"Kamu pikir orang rumah tidak ada yang memberi tahu seperti apa hubungan kalian selama ini? Meskipun tidak mengetahui dengan rinci, ayah tahu kalau kamu tidak pernah peduli pada istrimu!"
Kalimat kedua membuat Rico tambah tertohok.
Seperti dugaan Rico, Wicaksono tidak mungkin membelikan rumah mewah untuk Bebi dan Rico secara cuma-cuma. Pasti tua bangka itu menaruh orang suruhan untuk memata-matai kehidupan anaknya.
"Tentu saja peduli, kata siapa aku tidak peduli? Kalau tidak percaya Anda ikut saja ke rumah, Bebi sedang menunggu di rumah. Bahkan aku baru saja mengantarnya pulang," kilahnya berbohong. Padahal jelas-jelas Rico membiarkan Bebi pulang naik taksi sendirian.
Dalam keadaan habis dicolok Dipsy pula.
"Baguslah kalau hubunganmu tak seburuk kabar burung yang ayah dengar dari pelayan. Sebenarnya Bebi itu kecanduan game karena didikan yang salah dari orang tuanya. Ayahnya terlalu sibuk bekerja di peternakan sampai tak dapat memperhatikan putri satu-satunya. Dia selalu berangkat pagi pulang malam. Sejak kecil Bebi selalu ditinggal sendiri di rumah," terang Wicaksono.
"Dia 'kan kaya, kenapa tidak menikah lagi atau menyewa baby sitter?"
"Boro-boro baby sitter! Saat enam bulan saja Bebi hampir mati karena kekurangan cairan. Sama sepertimu, ayahnya sangat mencintai ibunya. Saking cintanya, ayah Bebi sampai menyelahkan kematian sang istri pada Bebi yang sejatinya hanya sesosok bayi dan tidak tahu apa-apa."
Rico sedikit tertegun. Agak geram bercampur miris mendengar cerita tentang kehidupan Bebi. Saat pria itu menjelaskan keadaannya di malam pertama, Bebi hanya menjelaskan hobi bermain game dan maling sapi ayahnya. Tidak ada yang ia ceritakan lagi setelah itu.
Intinya Wicaksono dan ayah Bebi adalah dua pria yang menyerah karena tidak becus mengurus anak. Mereka lebih mementingkan urusan pribadi ketimbang mengurus anaknya masing-masing.
Ayah Bebi membenci Bebi karena dia menganggap anak itu adalah anak sial. Sedangkan Wicaksono jauh dari anaknya karena menikah lagi di saat ibunya meninggal.
Lengkap sudah! Kedua ayah itu tak melakukan apa-apa hingga anaknya tumbuh dewasa dan mulai memiliki pemikirannya sendiri.
Saat mereka menyadari dan menyesali perbuatannya. Semua itu sudah terlambat. Tak ada yang bisa mereka lakukan untuk merubah sifat buruk yang sudah terlanjur tertanam di otak anak-anaknya.
Dan cara terbaik adalah menjodohkan, biarlah mereka berdua berubah setelah statusnya berubah menikah.
"Bagaimana bisa orang tua menyalahkan kematian istrinya pada bayi yang belum tahu apa-apa?" kesal Rico pada ayahnya. Ia langsung menyergah tidak terima meski hatinya masih membenci Bebi setengah mati.
"Bukankah kamu seperti itu? Kamu juga melakukan hal sama pada ayahmu sendiri? Menyalahkan ayah atas kematian ibu?"
"Anda bukan bayi!" telak Rico merasa beda cerita.
"Tapi ayah melakukan itu atas dasar kemauan ibu. Kamu mungkin tidak tahu bahwa hampir setiap hari ibumu menyuruh ayah menikah lagi karena merasa tidak kuat merasakan penderitaannya. Leukimia yang diderita ibumu sudah semakin parah, ibu takut kita berdua kesepian jika meninggal nanti. Maka dari itu ibu menyuruh ayah menikah lagi!"
"Tsk. Apakah Anda sedang mengarang cerita? Apa Anda pikir aku akan pecaya dengan karangan bodoh semacam itu?"
Rico kembali menunjukkan keangkuhannya. Napasnya terhembus kasar ke sembarang arah saat mengingat hari-harinya yang kala itu terasa amat berat.
"Terserahmu saja Rico! Ayah tidak punya waktu untuk membela diri di depanmu lagi. Ayah hanya ingin kamu dan Bebi bahagia. Itu saja sudah lebih dari cukup." Wicaksono hendak meraih tangan Rico yang terpangku di atas paha, namun pria itu buru-buru menepis hingga senyum kecut tersungging di bibir tuan Wicaksono.
"Sebenci apa pun kamu pada ayah, di mata ayah kamu adalah putra ayah yang berharga Rico!" tegasnya penuh keseriusan di setiap kata yang beliau ucapkan.
"Jangan sok manis, hubungan kita tidak sedekat itu!" balas Rico sarkasme.
"Baiklah ... baiklah!" Wicaksono sedikit menarik napas panjang untuk menambah ruang kesabaran pada hatinya.
"Ayah bicara panjang lebar seperti ini hanya agar kamu tahu bahwa ada orang yang nasibnya jauh lebih buruk darimu. Di saat kamu merasa dunia ini tak adil, lihatlah Bebi! Gadis tersesat itu tumbuh tanpa sosok ibu sejak lahir. Dan sekarang, ayah mewakili ayahnya menitipkan Bebi yang sebatang kara itu padamu Rico!"
Sebatang kara?
Dua alis Rico menukik nyaris menyatu. Apa yang dimaksud dengan sebatang kara? Bukankah Bebi masih memiliki ayah? Apakah Bebi bukan anak kandungnya?
Misteri belum terpecahkan, namun Rico enggan bertanya lebih rinci karena dirundung perasaan gengsi.
Wicaksono menjentikkan jarinya. Memberi isyarat agar asistennya segera membawakan kursi roda ke dekat sofa. "Ayo kita ke rumahmu, ada hal penting yang ingin ayah sampaikan pada kalian berdua."
***
Do re mi fa so la si do la la la la
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Ney Maniez
😲😲😲
2022-07-31
1
baida zu
apkh ayah Bebi jg sdh meninggal????
2021-12-08
0
@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈
rahasia apalagi ni
2021-10-25
0