Introgasi

Apa maksudnya dengan menikahi dan memperbudakku?

"Sepertinya itu menarik. Mari kita lakukan rencanamu tadi!" Tanpa bertanya pendapat dan perasaan Kinan.

David memberitahukan rencananya yang terlintas beberapa saat lalu ketika dia melihat Kinan berusaha menopang berat tubuhnya di lengan Langit agar tak terjatuh. Lagi-lagi tanpa Kinan sadar perbuatannya lah yang menjerumuskan dia ke dalam neraka Langit.

Mari kita lihat siapa dari kalian yang akan jatuh cinta lebih dulu.

"Ingat Nona di sana kau akan menjadi seorang wanita yang begitu mencintai Tuan Langit. Dan bilang kepada mereka kalau kejadian kemarin siang adalah murni karena rasa cemburu Anda melihat Tuan sedang bersama dengan wanita lain! Oleh sebabnya kau melakukan hal bodoh itu, kemudian meminta maaf lah kepada keluarganya terutama Nyonya Besar. Dan juga jangan sesekali Anda menyanggah perkataan yang keluar dari mulutnya!" Ucap David, tanpa dijawab sepatah katapun oleh Kinan.

"Dan jika kau gagal melakukan hal kecil itu, jangan harap kau bisa pulang dengan wajahmu seperti sekarang ini!" Ancam Langit.

Sekitar pukul tujuh malam mobil mewah Langit sudah terparkir di halaman rumah dengan tiang-tiang marmer yang menjulang tinggi dan kokoh. Berbagai jenis bunga tumbuh menghiasi pekarangannya, bahkan beberapa jenis bunga yang belum pernah Kinan lihat pun ada disitu. Ini lebih seperti sebuah istana dibandingkan sebuah hunian biasa. Pikir Kinan.

Seorang pelayan membukakan pintu mobil untuk Langit dan Kinan sambil tersenyum ramah, walaupun sang Tuan tidak membalas senyumannya, dia mempersilahkan Langit dan Kinan masuk seraya membungkukkan tubuhnya.

"Selamat datang Tuan Muda. Mereka sudah menunggu Anda di ruang keluarga." Langit terus saja berjalan angkuh tanpa menanggapi perkataan sang pelayan.

Kinan yang tak enak hati berusaha tersenyum ramah kepada pelayan itu.

Terlihat seorang wanita paruh baya sedang menikmati secangkir teh hangat dan seorang pria yang umurnya sekitar dipertengahan 60an dengan sebuah tongkat kayu di samping tempat duduknya. Dia langsung memasang wajah kesalnya ketika melihat Langit memasuki ruang keluarga.

Plaaakk!

Dengan susah payah pria tua itu bangun menghampiri Langit dan menamparnya di depan mereka. Kinan begitu terkejut melihat tindakan laki-laki tua itu, tapi dia pun tak bisa melakukan apapun. Sepertinya itu hal biasa yang Langit dapatkan, karena tak terlihat raut wajah kaget ataupun marah dari raut wajah Langit. 

"Pih sudah! Jaga emosi Papi!" Ucap seorang wanita yang Kinan temui di restoran siang tadi.

"Ayo silahkan duduk Sayang!" Dia mempersilahkan Kinan duduk, tapi Kinan yang saat itu masih mengenakan kebayanya seperti masih belum siap dengan situasi ini. Dia masih saja berdiri di hadapan mereka yang kini sudah duduk di sofa ruang keluarga itu.

Melihat kondisi tersebut, Langit menuntun Kinan untuk duduk disampingnya dan membuat Kinan sedikit terkejut dengan tindakan Langit yang menuntunnya dengan lembut tidak seperti biasanya.

"Maaf!" Hanya kata itu yang bisa Kinan ucapkan.

Mereka duduk dalam keheningan, tanpa sadar karena keterkejutannya dan ketakutannya Kinan menggenggam erat tangan Langit, entah sedang berakting atau tidak, Langit menepuk-nepuk lembut tangan mungil Kinan yang menggenggamnya, seolah berkata 'ini akan baik-baik saja'.

Sekitar sepuluh menit kemudian seorang pria tua dengan setelan baju hitam putih datang menghampiri mereka dan memberitahukan bahwa makan malam sudah siap.

Berbagai macam hidangan lezat telah tersedia di meja makan, tapi tidak membuat nafsu makannya meningkat. Untuk pertama kalinya Kinan merasa gugup dan tertekan, ditambah lagi tatapan sinis sang Nenek yang kini duduk berseberangan dengannya, juga Langit yang terus melihat ke arahnya seolah berkata 'jangan sampai kau melakukan hal bodoh'.

"Berapa umurmu?" Suara sang Nenek memecah keheningan makan malam keluarga itu.

"Dua puluh delapan." Jawab Kinan, karena dia tahu pertanyaan itu ditujukan kepadanya.

"Sudah cukup tua untuk wajah yang seperti itu." Tapi dengan nada mencibir.

Dia sedang memuji apa sedang menghinaku?

"Kenapa sudah setua ini kamu belum menikah?"

Hah apa dia bilang? Cucumu saja masih belum menikah sudah setua ini. Ingin sekali dia menjawab itu. Tapi entah mengapa nyalinya menciut di hadapan Si Nenek tua.

"Sebenarnya tahun lalu, saya sudah hampir menikah, tapi dua bulan sebelum acara pernikahan kami, calon suami saya mengakhiri hubungan kami." Jawabnya santai, seperti itu bukanlah aib yang harus ditutupi.

"Kenapa dia mengakhiri hubungan kalian? Apa kamu ketahuan berselingkuh?" Tanya si Nenek lagi.

Apa aku seburuk itu di matamu Nek?

"Sudahlah, tak usah dibahas. Yang lalu biarlah berlalu." Kali ini Bunda yang menjawab karena dia tidak enak kepada Kinan dan Langit.

"Karena dia pikir saya terlalu egois, saya terlalu ingin menang sendiri, saya terlalu mendominasi hubungan kami. Sehingga dia merasa terkekang selama menjalin hubungan dengan saya." Jawab Kinan santai, masih penuh percaya diri.

Itu membuat kaget semua orang yang ada di meja makan itu, termasuk Langit yang langsung menghentikan makannya dan menatap Kinan penuh arti.

Pasalnya kejadian serupa pun pernah dialaminya, tepatnya tiga tahun lalu, ketika dengan mudahnya tunangannya meminta mengakhiri hubungan mereka dan mengembalikan cincin pertunangannya. Kala itu Langit sangat sedih, marah dan kecewa. Hingga sampai detik ini dia masih belum bisa membahas masalah itu dengan siapapun, walaupun semua orang tahu bahwa tunangannya lah yang meminta mengakhiri hubungan mereka, dengan alasan kurang mendapatkan perhatian dari Langit yang kala itu masih beradaptasi dengan jabatan barunya sebagai Presdir.

"Kenapa kamu memutuskan untuk menikah dengannya waktu itu? Apa kamu mencintainya?" Lanjut sang nenek seperti ingin mengorek luka lama Kinan.

"Bu!" Ayah Langit seperti mengingatkan agar Ibunya berhenti bertanya hal pribadi kepada Kinan.

"Entah lah, aku tidak tahu aku cinta atau tidak. Dulu Mama yang memaksa saya menikah, kami berpacaran sekitar lima bulan, dan Mama memaksa kami segera menikah, bahkan jika bisa memilih aku lebih suka hidup sendiri. Saya belum siap untuk menikah, tapi saya tidak bisa menolak permintaan Mama. Dan ketika dia memutuskan hubungan kami, memang saya merasa sedikit kecewa, tapi ya sudah lah. Mungkin itu yang terbaik untuknya, karena saya juga belum tentu akan menjadi istri yang baik untuknya nanti. Saya lebih tidak mau ambil pusing lah." Kinan masih menjawabnya dengan santai.

"Lalu kenapa kamu mau menjadi kekasih cucu ku?" Lanjut nenek itu, seperti tak puas dan ingin terus memojokan Kinan.

"Dia yang memaksa saya untuk jadi kekasihnya, dan saya tidak punya pilihan untuk menolaknya." Jawab Kinan tanpa berfikir panjang.

Langit menekan paha Kinan dengan telunjuknya, membuat Kinan meringis menahan sakit, dan membuatnya mengingat perjanjiannya dengan Langit sebelum mereka ke istana ini.

"Apa maksudnya kau sebenarnya terpaksa menjadi kekasih cucu ku?" Tanya sang nenek dengan sinis, seolah berkata 'itu tidak mungkin terjadi. Memang siapa dirimu?'.

"Tidak Nek, saya begitu menyukainya juga. Oleh sebab itu saya begitu cemburu ketika melihat dia sedang tersenyum manis dengan seorang wanita di Kafe kemarin siang. " Jawab Kinan sedikit gugup. Karena telunjuk sakti Langit masih berada di atas pahanya.

"Jadi maksudmu?"

"Ya, saya lah yang menciumnya di Kafe itu agar wanita itu tau bahwa Langit adalah kekasih saya." Jawab Kinan berusaha senatural mungkin.

"Kenapa kamu menyukai cucu kesayanganku?"

"Selain dia tampan dia juga memiliki banyak uang." Jawab Kinan begitu polos, dan mendapat gelak tawa dari orang-orang yang berada di meja makan itu.

Masa bodoh lah mereka berkata aku ini mata duitan atau apa. Tapi yang jelas aku ingin sekali segera menyudahi makan malam ini.

*

"Apa kau wanita normal?" Tanya Langit ketika mereka sudah dalam perjalanan pulang.

"Maksudmu?"

"Ya maksud aku, apa sepertinya kau lebih menyukai hubungan sesama jenis?" Langit berusaha bertanya dengan nada biasa saja. Padahal hatinya begitu bergemuruh, dia takut wanita yang ada di sampingnya adalah salah seorang minoritas yang ada di masyarakat.

"Entahlah, aku belum pernah mencoba berhubungan dengan wanita." Jawab Kinan santai, padahal itu adalah upaya dia agar Langit tidak berbuat hal-hal aneh terhadapnya.

"Lupakanlah! Karena sebentar lagi kau akan menjadi budak tawananku."

"Tapi bagaimana jika Nenek mu tidak menyetujui hubungan kita? Bukankah dia terlihat sangat tidak menyukaiku tadi?"

"Itu karena kau banyak bicara. Kita lihat saja apa yang akan Nenekku lakukan kepadamu nanti!"

Terpopuler

Comments

Ririn Nursisminingsih

Ririn Nursisminingsih

a bolak balik baca karmu yg ini thor ndak bosen2 seneng aja sama sifat kinan dan alur critanya

2025-04-16

0

Rubi s handayani

Rubi s handayani

aw aw aw.... ada apakah dengan Kiananti???

2025-04-18

0

𝖕𝖆𝖜𝖆𝖓𝖌 𝖙𝖚𝖆𝖓 𝖐𝖎m🐯

𝖕𝖆𝖜𝖆𝖓𝖌 𝖙𝖚𝖆𝖓 𝖐𝖎m🐯

benar2 wanita dewasa yang polos yah

2024-06-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!