"Jangan ganggu kekasih saya!" Terdengar suara seorang pria yang tak asing di telinga Kinan. Pria itu kemudian menarik tangannya dan merangkul bahunya yang masih lemas.
Hampir saja tubuhnya terjatuh jika tangan kekar itu tidak merangkulnya dengan kuat.
Kinan membelalakkan matanya sebagai protes akan ucapan Langit.
"Kamu ga usah ngambek lagi sayang, aku minta maaf. Aku yang salah!" Ucap Langit, seolah mereka adalah pasangan kekasih yang sedang bertengkar.
"Bohong! Dia bukan pacar aku. Aku ga kenal sama dia!" Kinan menggelengkan kepalanya dan berusaha melepaskan rangkulan Langit. Tapi percuma, tenaganya tidak cukup kuat untuk melawan pria tinggi dan atletis itu.
"Kamu jangan marah gitu dong, yuk kita lanjutin acara kita yang di kamar tadi." Lanjutnya, Langit masih tetap berakting seperti seorang kekasih yang begitu mencintai Kinanti.
"Jadi tadi kalian?" Farel mencerna apa yang Langit bicarakan seraya menyambungkan dengan kejadian satu jam yang lalu.
"Ya, seperti yang ada di bayanganmu." Jawabnya vulgar.
"Bohong! Aku bener-bener ga kenal siapa pria gila ini." Memberi sedikit penekanan pada kata gila.
"Gila di ranjang maksud kamu?" Membisikan kata-kata vulgar itu ke telinga Kinant, yang masih terdengar jelas oleh Farel.
Pantes aja dia ga nongol-nongol, ternyata lagi enak-enakan sama pacarnya. Tapi kok pacarnya kayak ga asing ya? Farel membatin.
"Maaf, saya sudah membuat kamu harus datang ke perjodohan ini." Kemudian pergi meninggalkan mereka berdua.
Sampai punggung Farel menghilang dari penglihatan mereka Langit terus merangkul tubuh Kinanti kemudian membawanya kembali ke dalam lift.
Di dalam lift Langit dengan kasar melepaskan rangkulannya dan membuat Kinan terjerembab ke dinding lift hingga Kinan meringis kesakitan, tapi Langit tidak peduli.
"Mau kamu apa sih?"
"Saya mau kamu bertanggung jawab atas apa yang kamu perbuat kepada saya beberapa saat lalu!" Pintanya tanpa basa-basi.
"Maksudnya?"
"Kamu tau siapa wanita yang sedang berada dengan saya barusan?"
"Maksud kamu wanita tadi itu? Dia Pacar kamu?" Tanya Kinan sinis.
"Dia lebih penting dari sekedar kekasih bagi saya. Dia adalah putri dari calon investor yang akan bekerja sama dengan hotel saya. Dan kamu tau berapa jumlah uang yang akan dia investasikan ke hotel saya? Heh, tidak akan terbayangkan oleh rakyat jelata seperti dirimu." Sambil memperhatikan Kinanti dari ujung kepala hingga ujung kaki, yang kala itu apa yang dipakainya adalah barang-barang bermerek yang tidak sembarang orang bisa memilikinya.
Kinan hanya diam membisu, dia tidak tahu harus bicara apa. Dan terbayang olehnya angka nol yang berbaris di belakang nominal angka pertamanya.
Kinan menelan ludah kasar, dia pun membayangkan jika pria dihadapannya akan menyeretnya ke kantor polisi.
"Lalu apa yang harus aku lakukan untuk menebus kesalahanku?"
"Jelaskan kepadanya apa yang terjadi, sebab hanya sepertinya dia sudah tidak mempercayai saya. Sekarang dia masih menunggumu di kafe tadi." Jawabnya tapi dengan nada yang sudah tidak lagi mengintimidasi.
"Baiklah." Jawabnya pasrah. Mau gimana lagi toh memang aku yang salah.
Hanya dalam hitungan menit, Kinan dan Langit sudah berada di Kafe yang tadi Kinanti kunjungi untuk melabrak Langit. Kinan berjalan menuju bangku wanita yang memunggunginya.
"Maaf membuat kamu menunggu, dia akan menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi barusan." Ucap Langit ketika berada di depan meja wanita itu.
"Maaf—" Belum selesai Kinan, memohon maaf, dan menjelaskan masalah yang terjadi barusan. Wanita cantik itu lalu memotong kata-katanya.
"Kamu Kinanti kan? Kinanti Bintang Prasetya?" Dengan nada mengejek, seolah dia tahu semua aibnya di masa lalu.
Kinan bingung dan mengingat-ingat wajah cantik yang ada di hadapannya itu. Tapi tak ada ingatan tentang wanita itu.
"Kamu lupa siapa aku? Aku Helena!" Memperkenalkan dirinya dengan nada sombong.
Senyuman Kinan seketika menghilang, karena kejadian memalukan tujuh tahun silam kembali berputar diingatkannya.
Hari itu di kantin sebuah kampus tempat mereka kuliah, Helen dengan lantang memfitnah Kinan bahwa dia sudah tidak virgin lagi, karena sudah sering ditiduri oleh kekasihnya yang waktu itu ia rebut. Entah siapa yang memfitnah, yang jelas dia begitu membenci Helena sampai detik ini.
Dia benci Helen bukan karena dia merebut kekasihnya, tapi karena telah mempermalukannya di depan mahasiswa yang ada di kantin saat itu. Kinan berusaha untuk melupakan kejadian memalukan yang membuatnya jadi bahan bulian teman-temannya karena menganggapnya perempuan murahan hingga berbulan-bulan.
Langit tidak menyangka jika kedua gadis itu telah saling mengenal, pasti lebih mudah untuk menjelaskan masalah yang terjadi pada Helen pikirnya.
Dengan senyum merekah Langit mempersilahkan Kinan duduk untuk menjelaskan kejadian yang terjadi beberapa saat lalu.
Tapi tidak demikian dengan Kinan, amarahnya semakin besar, kebencian yang hampir dia lupakan kembali lagi saat itu. Ingin rasanya dia menampar bahkan menjambak rambut indahnya Helen saat itu juga, tapi akal sehatnya masih mendominasi pikirannya kala itu, hingga dia mampu mengurungkan niatnya dan duduk di samping Langit yang terus tersenyum manis seolah kemenangan telah di tangannya.
"Jadi apa yang akan kamu jelasin?" Tanya Helen masih dengan nada mengejek.
Masa bodoh dengan uang milyaran ataupun triliunan yang akan orang tuanya investasikan, toh dia juga tidak pernah mengenal siapa Langit, dia pun tidak akan rugi apapun jika kerjasama mereka gagal. Yang dia inginkan saat ini adalah mempermalukan Helen, itu pikirnya.
"Aku pesen minum dulu buat kamu ya." Ucap Langit meminta izin kepada kedua gadis di hadapannya.
Kinan tersenyum manis ke arah Langit, tanpa bisa Langit artikan maksud senyumannya itu.
Ah mungkin dia sangat senang bisa berjumpa teman lamanya. Pikirnya, tanpa tau niat licik yang tersembunyi di otak cerdas wanita bergaun putih itu.
"Sepertinya kamu selalu suka apa yang aku punya ya?" Kinan mulai memberanikan diri membuka mulutnya.
"Maksud kamu?"
"Seperti Anton dulu, kamu merebutnya dari aku, dan sekarang kamu berniat merebut Langit lagi dari aku? Jangan harap!" Ucap Kinan dengan penuh penekanan disetiap kalimat yang diucapkannya. Sifat angkuh dan sombongnya memang selalu keluar disaat yang tidak tepat.
"Sepertinya kalian sedang membicarakan sesuatu yang penting?" Tanya Langit melihat ketegangan di wajah Helen yang kala itu diikuti oleh seorang pelayan yang membawakan segelas jus jeruk untuk Kinan.
"Langit apa benar kalian—?" Telunjuknya menunjuk Kinan dan Langit secara bergantian
"Ya kami adalah sepasang kekasih. Dia kekasihku, dan sepertinya sebentar lagi kami akan menikah. Bukan begitu sayang?" Tanya Kinan pada Langit yang kala itu duduk tepat di sampingnya, entah setan apa yang memprovokasinya untuk berbuat hal gila saat itu. dia mengecup mesra bibir pria yang belum sehari ditemuinya.
Helen yang murka melihat kejadian itu, langsung angkat kaki saat itu juga, tanpa mau melihat lagi kejadian selanjutnya.
Langit sangat terkejut dengan tindakan b*doh Kinan membuatnya seperti terpaku di kursinya, sedangkan Kinan hanya bisa membentur-benturkan kepalanya di meja kafe yang berbentuk bundar itu dan menyesali tindakannya beberapa saat lalu.
Tinggalkan jejakmu reader...😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
nfsah_
Haha gilaa, mantep nih seruu lanjut bacaa dongz
2025-03-29
1
Sita Sit
aku baca untuk yg kesekian kalinya
2024-10-13
0
Vera Wilda
Hayooo semangat Kinan 🤣🤣🤣🤣
2024-07-05
1