Bukan Bebiana namanya kalau bisa menepati janji dengan tepat waktu. Selang beberapa menit, gadis berambut ungu itu kembali menghubungi asisten tuan Wicaksono, mengatakan tidak bisa datang karena ada pelajaran tambahan mendadak.
Hal itu pun tak membuat tuan Wicaksono menyerah, ia memaksa Rico menjemput Bebi ke kampus agar gadis itu mau ke kantor.
Tuan Wicaksono yakin bahwa gadis itu hanya beralasan. Beliau merasa bahwa Bebi memang sengaja menghindarinya karena sungkan terhadapnya.
Maka di sinilah Rico sekarang, berdiri seperti orang bodoh mencari-cari sosok si terong ungu di antara ratusan mahasiswa.
Pria itu sudah mencari Bebi sampai ke kelasnya. Namun salah satu satpam menjelaskan bahwa kelas di jurusan ekonomi sudah lama keluar sekitar setengah jam yang lalu.
Satpam mengarahkan Rico ke sebuah kafe dekat kantin, tempat di mana Bebi biasa mabar (main bareng) dengan teman-teman komunitas pecinta game.
Rico bergegas menuju ke kafe tersebut. Membelah lorong kampus yang dipadati para mahasiswa.
Tubuhnya yang besar perpaduan antara aktor dan atlet membuat mata para mahasiswi tak berhenti menatapnya. Mereka menyapa Rico bahkan mengira bahwa pria itu adalah dosen baru di kampus.
"Ke mana anak setan itu?"
Beberapa kali Rico mendesahkan napasnya. Kadang ia merasa bodoh kenapa mau menuruti paksaan ayahnya untuk melakukan hal tidak berguna semacam ini.
Selang beberapa menit kemudian, matanya menangkap rambut ungu yang tengah duduk di antara beberapa lelaki. Jarak duduk mereka sangat dekat, seakan Bebi tengah diapit dua pacar sekaligus.
Hal itu membuat Rico emosi, darahnya berdesir dengan napas yang mendadak naik turun tak terkontrol lagi.
"Apa yang kamu lakukan di sini, Sayang?" Ditariknya tangan Bebi dengan kasar hingga gadis belia itu nyaris terjungkal.
Meski tidak cinta, tapi jauh di dasar hati Rico masih memiliki rasa kepemilikan. Ia tidak rela istrinya dikerubuni banyak lekaki. Membuat otaknya berekspektasi bahwa Bebi tengah dilecehkan oleh teman-temannya.
"Aww!" bisik gadis itu memekik, berusaha melepas cengkraman Rico pada tangannya. Ia makin terkejut saat mendapati Rico tengah menatapnya dengan wajah murka.
"Siapa dia, Beb? Kakak kamu?" tanya salah satu teman Bebi.
"Apa Om, kamu?" tanya teman yang lain.
"Jelaskan!" bentak Rico pada Bebi.
"Hei Om, jangan kasar pada teman kami ya! Gue gebugin lo!" Salah satu teman wanita Bebi yang tidak terima melihat Bebi diperlakukan tidak baik langsung menimpuk Rico dengan sebatang timun yang ujungnya sudah tergigit. Mampus, gumamnya.
"Emm ... emm!" Mati kutulah Bebi. Mata Rico menunjukkan aura emosi yang sangat kentara akibat kelakuan teman-temannya. Ya, emosi! Mana mungkin seorang Rico cemburu pada gadis yang mandinya dua hari sekali itu.
"Aku suaminya! Mau apa kalian banyak tanya bocah-bocah tengik?"
"Suami?" Kontan semua yang ada di sana ternganga. Detik kemudian mereka tergelak bersama-sama.
"Suami Gengsss!" teriak gadis tadi diikuti tawa mereka yang semakin menggelegar penuh nada menghina.
Namun wajah Bebi yang tiba-tiba memucat membuat semuanya kembali terdiam. Hingga salah satu teman Bebi bertanya kembali.
"Om-om itu bukan suami kamu 'kan, Beb? Ganteng sih, tapi gak banget kalau dijadiin suami," ucapnya dengan nada suara mencibir. Membuat Bebi malu mengakui bahwa Rico memang benar suaminya.
Rico menatap Bebi yang tengah memasang ekspresi wajah kebingungan. "Kenapa diam? Ayo jawab!" Bentakan Rico terdengar semakin menggelegar. Memancing semua mahasiswa yang ada di sana menatap kegaduhan di sudut pojok ruangan khusus smoking.
"Jawab Beb! Dia bukan suami kamu, 'kan? Mana mungkin Bebi si anak juragan sapi yang kaya raya menikah dengan om-om!"
Telinga Rico memanas. Ingin rasanya Rico merampas mulut anak-anak sialan yang sedari tadi mengejeknya terus-menerus.
"Pasti bukan 'kan, Beb?" ulangnya sekali lagi. Bebi menunduk, meremas jari-jemari di bawah sana.
Rico sudah dilanda emosi semakin gila. Kesempatan yang bagus untuk membuat gadis itu malu, pikirnya.
"Kenapa? Apa kamu malu mengakui om-om ini adalah suamimu? Dengar ya para beban orang tua yang budiman! Gadis berambut ungu sahabat kalian adalah istriku! Dia sudah menikah denganku!"
"Gak mungkin, kita ngga percaya!" sungut teman-teman Bebi.
"Please!" Gadis itu memberikan kode isyarat. Berharap Rico mau meralat ucapannya barusan.
Bebi tidak mau teman-temannya berpikiran negatif karena ia menikah di usia dini. Dengan om-om yang jaraknya terpaut empat belas tahun pula.
"Jangan mimpi tinggi-tinggi Bebi! Kamu pikir aku mau pura-pura jadi om-mu di depan merekan? Lupakan, hal itu hanya akan terjadi di televisi!" telaknya.
Pria itu meraih gawai di saku celanan, lantas menunjukkan sebuah foto akad nikah pada teman-teman Bebi.
Seketika mulut mereka ternganga. Kenapa bisa, batin semuanya penuh tanda tanya.
"Ayo pulang, ayah mertua ingin bertemu denganmu!"
Rico menyeret paksa Bebi dari tempat itu. Ia merasa puas, puas karena telah menghancurkan harga diri Bebi di depan teman-temannya.
***
Jangan lupa kasih komen ya, gengs! Aku suka males nulis kalo yang komen dikit. Udah jadi rutinitas aku, kalo mau nulis wajib baca komen kalian dulu buat semangat! Meski gak dibalas karena keterbatasan, tapi aku slalu baca komen komen di bab terakhir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
GK BSA NGOMONG JUGA SI TERONG UNGU ALIAS PETASAN BANTING....😂😂😂😂😂
2023-10-06
1
Ney Maniez
hajarr om🤭
2022-07-31
0
Ney Maniez
👍👍👍👍
2022-07-31
0