Suasana yang dipenuhi dengan kecanggungan? Tentu saja hal itu tidak pernah terlihat meski sebenarnya ada di antara keduanya.
Setelah Dipsy melepas pelurunya ke dalam benteng Takeshi milik Bebi, pria itu langsung kembali duduk ke kursi kemudi dengan gaya stay cool. Merasa paling gagah sendiri karena berhasil membuktikan kehebatannya barusan.
Sementara Bebi mengambil satu persatu baju yang tercecer di selip-selip mobil. Sambil menahan sakit luar biasa pada bagian intinya, Bebi mengenakan kembali bajunya. Merapikan rambut yang acak-acakan dan bersikap lugas seolah tidak pernah terjadi apa-apa di antara mereka berdua.
"Kecil, tidak ada rasanya!"cibir Bebi masih mengejek di tengah-tengah penderitaannya.
"Yang penting kamu sudah tidak perawan! Memangnya enak tidak perawan!" Rico mencibir balik tak mau kalah.
"Keperawanan bukanlah hal penting buatku!" tegas Bebi menoleh sinis. Padahal keperawanan bisa dijual mahal untuk membeli amunisi game. Ia merasa bodoh karena memberikan secara gratisan kepada penjahat kel*min sialan itu.
"Bagus kalau tidak penting! Hidupmu di dunia itu juga tidak penting. Beban keluar, dan sekarang menjadi beban suami. Untung aku berhasil mengambil keperawananmu yang tidak enak itu!"
"Ambilah, aku tidak peduli!"
Tapi kenyataannya tidak begitu, jauh di dasar hatinya, Bebi sangat menyesal kenapa ia rela diperlakukan tidak layak hanya demi menjunjung harga diri.
Bukan harga diri sebenarnya, lebih tepatnya Bebi tidak mau kalah atau adu debat dengan pria itu.
"Aku mau pulang naik taksi, kalau ayahmu mau bertemu denganku suruh dia ke rumah saja." Bebi membanting pintu mobil Rico dengan kasar. Langkah kakinya tertatih-tatih seperti habis ditabrak motor N-Max.
Rico memandangi Bebi yang kemudian menghilang dari pandangannya. Ia sedikit menyesal saat matanya tak sengaja menangkap noda darah bekas keperawanan Bebi mengering di jok mobil.
Kenapa ia tak bisa mengalah sedikit saja pada anak kecil? Kenapa justru ia yang bersikap kekanak-kanakan demi beradu sebuah argumen?
Pertanyan-pertanyaan penuh penyesalan itu muncul di kepala. Dan hal yang membuat ia sangat menyesal adalah;
Kenapa ia harus melepaskan Dipsy yang begitu berharga pada wanita sembarangan seperti Bebi. Padahal ia sendiri selalu tahan akan godaan wanita cantik yang jelas lebih anggun dan seksi dari gadis itu.
Tapi saat dihina seperti ini, pikirannya menjadi panas, ingin membuktikan bahwa Dipsy tidak seburuk tuduhan hina Bebi.
Tring!
Suara ponsel berbunyi nyaring, membuat Rico sedikit tersentak dari lamunan. Ia ambil gawai di dasbor itu dengan tangan sedikit gemetar.
"Ada apa, Don?"
Anda di mana Tuan? Tuan besar marah-marah karena Anda dan nona belum datang juga.
Doni di balik sana terdengar sangat bingung karena terus dimarahi oleh Wicaksono.
"Ah, bilang saja ke ayah kalau Bebi sedang tidak enak badan. Kalau mau ketemu langsung ke rumah saja, aku juga pulang, pekerjaan hari ini tolong handle kamu dulu, Don."
Panggilan tertutup sebelum Doni berkata iya. Kini Rico sedang dilanda kebingungan dan penyesalan dalam atas apa yang ia lakukan kepada Dipsy.
Maafkan majikanmu Dipsy, tak seharusnya kamu masuk ke sembarang lubang seperti itu.
Diluar penyesalannya ia juga mulai mencemaskan keadaan Bebi. Meskipun terlihat biasa saja, tubuh gadis itu jelas tak selaras dengan mulutnya.
Apa petasan banting itu benar baik-baik saja, ya?
Pertanyaan yang sudah jelas jawabannya apa. Namun Rico berusaha mempercai Bebi yang mengatakan miliknya tidak ada rasanya.
Sudahlah, toh dia sendiri sudah bilang kalau punyaku tidak ada rasanya.
*
*
*
Bebi masuk ke dalam taksi online yang baru saja datang menjemput di depan kampus. Ia menyandarkan punggung seraya memijit pelipisnya yang terasa berat. Tidak beda jauh dengan Rico, hati perempuan itu sangat kacau dan syok luar biasa.
Tenang Bebi, keperawanan bukanlah hal penting untuk wanita yang sudah menikah. Anggap saja hal itu ada untuk pelengkap hidup manusia. Ini kecelakaan tidak disengaja, kamu bukan sedang menyerahkan diri.
Gadis yang sudah tidak gadis lagi itu berusaha mati-matian menenangkan diri. Napasnya naik turun menahan rasa nyeri di sekujur tubuh.
Mungkin ini akan Bebi jadikan pengalaman pertama dan terakhir karena rasanya sungguh tidak sesuai penuturan yang dikatakan teman-temannya.
Terbang ke awan apanya, pikir Bebi kesal.
Bahkan benda besar sialan itu nyaris membuat Bebi mati menahan sakit luar biasa. Kalau tidak karena malu, mungkin Bebi sudah menangis dan menjerit sepuas-puasnya saat di dalam mobil tadi.
Tapi di balik itu Bebi senang melihat Rico mulai tidak percaya dengan diri sendiri. Bakat akting yang sering Bebi peragakan di depan ayahnya berhasil membuat Rico terkena serangan mental.
Untung bibir dan bagian tubuhku yang lain masih perawan, batin Bebi merasa sedikit beruntung karena Rico hanya fokus menyerang satu bagian tubuh saja.
***
Maaf ya mentemen sayang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
jumirah slavina
hheeeiiii sembarang lubang gundulmu... halal itu wwoooiii...
2024-12-02
2
Sulaiman Efendy
JIAHHHH, MSH SOMBONG JUGA TU SI BEBI
2023-10-06
0
lucky gril
asli Mak mules dari awal baca 😂
ini Mak suka karya k'DF
2023-04-25
0