Bab 14

Sesampainya di rumah, Bebi langsung masuk ke kamar mandi untuk segera membersihkan diri dari virus-virus Dipsy yang mungkin masih menempel pada tubuhnya.

Teman-teman yang tadi berkumpul dengan Bebi terus menelepon. Namun Bebi memilih abai karena kondisi fisiknya semakin bertambah buruk sejak kejadian tadi.

Di dalam kamar mandi, darah dari bagian sensitifnya tambah mengucur cukup deras bercampur dengan shower yang mengguyur seluruh tubuh.

"Sakit banget, tau sesakit ini aku gak akan nantangin Royco Sachet—an itu! Kenapa kamu bodoh sekali si, Beb? Jadi gak perawan, 'kan?"

Perempuan itu menyandarkan kepalanya ke tembok keramik bermotif bunga-bunga. Beberapa kali ia meringis menahan rasa perih pada bagian bawahnya saat terkena air dingin.

Ia tak mau berlama-lama. Setelah tubuhnya terguyur sepenuhnya, Bebi langsung mengambil bathrobe yang tergantung di dinding untuk membalut tubuhnya.

Entah kenapa tiba-tiba tubuhnya menggigil tanpa sebab.

Bebi segera keluar dari kamar mandi dan memilih baju terhangat untuk meredam rasa dingin yang menusuk-nusuk kulit.

*

*

*

Selang beberapa waktu kemudian Rico pulang bersama sang ayah.

Pria itu menyuruh ayahnya duduk menunggu di ruang tamu, lantas ia segera masuk ke dalam mencari keberadaan Bebi.

"Mana perusuh itu?" tanya Rico pada salah satu pelayan yang melintas di depannya. Pelayan itu merasa sial karena tidak melakukan apa-apa tapi langsung dibentak.

"Nona sedang makan di ruang makan Tuan!" jawab pelayan itu. Rico segera berlari menuju meja makan. Beruntung tempat itu agak jauh dari posisi ayahnya sekarang.

"Ayahku datang. Cepat ke ruang tamu sekarang!" Pria itu menggeleng saat melihat Bebi nyaris tertidur di ruang makan. "Hei!" sentaknya seraya menggoyang-goyangkan pundak Bebi agak kasar.

"Kamu baik-baik saja?"

Akhirnya kata yang sejak tadi mengganjal di kepala terucap juga. Bebi sedikit menggeliat, merentangkan kedua tangannya agar lebih terjaga.

"Aku ngantuk, ada apa?" Suaranya yang lantang membuat Rico berubah tenang. Sepertinya Bebi tidak mempermasalahkan keperawanannya yang baru saja hilang.

"Ayahku datang! Cepat keluar temui ayah, katanya dia tidak akan pergi sebelum bertemu denganmu"

"Hmmm." Bebi menjawab tanpa kata. "Nanti aku ke sana."

"Sekarang, bodoh!"

"Iya bawel!" ketus Bebi kesal.

"Ingat pesanku, bersikap manislah seperti istri sungguhan. Kamu tidak mau disuruh pindah ke rumah ayah, 'kan? Jadi perankanlah sandiwara ini dengan baik."

"Iya, aku tahu! Sebentar dulu, aku belum sempat sisiran!" Bebi mengambil satu buah garpu di atas meja makan untuk menyisir rambutnya.

"Astaga Petasan Banting! Apa yang kamu lakukan? Jaga kelakuanmu!"

Bebi memasang wajah galak dan kesal. "Sisirku hilang entah ada di mana. Masa aku mau menemui ayahmu dengan rambut singa seperti ini? Memangnya kamu tidak malu?"

"Sisiran si sirian! Tapi tidak menggunakan garpu juga kali! Kamu manusia apa jenglot?"

Rico benar-benar geram melihat kelakuan anak itu. Rasanya ingin menjadi kanibal satu hari agar bisa menelan tubuh Bebi sekaligus tanpa dikunyah.

"Mbak ...." Rico memanggil pelayan. Suaranya sedikit dibuat pelan agar tidak memancing perhatian tuan Wicaksono. Pelayan itu mendekat, mengikuti isyarat tangan dari tuannya tanpa bicara.

"Tolong ambilkan sisir untuk mahluk astral yang satu ini. Jangan sampai garpu makan di rumah ini terkontaminasi kutu yang ada di rambutnya karena dipakai menyisir!"

"Enak saja! Rambutku bersih tahu!" Meski dicucinya satu minggu sekali, lanjut Bebi dalam hati.

"Lima menit! Aku tunggu kamu keluar menemui ayah." Ada hempasan napas kasar yang terbuah kesembarang arah. Bebi terkikik puas melihat Rico marah-marah tak jelas.

"Kalau dipaksa tinggal di rumah utama ya tidak masalah! Kan yang tersiksa kamu, aku mah santai, di manapun bisa hidup! Ibu tirimu tidak akan berani melawan orang sepertiku."

Tawanya menggema, ia mengambil satu buah garpu baru untuk menyisir rambutnya.

"Astaga Nona!" Pelayan yang baru saja membawakan sisir untuk Bebi memekik tertahan. "Jangan menggunakan garpu untuk menyisir rambut, nanti tuan muda marah, nona yang kena batunya!"

Pelayan itu mendudukkan Bebi di kursi, lantas mulai menyisir rambut setengah gimbal Bebi yang sepertinya tidak cukup dikerjakan dalam waktu lima menit.

"Memangnya kenapa kalau pakai garpu? Manusia itu harus memiliki otak kreatif tanpa batas! Garpu bisa kita digunakan dalam keadaan darurat kalau sisir tidak ada!"

Entah kenapa Bebi merasa be like dengan kehebatannya yang satu itu.

***

Satu bab lagi ditunggu ya...

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

GMN RASANYA DIPSY, MSH SOMBONG AZA LO, MULUTMU HARIMAUMU...😂😂😂😂😂😂

2023-10-06

0

Ney Maniez

Ney Maniez

👍👍👍🤭😁

2022-07-31

0

Ney Maniez

Ney Maniez

🤦‍♀🤦‍♀🤦‍♀🤦‍♀

2022-07-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!