Saskia mengikuti ibunya yang sedari tadi sibuk dengan menempah prasmanan dan ingin menyewa dekor, souvernir, dan juga undangan untuk rekan ibunya dan ayahnya, dan ia juga ikut serta dalam kesibukan ibunya, yaitu menulis di buku apa saja yang telah dibeli dan disewa.
Saskia duduk di kursi ruang tamu, ia ingin istirahat sebentar dan melihat handphonenya, menelpon dalvino yang sudah lama tak menelponnya.
Dan akhirnya dalvino mengangkat telpon dari Saskia"Hey, apakah kau tak pulang? Pernikahan kita tinggal 3 hari lagi?"
Dalvino terdiam mendengar pertanyaan saskia, ia kini duduk di kursi dihotel menatap pemandangan dari kaca jendela hotel, ia tersenyum simpul"Selamat pagi nyonya Saskia."ucap dalvino ramah.
"Dalvino ayolah jangan bercanda, apakah ibumu tak menelponmu?"
"Kau tak ingin menjemputku?"
"Aku sibuk."jawab Saskia tanpa panjang lebar.
"Emm kalau tidak pernikahannya hanya kau saja, jadi akadnya dari Vidio call saja, yang penting sah kan?!"tukas dalvino dengan segala malasnya.
"Jangan gila!"ketus Saskia heran dengan dalvino yang ingin membuat ulahnya seperti dengan sefira dulu.
"Tapi, siapa yang menyuruhmu kesana? Tumben saja kau kesana tanpa memberi kabar denganku?"
Dalvino terkejut, bisa-bisanya ia tak memikirkan jika Saskia akan curiga kepadanya jika ia pergi ke Singapura. Tapi ia benar-benar sangat lupa jika tidak memberitahukan ke Saskia.
"Aku, aku—"
"Aku tau kau masih mengincar wanita itu, tapi jika kau batalkan pernikahan kita! Nyawamu taruhannya!"ancam Saskia.
Dalvino menarik nafasnya panjang"Ya, aku akan pulang, lagian, aku juga ... Tak mendapatkan alamatnya, aku hanya tau nama tempat perusahaan ayahnya saja, tapi aku ragu untuk kesana."
"Itu adalah hukum alam untukmu, kau harus hadiri pernikahan bukan berkelana mencari orang, kurasa juga orang itu tak ingin bertemu denganmu. Biar aku saja nanti yang mempertemukan kau dengan dia."
Dalvino terdiam, berfikir jika Saskia memberinya bertemu dengan Dania, lalu jika dalvino ingin menikahi Dania bagaimana dengan respon Saskia, ia langsung mempertanyakan hal itu ke Saskia.
"Tapi, jika kau mempertemukan aku dengan Dania, dan aku ingin menikahinya, kau mengizinkan aku mempoligami dirimu?"
"Sejak kapan kau tau poligami?"
"Emmmm, dari kak afizar."
"Terserah dirimu saja, jika itu yang membuatmu senang kupersilahkan."balas Saskia.
Dalvino tercengang dengan yang dikatakan Saskia, ia menelan Saliva"Jika aku mempoligami dirimu dengan sefira bagaimana?"
"Pertanyaanmu itu tidak logis! Kenapa tidak dari dulu saja saat kau menikah dengan sefira! Malah kau yang kabur tak mau menikah dengan sefira, kau sangat lemah!"
"Bukan lemah tapi aku—,"
"Dalvino! Ayo kepantai! Katanya kau mau cuci mata! Kakak sudah siap kesana nih."
"Oke, aku pergi dulu ya! Sudah ditunggu kak afizar."
"Ya sudah,"sahut Saskia tanpa panjang lebar.
"Eh itu siapa? Saskia menelponmu?! Oh iya, kalian kan akan menikah! Jadi kenapa kau mengajakku kesini?! Kau ini bagaimana?! Kenapa kau mau saja kuajak kesini?!!"gerutu afizar setelah mengingat dalvino akan menikah dengan Saskia.
Dalvino mematikan telponnya dengan Saskia, ia sangat pusing setelah kakaknya mengucapkan itu, seperti kesalahan tanpa sadar telah sudah dilakukan. Ia menghela nafas kesalnya.
"Besok kita pulang!"
"Kenapa tidak malam ini saja?"tanya dalvino.
"Hey jika kau gajian nanti, kau harus menyicil pesawat pribadi!"ketus afizar.
Dalvino tertawa, ia tau jika afizar menyindirnya secara halus, tetapi tak dipungkirinya"Entah juga ayah sudah punya pesawat pribadi tetapi kita tidak tahu."ujar dalvino.
"Tidak mungkin!! Aku pasti tau soal itu!"
Mereka terus berbincang dan bersenda gurau, menghabiskan waktu bersama kakak beradik.
****
Malamnya, saskia duduk di bangku meja belajarnya, ia mengambil laptopnya, dia ingin menyebar surat undangan pernikahannya, ia langsung menghidupkan laptopnya, dan mencoba mengirimkan video undangan di grup tempat kerjanya, dan tak lama banyak yang terkejut dengan yang diberikan sefira.
"Astaga!! Benarkah ini?!! Atau ini hanya gurauan saja?!"
"Hey! Tidak usah bercanda!! Kau tadi baru dari kantor?! Kenapa mendadak seperti ini?!"
"Congratulations!! Selamat ya Saskia! Aku akan segera menghadiri pernikahanmu😍"
"Akhirnya kau tak menjomblo lagi! Dan tinggal diriku yang belum menikah."
"Selamat ya sefira, semoga sampai ke hari H!!"
Saskia tersenyum kecil melihat chat mereka, sangat terkejut tetapi jika rahasiakan itu lebih parah lagi.
Tiba-tiba handphone Saskia berbunyi, dan tertera nama dalvino dilayarnya, ia segera mengangkatnya.
"Halo, ada apa dalvino?"tanya Saskia.
"Hey, tebak aku pulang, hari ini atau besok!"seru dalvino yang ingin tertawa.
"Dengan segala ketidaktahuanku, kutebak kau pulang besok, jika kau pulang hari ini, aku tak percaya!"jawab Saskia yakin.
"Baiklah, benar, tapi aku ingin cerita padamu."balas dalvino.
"Apa itu? Kau ingin menceritakan wanita itu?"tanya Saskia yang masih melihat-lihat laptop.
"Ya, dia benar-benar mengandung anakku, perutnya saja sudah besar, dan kemarin aku jumpa dengannya saat ke market."
"Kau menegurnya?!"
"Tidak, tapi, aku sedikit jatuh cinta dengannya."
"Jadi, dirimu ada niat mendekati atau tidak? Dan, kau jadi mempoligami diriku?"
"Entahlah sepertinya aku tak sanggup, jika aku poligami, aku tak sempat mendekatimu,"
"Ya karena kau nanti akan disuruh mengurus anak, sedangkan dia bekerja, kalian akan tukar profesi, seperti dunia terbalik."gurau Saskia.
"Entahlah kemungkinan iya, soalnya kuliah juga dia pernah menggantikan ayahnya saat mengandung seperti itu,"
'Jika kau khawatir kenapa kau tidak melarangnya saja."
"Aku tak berfikir sampai disitu, oh ya kau sudah menyebarkan undangan? Dan grup musik apa yang kau sewa? Kuharap grup musik yang sangat kusuka, kau tau sendiri kan apa yang kusuka."
"Entahlah jika tentang itu, orangtuaku yang mempersiapkannya, dan kita hanya duduk di pelaminan, bersalaman dan berfoto."
"Bersalaman dengan orang-orang juga melelahkan Saskia, dan juga ... Uang mahar belum ada."
"Terserah mu, jika itu tidak memalukan keluargamu, aku masih terima, itu hanya dirimu dan keluargamu, nyonya Amerta tidak mungkin lupa apa yang akan dipersiapkan jika menjelang menikahkan anaknya, dan anaknya yang satu ini masih malas-malasan diluar sana, oh ya apakah ibumu tak menelponmu?"tanya Saskia panjang lebar.
"Ibuku hanya tau aku dan afizar merefresh kan otak, agar aku tak ragu saat akad nikah, kau tau jadi lelaki itu—,"
"Sudah cukup jangan mengeluh, aku sudah tau watakmu dari dulu, jangan diulang lagi."kilah Saskia.
"Iya, benar sekali! Karena nyonya Saskia dalvino Wijaya sudah tau semua sifat suaminya, benar kan yang kukatakan?!"ucap dalvino yakin.
Saskia membulatkan matanya, tersipu malu apa yang dikatakan dalvino"Terserah mu saja."
Dalvino yang duduk didepan jendela tersebut tertawa mendengar ucapan Saskia yang seperti menggombalnya.
"Sudah, pokoknya kau besok harus pulang! Jika kau membatalkan lagi—,"
"Tidak akan!! Itu tidak akan kulakukan."ucap dalvino percaya diri.
"Demi apa jika kau takkan melakukan itu? Bagaimana tak sengaja kau tak melakukan itu??"
"Aku, dalvino Wijaya, menyerahkan diriku kepada Saskia Amanda, jika aku melakukan kesalahan lagi apalagi disaat kita menjelang menikah, tembak saja diriku, maksudnya bukan dengan kata-kata aku mencintaimu, tetapi—,"
"Tetapi apa? Kau akan berpuitis lagi mengatakan jika aku melakukan kesalahan berarti kau khilaf?"tanya Saskia mengintrogasi.
"Tidak tidak, jika aku melakukan kesalahan, bunuh saja aku, rasanya aku tak sanggup jika menghadapi ini semua, rasanya aku ingin menyerah tetapi kau selalu menyuruhku melanjutkan sampai aku berulang kali melakukan kesalahan, kurasa kehadiranku di dunia ini hanya untuk berbuat kesalahan saja."ucap dalvino lirih.
"Tidak mungkin, kau harus kuat, setelah kita bersama, kita akan hadapi semua masalah ini bersama-sama, tidak ada yang harus ditutupkan."
"Bukannya kita selama ini selalu terbuka?"tanya dalvino ingin tertawa.
"Sudahlah, kau sedari tadi membuatku ingin tertawa saja!!"ketus Saskia dingin, namun bibirnya menahan senyumnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments