Esoknya, setelah berjumpa dengan dalvino, Dania sering termenung, selalu mengingat dalvino, tetapi, Dania tak ingin menghampirinya dan mengatakan bahwa benar yang dalvino katakan saat itu bahwa Dania benar-benar mengandung anaknya, terbesit dihati Dania ingin menggugurkan kandungannya, tetapi orangtua Fakhri sudah tau dan sangat senang saat tau Dania hamil.
"Dania,"tegur Fakhri yang menghampiri Dania.
Dania langsung tersadar dan menoleh Fakhri yang sudah berada disebelahnya, langsung terheran melihat Fakhri yang rapi"Kau ingin kemana?"
"Kau lupa? Aku akan berangkat ke Jakarta, besok, aku sudah masuk kampus lagi,"ujar Fakhri yang masih melihat Dania.
"Bukannya tinggal menyusun skripsi?"tanya Dania lagi.
"Berkasku banyak tinggal dikosku,"
"Owh, oh ya, kau membawa fakran?"
Fakhri duduk disebelah Dania dan tersenyum tak melihat Dania"Dia betah tinggal disini, jadi, lebih baik dia tinggal saja tetap disini,"
"Kau percaya?"
"Ya, aku berdoa, semoga kau lama kelamaan suka dengannya, kau juga segera punya anak juga, jadi bisa juga kan sekaligus belajar mengurus fakran,"
"Kau setuju jika aku menggugurkan kandunganku?"
Fakhri langsung mengerutkan keningnya"Apa yang kau maksud? Mengapa bisa ingin seperti itu?"
Wajah Dania berubah menjadi muram menunduk"Semalam, saat kita mengantar surat itu, aku bertemu orang yang telah meniduri ku, dia masih ingat denganku, dan dia mengatakan segera menikahiku karena aku mengandung anaknya,"
Badan Fakhri langsung lemas mendengar jika dania telah menemukan ayah dari anaknya, dan lumayan tak enak karena sudah terlanjur menikah dengannya"Sudah tak apa-apa, jangan berfikir seperti itu, anak itu adalah titipan dari Tuhan, jadi, kita jaga dengan benar dan jangan sampai salah menjaganya, jika kita salah, maka kita yang dituntut, dan kau tak mengenalnya kan?"
"Dania!"panggil seseorang dari depan, membuat Dania dan Fakhri langsung menoleh ke asal suara.
Ibu Dania berjalan ke arah Dania lalu Dania juga berdiri melihat ibunya datang bersama ayahnya, orang yang membuatnya resah.
Ibu Dania yang mendekati Dania langsung memeluk Dania dengan menangis, seperti rindu yang mendalam.
Dania langsung terheran mengapa ibunya seperti ini, Dania membalas pelukan ibunya dengan rindunya juga walaupun hatinya lumayan kecewa, mungkin ada segi positifnya saat ibunya meninggalkannya disini.
Ibu Dania perlahan melepaskan pelukannya, dan Dania juga, kini ibu Dania dan Dania saling pandang satu sama lain.
"Dania, ikut ibu ke Singapura ya,"pinta ibunya dengan wajah yang seperti khawatir, namun Dania yang tau dengan ekspresi wajah yang diberikan ibunya, membuatnya mengabaikannya, karena selama dia tinggal disini, ibunya juga tidak pernah mengabarinya, paling tidak ibu fakhri.
"Ibu kenapa? Kenapa, mendadak mengajak Dania ke Singapura? Dania, Dania udah betah disini, Dania senang sama mereka walaupun enggak dengan ibu,"jawab Dania berbohong, Dania ingin melontarkan pertanyaannya saat sebelum akad, namun ibunya tak memperdulikannya, terlintas dipikirannya, ini kesempatannya untuk mengungkap apa yang selama ini dia pendam, namun Dania menunggu ujaran ibunya.
Ibu Dania memandang Dania dari bawah hingga atas, melihat perubahan putrinya, lalu tersenyum dengan air mata yang masih berderai"Ibu ingin bersamamu lagi nak, ibu kangen berada di dekatmu,"
Air mata Dania mulai ingin menetes, namun Dania tahan, tetapi, tanpa disadari, air mata Dania tumpah sendiri"Dania, Dania juga kangen sama ibu,"Dania melihat Fakhri yang tersenyum tipis melihat dirinya dan ibunya.
Ibu Dania berjalan mendekati Fakhri, melihat Fakhri dari bawah sampai atas"Kamu sudah besar ya nak?"tanya ibu Dania kemudian tertawa"Perkembangan kalian sangat cepat,"
Ibu Fakhri yang barusan keluar dari dapur, mendengar ada suara sesenggukan yang sepertinya menangis, ibu Fakhri langsung keluar dan melihat, ternyata ada ibu Dania yang datang bersama suaminya, sontak ibu Fakhri langsung menegur"Eh buk Siti, kok gak bilang-bilang kesini?"tanya ibu Fakhri melihat heran Siti, yakni ibu Dania.
Siti langsung menoleh ke ibu Fakhri, lalu tersenyum"Sengaja sesekali, sekalian mau pamit,"siti mendekati ibu Fakhri yang sudah tersenyum juga melihatnya"Aku bawa Dania ke Singapura ya, aku rindu dia, aku rindu bersamanya,"
"Tuh, tanya aja sama suaminya,"ujar ibu fakhri kemudian menoleh ke Fakhri yang memandangi ibunya.
"Fakhri ngasi kok Bu, hati-hati ya Bu,"sahut Fakhri, membuat siti melihat Dania lagi.
"Gimana Dania, beneran mau kan?"tanya Siti menggenggam kedua tangan putri bungsunya.
"Iya Bu, Dania mau,"jawab Dania sembari mengangguk.
Siti langsung memeluk ibu Fakhri dengan erat"Semoga, kita bisa berjumpa lagi,"
"Iya, terimakasih telah membantu kami buk siti,"
"Iya,"
Ibu Fakhri melepaskan pelukannya dan melihat siti lagi"Kita bertemu karena Dania dan Fakhri, dan melihat mereka menikah kemarin, berasa seperti mimpi,"
"Kenapa baliknya cepat sekali, baru sebentar udah mau balik,"
"Suamiku udah nyuruh cepat balik."sahut siti
Ibu Fakhri tersenyum"Ya udah, hati-hati Bu,"
"Iya, lain waktu kami kesini lagi,"
Ibu Fakhri mengangguk sambil tersenyum melihat Siti.
"Mama! Mama kenapa nangis?" Tanya Fakran berlari menuju Dania yang masih berderai air matanya.
Dania langsung melihat fakran, lalu berlutut di depan fakran yang menatapnya kemudian menghapus air matanya"Mama mau pergi ikut kakek dan nenek, fakran disini aja ya? Baik-baik sama nenek disini ya?"
"Ga mau, maunya sama mama! Mama disini aja, sama fakran, papa mau pergi! Nanti fakran gak ada temen,"rengek fakran didepan Dania.
"Dia siapa?"tanya siti yang ikut melihat Dania dan fakran.
Ibu Fakhri, Dania, Fakhri langsung menoleh ke siti yang heran, tak tau siapa fakran.
"Nanti akan aku jelaskan ke ibu, siapa dia, gimana kalau enggak fakran ikut mama aja? Gimana? Mau ya?"entah terfikir darimana asalnya Dania mengajak fakran, padahal Dania tak suka ada fakran didekatnya, dan ingin sekali mengembalikan fakran ke ibunya, tetapi mungkin ini pengaruh mengandung, jadi Dania mengajaknya.
Fakran tersenyum mengangguk mau ikut dengan Dania"Iya, fakran mau, fakran mau ma! Papa, fakran ikut mama ya!!"
Fakhri tersenyum ke Fakhri"Iya sayang, gak apa-apa, jangan nakal-nakal ya!"
"Siap pa!"
Dania langsung berdiri, masuk dan mempersiapkan bajunya yang ingin ikut ke Singapura bersama ibunya dan juga fakran.
Tak lama, ayah Fakhri keluar, menatap heran melihat ibu Dania dan ayah Dania berpamitan, dan juga Dania yang ingin salam dengannya"Eh, ada apa ini?"
"Dania, diajak ikut sama papa dan mama ke Singapura, papa baik-baik ya disini,"ucap Dania setelah salam dengan ayah Fakhri.
"Iya iya, hati-hati ya,"
"Iya pa,"
Ayah Dania dan ayah Fakhri bertemu, dan berpamitan, setelah berpamitan, Dania serta kedua orangtuanya dan fakran pun berangkat menuju bandara, tinggallah Fakhri dan orangtuanya.
"Fakhri,"panggil ibunya.
"Iya Bu, ada apa?"
"Kau, memberi fakran pergi ikut Dania?"tanya ibu Fakhri tak melihat Fakhri.
Fakhri mengangguk"Fakhri yakin Dania pasti bisa menjaga fakran, fakran anak yang baik Bu, walaupun dia bukan anak kandung Fakhri, dan selama ini, Fakhri juga yang mengurusnya, bukan orang lain, hanya saja, saat Fakhri ke kampus, Fakhri titipkan dia dengan Bu kantin atau di play ground, Fakhri yakin Bu,"
Ibu Fakhri menghunduskan nafasnya, lalu menatap Fakhri"Baiklah, kamu juga hati-hati ya, sebentar lagi juga kamu wisuda kan?"
"Iya Bu, doakan lulus bu, dan setelah lulus, dapat kerjaan langsung,"
"Iya Aamiin,"balas ibunya tersenyum.
^°^°^°^°
"Bagaimana jika kau menikah dengan anak pak Aditya Suhardi? Papa tak ingin kau menikah lama-lama hanya karena menunggu wanita yang sudah kau tiduri, jika kau menolak, maka aset kekayaan ayah tak jatuh lagi padamu,"
Hati dalvino tersentak mendengar ayahnya tiba-tiba mengucapkan seperti itu, memang usia dalvino sudah 25, tetapi tak ada satupun wanita yang bisa bertahan dengan sikapnya dan semua orang merasa tak sabar mendengarnya.
"Siapa Aditya Suhardi pa?"tanya dalvino dingin menatap jendela, sedangkan pak Pratama duduk dibangku biasa dalvino duduki.
"Bukannya kau dekat dengan anaknya kan? Pastinya kau dekat juga dengan ayahnya, aku sudah mendengar banyak tentangmu dan anaknya, Saskia Amanda,"mata ayah dalvino hanya menatap kertas jurnal penelitian perusahaan, tetapi fikirannya terfokus kepada pembicaraannya dengan anaknya.
Mata dalvino yang sendu melihat jendela menjadi terbelalak mendengar nama Saskia, dalvino memang tak pernah mendengar Saskia meminta dilamar padanya, dan dalvino juga tak menyadari jika dalam diam Saskia meminta dilamar, dalvino tak pernah memikirkan itu, hanya tentang perusahaan ayahnya.
"Ayah ingin kau segera melamarnya, jika tidak, kau kuanggap bukan anakku lagi, aku tak segan-segan untuk menghapus namamu dikartu keluarga, dan aku tak ingin dikecewakan lagi, setidaknya secepatnya kau lamar wanita itu,"
"Ayah tau orangnya?"tanya dalvino yang masih tetap berdiri didepan jendela perusahaan.
"Ayah sudah tau semuanya, dan tinggal dirimu saja, satu permintaanku dalvino, aku tak ingin dikecewakan lagi,"
Tak ingin dikecewakan lagi...
Tak ingin dikecewakan lagi....
Langsung saja pemikiran dalvino teringat dengan sefira yang sudah bersedia dilamar olehnya, namun lamaran itu batal hanya karena kesibukan dalvino, hingga ayahnya masih sekarang merasa tak ingin menatap anaknya dan ingin sekali menampar wajah putra bungsunya, hingga sefira pun langsung pergi tak menampakkan wajah lagi hanya karena menanggung malu keluarganya dan kini juga sudah menikah dengan orang lain.
"Baiklah jika itu mau papa,"ucap dalvino mengalah.
*"*"*"*"*
Langsung saja tibanya malam, dalvino langsung melamar Saskia dengan senyum bahagia, namun tidak dalvino yang berpura-pura bahagia, dan kini dalvino memasang cincin lamaran itu dijari manis saskia.
Pemasangan cincin pun selesai, dan pak Pratama membuka suara"Terimakasih, untuk kepada pihak pak Aditya Suhardi, telah menerima lamaran anak kami, dan kami tentunya sangat senang dengan diterimanya lamaran ini, dan untuk acara akad, saya serahkan kepada pihak wanita, terutama dari pak Aditya Suhardi."
Pak Aditya berdiri sembari tersenyum"Saya juga mengucapkan sama-sama untuk lamaran ini, dan untuk hari akadnya, tidak usah lama-lama, dalam Minggu besok, dihari Rabu, kita bisa melaksanakan akadnya, dan bagaimana menurut pak Pratama? Apakah pak Pratama setuju?"
"Kami sangat setuju,"jawab pak Pratama.
Dalvino duduk termenung cuek dihadapan keluarga Saskia, sedangkan Saskia menyunggingkan senyumnya menatap dalvino dan tau apa yang difikirkannya, Saskia diam-diam mengikuti dalvino dan tau apa yang dilakukan dalvino walaupun terkadang dalvino menyadarinya, dalvino tetap cuek.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Maminya Nathania Bortum
hadir thor
2022-05-11
0