Hari ini aku mendapatkan jatah libur selama tiga hari, setelah selama tiga Minggu nonstop aku bekerja.
Karena itu, hari ini aku memutuskan untuk mencari sebuah sanggar tari setelah beberapa hari yang lalu aku membaca sebuah artikel yang dibuat oleh salah seorang survivor autoimun tentang olahraga yang dia lakukan untuk menjaga kelenturan tubuh nya.
Sebagai seorang penyandang autoimun sudah merupakan satu rahasia umum jika setiap kali kami bangun dari tidur baik malam ataupun siang, tubuh ini terasa begitu kaku. Ini memang salah satu gejala umum yang timbul dari hampir semua jenis autoimun.
Maka dari itu, olah tubuh sangat disarankan olehnya tentu nya dengan memperhatikan porsi gerakan nya, jangan sampai juga menguras terlalu banyak tenaga karena justru akan berdampak buruk bagi tubuh.
" Mau kemana nduk... pagi-pagi uda cuantik " tanya bude Sum seraya menyodorkan segelas kunyit asam kehadapan ku.
Sekarang ini sudah jadi rutinitas bude untuk memberikan aku segelas kunyit asam setiap pagi, katanya biar tubuhku semakin sehat dan gak mudah sakit meski aku seringkali sibuk bekerja.
" Ini bude, aku kepingin belajar nari jadi hari ini aku mau nyari sanggar tari bude.."
" Loh...loh... loh....kok ya tiba-tiba sih nduk??"
" Sebenarnya dari kemarin-kemarin bude, cuma belum sempat aja, hari ini kebetulan libur "
Aku menenggak habis jamu pemberian bude Sum yang memang sangat enak, bude bahkan memproduksi gula aren nya sendiri.
" Kan bude bisa minta bantuan sodara bude , kebetulan beliau ini mempunyai sanggar tari, tempatnya ndak jauh dari sini nduk "
" Waahh.... kebetulan dong bude, aku jadi gak usah jauh-jauh cari sanggar nya "
Aku benar-benar bahagia mendengar kabar dari bude Sum.
" Yo wes...tunggu bude bentar ya...kita kesana sama-sama " bude beranjak dari duduknya menuju ke kamarnya.
Tak lama kemudian bude sudah mengganti kebaya dan kain yang tadi beliau kenakan bersiap untuk mengantarku ke sanggar tari milik saudaranya.
" Prapto... Prapto...!" bude memanggil supir pribadinya
" Njeh bu...?" mas Prapto menghampiri kami dengan membungkuk kan badannya
" Antarkan kami ke rumah mbakyu Marni titahnya
" Njeh bu " mas Prapto meminta ijin untuk pergi mengambil mobilnya.
Sebenarnya lumayan jauh juga jarak antara rumah bude Sum dengan rumah saudara nya ini, tapi karena jalanan lengang jadi kami bisa sampai tujuan dengan cepat.
" Sum...apa kabarnya...tumben kemari?" tanya mbakyu Marni kepada bude Sum setelah sebelumnya mereka saling bersapa
" Iki lho mbakyu, cah ayu iki kepingin belajar nari, aku yo inget sampeyan " ujarnya dengan logat Jawanya yang kental
" Siapa namamu nduk ?" tanyanya padaku
" Saya Andromeda bu " aku bingung memanggil dia dengan sebutan apa.
" Panggil bude Marni aja nduk, biar ndak bingung " keduanya tertawa
" Ayo kita lihat dulu sanggar tarinya " ajak bude Marni kepada kami.
Aku terhipnotis melihat gerakan tarian khas Jogja yang khas, gabungan antara kelembutan dan kekuatan. Oke ini menarik buatku.
Setelah merasa puas berada disana, kami pun memutuskan untuk pamit pulang.
" Gimana menurutmu nduk?" tanya bude Sum
" Aku suka bude, sepertinya setiap hari libur kerja aku akan berlatih di sanggar nya bude Marni "
Bude Sum mengambil sesuatu dari dalam tasnya, sebuah bungkusan kain berwarna merah.
" Buka nduk...ini untukmu " pinta bude
Aku membuka simpul tali kain pembungkus tersebut dengan hati-hati.
" Gimana? kamu suka?"
Tentu saja aku suka, bude Sum memberikan aku hadiah berupa kain selendang batik berwarna biru untukku menari nanti.
" Suka banget bude ...ini bagus sekali !"
" Terimakasih bude..."
Tanpa sadar aku memeluk bude Sum saking senangnya
" Eh...maaf bude.." pintaku malu
" Ndak apa-apa nduk, bude ikut senang " ucap bude tersenyum.
.
.
.
Pagi ini tubuhku kembali berulah, untung jatah liburku masih dua hari. Rasanya semakin sulit bagiku untuk lebih cepat beranjak dari tempat tidur karena sakit yang teramat sangat di sekitar tulang belakang ku.
Tubuhku seperti kehabisan tenaga, lemas rasanya. Aku hanya ingin tidur seharian ini.
" Nduk...kamu gak apa-apa nak?" bude memasuki kamar ku yang memang sengaja tidak aku kunci sejak semalam.
" Aku baik-baik aja bude, hanya pegal-pegal sedikit badannya "
" Ini diminum dulu, bude bikinkan wedang jahe pagi ini " bude menyodorkan secangkir wedang jahe hangat dengan satu piring camilan
Aku berusaha untuk bangkit dari posisi tidur ku agar bisa duduk dan menikmati wedang jahe bikinan bude, pasti rasanya sangat enak.
Dan benar saja, wedang jahe buatan bude memang enak seperti dugaan ku
" Terimakasih bude... ini sangat nikmat "
Aku menyesapnya pelan karena masih agak panas, wangi jahenya sungguh sangat menggoda. Aku suka...
" Yo wes nduk, kamu istirahat saja hari ini "
" Bude ke belakang dulu yah nduk "
Bude Sum berlalu dari hadapanku dan aku pun memilih untuk tidur kembali.
" Nda...ooii... Nda...bangun"
Sepertinya aku mendengar suara Petrus dalam tidurku, aku mencoba membuka mata dan memang aku mendapati Petrus dan bude Sum disamping tempat tidur ku.
" Kamu sakit Nda? " tanya Petrus khawatir
" Cuma gak enak badan dikit, kecapean kayaknya " aku terpaksa berbohong pada Petrus dan bude Sum
" Ke dokter ya nduk...kamu sudah seharian ini tidur, ndak makan pagi ndak makan siang....ini udah sore nduk "
Aku terkejut dengan ucapan bude, aku merasa tidurku baru sebentar saja.
" Gak usah bude, besok juga aku sembuh lagi " aku mencoba untuk meyakinkan bude
" Aku tambahin jatah libur mu saja ya Nda, biar kamu istirahat dulu " Petrus memberikan ide yang tak mungkin aku tolak saat ini.
" Oke sir...makasih yah "
" Yowes, ini kamu makan dulu...bude Sum bikinin kamu nasi tiwul "
" Aku udah bilang sama bude, kamu ndak makan nasi " ujarnya
Di depanku sekarang ada satu nampan berisi sepiring nasi tiwul yang bude taburi parutan kelapa plus ayam goreng dan sedikit oseng sayuran.
" Habiskan ya Nduk " pinta bude
Lalu mereka pamit meninggalkan aku seorang diri untuk menikmati makanan yang telah bude Sum siapkan untukku.
Aku merasa seperti tinggal bersama Abah dan Ambu disini, bude sangat menyayangi ku. Bahkan setiap kali aku merindukan kedua orangtuaku, bude Sum selalu ada untukku.
Abah....Ambu....maafkan Nda, belum bisa pulang...Nda kangen...
Tak terasa air mataku menggenangi kedua kelopak mata ku.
Tiba-tiba aku teringat sosok Mike seorang pria yang belum lama aku kenal tapi sudah menyatakan cintanya padaku, sayang....Mike sudah punya anak dan istri. Andai saja Mike tidak berstatus suami orang mungkin hubungan kami masih berlangsung hingga saat ini.
" Aahh...kenapa aku tiba-tiba inget sama dia yah..."
Aku tidak mau menghiraukan semuanya, saat ini aku hanya ingin menikmati masakan buatan bude Sum yang sudah pasti sangat lezat.
.
.
.
To be continued 😉
Dukung author dengan like dan komen yah 😘😘
Terimakasih 🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments