Di kantor pak Abraham, terutama di ruang devisi, semuanya sibuk dengan data yang mereka terima dari hasil perusahaan dan setiap laba yang mereka miliki.
Sefira melihat data yang ia terima, dan Chandra berjalan mendekatinya, sefira sudah tau jika itu Chandra, ia tak melihat Chandra yang tepat sudah didepan meja nya.
"Aku ingin melihat data yang kemarin diterima, pak Abraham menyuruhku untuk menunjukkan hasil yang semalam, tetap, bertambah atau—,"
"Pak Abraham atau kau? Jika itu ulahmu, mulai besok aku akan berhenti dari sini!"ketus sefira memotong ucapan Chandra.
Chandra tertawa sedikit mendengar ucapan sefira barusan"Cepatlah, pak Abraham sudah menunggu."
Sefira menghentikan pekerjaannya, mengingat apakah berkas semalam masih ada di laci meja nya atau disimpan di rak berkas tepat di belakangnya, sebagai manajer terkadang sefira suka meletakkan dirumahnya dulu daripada di tempat ia bekerja, semenjak tidak ada dalvino disana, ia mulai tak bersemangat bekerja, bajunya sudah tak seperti dulu, tidak seksi dan cantik, ia memakai warna yang gelap dan tertutup, memakai rok panjang dan kemeja, terkadang memakai blazer panjang dan celana.
Sefira masih mengingat dimana ia meletakkan berkas kemarin, dan akhirnya ia ingat, ternyata berada dirumah, ia merasa kesal dan ingin pulang, sefira langsung bangkit beranjak keluar.
"Hey kau mau kemana?!!"tanya Chandra yang langsung menahannya.
Sefira menatap Chandra seperti ingin memakannya, tatapan tajam dan mata membulat, ia benci situasi seperti ini.
"Terserah!! Kau tak perlu ikut campur!!"jawab sefira dengan ketus.
Chandra menghindar, ia berfikir sefira akan mencarinya di rak berkas, ternyata tidak, sefira pergi keluar ruangan, ia langsung panik dan melihat ke pintu.
"Kukira ... Ah sudahlah!"ucap Chandra sendiri, tiba-tiba handphonenya berbunyi, ia langsung mengambil handphonenya, ternyata sebuah pesan dari ibunya, ia menepuk keningnya, merasa lupa dengan pesanan ibunya, ia langsung pergi keluar.
Sefira sudah sampai didepan dan lupa ada satpam, ia langsung buru-buru berhenti dan melihat satpam yang asik melihat handphone.
Sefira langsung merubah ekspresinya yang awalnya kesal menjadi tersenyum.
"Pak Aziz! Saya izin pulang sebentar ya! Soalnya ada yang ketinggalan!"ucapnya dengan senyum manisnya dengan satpam itu.
"Baiklah, hati-hati ya,"jawab pak Aziz, lalu sefira pergi.
"Oh ya pak, saya juga mau pulang, ibu saya menyuruh saya membeli susu sekarang! Apakah boleh pak?"tanya Chandra yang ingin pulang juga, tepat masih disebelah sefira.
Sefira mengerutkan keningnya, merasa kenal dengan suara itu, ia langsung menoleh dan ternyata Chandra, ia langsung menghela nafas kesalnya melihat tingkah Chandra yang selalu ingin dekat dengannya.
Sefira langsung keluar duluan, meninggalkan Chandra yang masih ditanya dengan satpam.
"Ibumu sakit?"tanya pak Aziz.
"Iya pak, bagaimana pak apakah boleh?"
"Ya sudah, silahkan."jawab pak Aziz.
Saat sudah keluar dari kantor, sefira kunjung belum mendapatkan taksi untuk pulang, ia sangat kesal rasanya meminjamkan mobilnya kepada kakaknya yang ingin liburan, ia masih menoleh ke kanan ke kiri berharap ada taksi lewat.
Sebuah mobil mengklakson sefira, membuat sefira langsung menoleh ke asal suara, bingung mobil siapa yang berhenti tepat didepannya.
Mobil itu perlahan membuka kacanya dan terlihatlah Chandra yang melihat sefira yang menoleh ke dirinya juga, sefira langsung berpura-pura tak tau siapa yang ada didalam mobil itu.
Sefira langsung memanggil gojek namun Chandra juga memanggilnya.
"Sefira!! Kau menunggu taksi?"tanya Chandra.
"Gojek! Gojeeeek!!"teriak sefira yang melihat gojek di seberang jalan, namun tukang gojek tak kunjung mendengar.
Sefira langsung ingin menyeberang mendekati tukang gojek yang masih tetap disana.
Chandra juga tetap melihat ulah sefira yang tak menghiraukannya, namun sayang, gojek yang ingin ditumpangi sefira sudah ada pelanggannya.
Sefira yang menyaksikan aksi gojek itu langsung terdiam melihatnya"Hari apa ini? Kenapa aku selalu sial??"umpatnya dalam hati.
Dan akhirnya mobil Chandra mendekati sefira lagi yang berada ditengah jalan.
"Hey cepat masuk!! Kau ingin bunuh diri!! Ini bukan waktu yang cepat jadi jangan mencari bahaya!!"
"Iya!! Aku sudah lelah dengan semua ini!! Biarkan aku sendiri!!"jawab sefira kesal.
"Jika kau ingin bunuh diri biar aku saja yang menabrakmu, kukira itu hal yang simpel jika kau ingin cepat menjemput mautmu."ujar Chandra yang masih melihat sefira.
"Tidak bisa!! Jika aku melihatmu aku merasa seperti melihat dalvino!! Aku tidak bisa!"ketus sefira.
Tiba-tiba handphone sefira berbunyi, ia langsung mengambilnya, melihat tertera nomor asing namun foto nya terlihat seperti ayah dalvino, pak Abraham, sefira terkejut dan mengangkat telpon itu.
"Selamat pagi pak, mohon maaf ada apa pak?"tanya sefira penasaran.
"Selamat pagi juga, saya ingin meminta berkas hasil kemarin, soalnya berkas yang kemarin ingin saya kumpulkan disini saja biar tahu di tiap pertanggal berapa semua jumlahnya."
Mata sefira membulat, ia merasa bahwa Chandra tidak berbohong, kemudian menoleh ke Chandra yang menahan tawanya sembari masih melihat sefira.
"Bagaimana? Masih tetap mencari taksi atau ..."dan akhirnya sefira langsung mendekati mobil Chandra dan membuka pintu mobil Chandra, saat ia membukanya pintu mobil Chandra tak bisa dibuka.
Chandra menekan tombol kunci agar sefira bisa membukanya, ia lupa menekan tombol itu sementara sefira memaksa membuka pintu itu dan sempat mengetuk kaca pintu mobil itu.
Sefira langsung masuk setelah dibuka kunci oleh Chandra, memasang sabuk dan bersandar"Cepat!!"gerutunya.
"Oke nyonya sefira."ucap Chandra ramah.
Mobil langsung melaju lumayan cepat dan didalam mobil, tidak ada pembicaraan sedikit pun, sefira terdiam sejak tadi menatap jalanan, difikirkan sefira bercampur aduk ditambah lagi ada masalah dikantornya, membuatnya berusaha ingin lari ke suatu tempat agar dirinya tenang tak ada masalah.
Chandra sembari mengemudi sesekali menoleh ke sefira yang terdiam, ia ingin berbicara namun merasa malas jika sefira membalas ucapannya dengan marah dan kesal.
"Jika kau benci padaku, dan tidak ingin mengejar dalvino, kenapa kau masih menetap disana? Bukannya jika kau melihatku, kau selalu teringat dengan dalvino? Apalagi ayah dalvino."
"Aku bertahan disana hanya karena orangtua dalvino."jawabnya spontan.
Chandra mengernyit heran mendengar ucapan sefira"Karena orangtua dalvino? Kenapa mereka? Apakah karena—,"
"Jika sudah tau tak perlu dibahas!"ketus sefira memotong ucapan Chandra.
Chandra mengangguk faham dan tersenyum kecut, mungkin menurutnya agar orangtua dalvino tak malu dengan keluarga sefira, mereka masih menerima sefira bekerja disana, dan juga masalah sefira hanya ada dengan dalvino, tidak dengan yang lain.
Jika tentang sefira, sefira terkenal sebagai manajer yang ramah dan disiplin, cantik juga baik, hanya kelemahannya saja dengan dalvino, ia terlanjur jatuh cinta dengan dalvino, walaupun dalvino tak mencintainya juga, tetapi sefira tetap bersikukuh mempertahankan dalvino sampai dalvino mencintainya juga, walaupun agak tidak yakin namun tetap ia perjuangkan.
Padahal, banyak lelaki yang menyukai sefira, dan selalu memberikan sefira barang bagus, namun ia masih ingin dengan dalvino yang tak pernah memberikannya apapun.
Tetapi, saat sefira tau jika dalvino sangat dekat dengan Saskia, rasa hatinya hancur, remuk redam dan sangat membenci Saskia, ia tak bisa mengajak Saskia untuk berbicara dengan tenang, rasanya ia ingin menjambak rambut Saskia sampai Saskia menjauhi sefira.
"Kau percaya jika Saskia mencintai dalvino?"tanya Chandra yang ingin menghilangkan keheningan antara dirinya dan sefira.
"Sangat percaya, jika dia tak mencintai dalvino, bagaimana caranya agar sampai ke pernikahan jika ia tak mencintai dalvino? Itu mustahil, pasti dalvino menyukainya namun Saskia berpura-pura tak mencintai dalvino, padahal sebenarnya Saskia mencintai dalvino juga."jelas sefira yang melihat tangannya didada.
"Sebenarnya, Saskia ingin mendukungmu untuk menikah dengan dalvino, namun dalvino tak tahu."
"Penghianat seperti dia tak bisa dipercaya."
"Coba kau berbicara dengan tenang dengannya, tanpa emosi, tapi kau? Baru saja aku mempertemukan kalian, dan kau langsung saja ingin mencakar wajah Saskia."
"Ya karena kutahu dia penghianat, pembohong!! Wanita munafik seperti dia memang sangat tidak bisa dipercaya!!"
"Hanya dimatamu saja kan? Bukan Dimata orang lain?"
"Jalan pintasnya aku harus berbicara dengan dalvino, tak perlu dengan wanita itu."
"Kau masih mengharapkan dalvino bisa bertemu denganmu lagi? Memelukmu dengan kasihan lalu membiarkanmu mengemis cintanya?"tanya Chandra yang sudah seperti mengintrogasi, namun sefira berusaha menahan emosinya, walaupun gaya berbicaranya sedari tadi selalu ketus, namun ia berusaha tidak emosi dan melatih dirinya untuk tidak emosi, karena benar juga apa yang dikatakan Chandra, ia harus berbicara perlahan dengan Saskia dengan tenang tanpa emosi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments