Tibanya dilaksanakan hari pernikahan fakhri dengan dania, ayah ibu Dania juga sudah pulang setelah ditelpon oleh ibu fakhri, orangtua Dania juga turut senang dengan pernikahan ini tetapi tidak dengan Dania yang kebanyakan membungkam mulutnya daripada berbicara, dan kebanyakan termenung, bahkan saat ayah ibunya pulang, Dania tak menyambutnya, hanya Fadhil dan istrinya.
Dikamar Dania, Dania sudah memakai baju akad, dipolesi dengan make up yang mempertambah cantik wajahnya, memakai kebaya berwarna putih, membuat keanggunan di diri Dania semakin terpancar, tetapi Dania hanya diam seperti patung dengan fikirannya yang masih bertengkar dengan hatinya, Dania masih sadar jika 5 hari kedepan Dania akan ketahuan mengandung walaupun pertama hanya Fakhri yang tau, bisa saja nanti semuanya tau.
"Dania,"panggil ibunya, namun Dania tetap diam, tak menjawab.
"Apa yang kamu fikirkan nak?" Tanya ibu Dania yang berada dibelakang Dania, melihat wajah Dania dipantulan cermin, namun ibunya tidak tambah penasaran.
"Sekian lama ibu di Singapura, ibu tak pernah teringat tentang ku? Mungkin ayah juga tak ingin pulang kesini, jika ada acara di sini, maka ibu dan ayah baru pulang," jawab Dania datar.
Ibu Dania terdiam dan langsung menganggap perlakuannya selama ini terhadap Dania adalah salah, padahal begini juga ada baiknya, agar Dania belajar mendewasakan diri.
"Assalamualaikum, ibu, dania, acaranya sudah dimulai," salam Fadhil yang masuk ke kamar adiknya dan ibunya menoleh Fadhil, Fadhil mencium tangan ibunya.
"Wa'alaikumsalam nak, ayo Dania, kita kebawah,"jawab ibu Dania dan mengajak Dania turun kebawah.
"Ibu jawab dulu, apakah ayah masih membenciku? Hanya karena aku dikucilkan disekolah waktu dulu, Dania masih ingat semuanya Bu,"ketus Dania dengan suara pelan menggenggam erat kuat lengan ibunya yang mengajaknya, namun saat ibu Dania menatapnya, mata Dania berkaca-kaca seperti mengatakan hal yang perih menimpanya.
Ibu Dania memegang tangan Dania yang menggenggam erat tangan kirinya, lalu melepaskan"Ayahmu sudah memaafkanmu, sudah ayo Kesana, semua sudah menunggu," jawab ibunya dengan beralasan.
"Pembohong! Dasar pembohong!"jerit Dania dengan hatinya yang terdalam.
Tiba ditempat acara, Dania diiringi ibunya dan duduk disamping Fakhri yang telah siap menjadi suaminya dini hari, tetapi hati Dania berkata lain, semuanya hanya samaran, bukan kenyataan, Dania ingin Fakhri tamat kuliah dulu, baru setelah itu menikah dengannya, namun juga karena janin yang akan tumbuh dirahimnya, Dania rela harus menikah dan jika bisa secepatnya Dania memberitahukan kepada fakhri bahwa dirinya akan hamil.
Pak penghulu kini menyuruh Fakhri menjabat tangannya yang sudah berada dimeja, Fakhri pun membalas dan memulai akadnya.
Dari ijab Kabul, sampai selesai, Dania hanya menarik lalu melepaskan nafasnya secara perlahan, agar air matanya tak buru-buru jatuh.
Namun Dimata ayah Dania, Dania seperti berbeda, ada keganjalan dimatanya dan seperti putrinya menahan sesuatu agar tak keluar, tapi ayah Dania tak menghiraukannya, ini juga demi kebaikan Dania dan Fakhri, dan demi Dania bisa bersikap dewasa dalam menjalani hidup, tidak berpatokan lagi dengan orang tua.
Setelah akad, Dania dan Fakhri berdiri dipelaminan sembari menyalami tamu yang datang dan mengucapkan selamat kepada mereka berdua.
Sedangkan dania saat itu hanya memasang wajah ceria, nyatanya banyak pertanyaan yang akan dilontarkannya untuk kedua ayah ibunya, mata Dania tak henti-henti melirik kedua orangtuanya walaupun curi-curi pandang.
Fakhri juga senang karena sudah menikah dengan dania, walaupun masih kuliah, tetapi saat dia menatap bola mata dania, dada fakhri terasa nyesak, seperti ada masalah yang dialami dania, namun dania selama ini berkata baik-baik saja saat mengirim pesan whatsapp ke fakhri, seketika Fakhri merasa bingung tetapi Fakhri mencoba menepisnya.
Malamnya dania mengunci pintu kamar pengantin.
Fakhri langsung menoleh ke Dania mengapa mengunci kamar"Kenapa dikunci?"
Dania langsung menangis sejadi-jadinya, dan meringkuk karena perih yang melanda hatinya.
"Da, dania,"Fakhri langsung mendekati Dania, memegang bahu Dania, dan melihat wajah Dania, fakhri langsung memeluknya"Semuanya akan baik-baik saja, tenanglah, semuanya akan kita bmubah menjadi baik,"
"Ri, kenapa semua orang menjauhiku, kenapa,"ucap Dania dengan isakan tangisnya, Dania tak bisa melihat Fakhri, dan masih menangis.
"Dania, aku tau ini seperti bukan harapanmu, aku tau ini bukan keinginanmu, namun, kau harus percaya padaku, bahwa semuanya akan baik-baik saja jika kita menghadapinya dengan secara dewasa." Ujar Fakhri menenangkan Dania.
"Fakhri,"Dania menutup mulutnya, Fakhri melepas pelukannya, menghapus air mata yang terus mengalir di pipi Dania"Jika aku hamil bagaimana?"tanya Dania.
Fakhri heran, namun menenangkan lagi"Enggak, aku gak akan buat kamu hamil dulu, aku tau posisi kita gimana, kita ..."
"Enggak ri! Enggak! Aku telah dinodai! Aku telah dinodai!"ketus Dania yang masih membuat Fakhri tak percaya.
"Dania, tenangkan dirimu, ayo duduk di tempat tidur, tarik nafasmu perlahan, keluarkan perlahan, dan ceritalah, walaupun pahit atau manis yang kau katakan, kau harus ceritakan, semua orang punya kisah perihnya masing-masing,"ajak Fakhri duduk di bibir tempat tidur, Dania mengikutinya.
"Kemarin, saat kau belum pulang, aku mencoba mencari pekerjaan di bar, karena, hampir semua toko dikota ini, tak menerimaku bekerja, aku mencoba mencari di bar, aku tak tau jika disana ada Aris, aku meminum alkohol dan tidur bersama orang lain, dan dia menyentuhku, dia menyentuhku ri!"perjelas Dania, dan akibat teman sekolahnya, bernama Aris, Aris termasuk benci juga dengan Dania dan mengerjai dania, tepat saat itu Dania ingin minum, Dania meninggalkan air minumnya sebentar, tepat saat itu juga Aris membuatnya mabuk, dan setelah itu dengan tak sadar, Dania berada dipelukan dalvino dengan keadaan mabuk juga, lalu dalvino membawanya ke ruang kamar VIP khusus CEO.
Fakhri mematung sejenak mendengar ucapan Dania, Fakhri menarik nafasnya, menenangkan dania"Sudah Dania, sudah, tidak apa-apa, aku akan mengakuinya sebagai anakku, bagaimanapun juga, walaupun bukan dari darah dagingku, aku tetap menganggapnya anak,"
"Namun entah kenapa aku tidak bisa menerima fakran menjadi anakku ri, kenapa tak bisa!"cetus Dania tak terima.
"Kau cemburu? Kau cemburu buta padaku saat aku berkuliah di Jakarta, ditambah lagi aku pernah dekat dengan ibu fakran, benarkan?"tanya Fakhri penasaran.
"Aku tidak tau ri, aku tidak tau,"ucap Dania memegang kepalanya.
"Kau mencintaiku?"tanya Fakhri lagi dengan to the point, memang selama mereka berpisah, banyak perubahan yang terjadi pada Dania, salah satunya seperti orang mabuk cinta, kata-kata manis yang diungkapkan Dania ke Fakhri membuat Fakhri heran, namun Fakhri mengingatnya saja, tidak membawa ke perasaan, dan akhirnya kini Fakhri ceploskan kalimat itu agar Dania mengakuinya
Dania terdiam, sejenak terngiang-ngiang ucapan Fakhri yang membuat dirinya malu dan pipinya memerah, tangan Dania langsung menepuk paha Fakhri dengan kuat"Fakhri!!!"
Fakhri hanya tertawa mendengar respon Dania, Dania langsung bangkit dan mengambil baju ganti.
"Hanya itu saja yang kau sampaikan?"tanya Fakhri lagi yang masih duduk ditempat tidur.
"Kira-kira, janinnya berkembang atau tidak?"tanya dania tak menjawab pertanyaan Fakhri.
"Lihat saja 6 Minggu kemudian, biasanya perkembangan bayi yang akan tumbuh seperti itu," balas Fakhri.
"Kau pasti teringat dengan mantan pacarmu kan?"tanya Dania melihat Fakhri setelah mengambil gaun untuk acara malam.
"Sudah kubilang dia temanku, kenapa kau tidak menandainya dalam otakmu?"ujar Fakhri tidak senang.
Dania hanya tersenyum sekilas"Aku, aku tak menghiraukan itu, yang kuhiraukan janin ini,"
"Tetapi, pada saat itu, bukannya kau sedang mabuk? Kenapa tersadar jika kau akan hamil, seharusnya itu akan terjadi dadakan,"terka Fakhri.
"Kenapa kau tidak memikirkan dari awal, aku sudah minum alkohol, tidur dengan seorang yang entah siapa itu, dan yang herannya, aku diantar oleh seorang wanita yang seperti sengaja menunggu seseorang didepan bar itu,"ujar Dania lagi.
"Mungkin dia tau kronologi peristiwa itu,"fikir Fakhri.
Ketika Fakhri dan Dania bertemu dinyata, beginilah mereka, tak berhenti-henti untuk berbincang, dan Dania juga ada saja yang ditanyakannya kepada Fakhri.
"Kau mengambil jurusan apa di universitas sana? Mengapa seperti wartawan?"
"Jurusan komunikasi, dan setelah lulus, aku mengambil S2 komunikasi juga, sembari bahasa,"
"Sekali tamat kuliah, kau menjadi guru bahasa Indonesia disekolah-sekolah,"
"Ya begitulah, sederhana, kau?"
"Kemarin aku mendapatkan surat terpenting dijalan,"ceplos Dania duduk disamoing Fakhri lagi, sembari menunjukkan 1 surat terpenting dari sebuah perusahaan.
Mata Fakhri langsung membesar melihat yang diberikan Dania kepadanya, perusahaan itu bernama 'ABRAHAM GRUP', dan disurat itu tertulis surat pernyataan perusahaan mengalami perubahan yang sangat bagus, namun surat itu telah ada ditangan Dania."Dania, kau ..."
"Aku tidak mencurinya,"ucap dania memotong ucapan Fakhri, agar Fakhri tak menyangka Dania mencurinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Maminya Nathania Bortum
semangat thor
2022-05-11
0