan sm c royco

2022-07-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!