Keheningan melanda keramaian mereka, ibu Fakhri menatap Fakhri yang melihat fakran memakan camilan buatan ibunya, lalu menatap Dania yang hanya melihat fakran juga.
"Emm gimana kalo kalian nikah aja, kan enak gak payah kangen-kangenan lagi, ya enggak?" saran ibu Fakhri.
Difikiran Dania, itu salah, jika Dania menikah dengan Fakhri pun, harus menjauh juga, tapi itu bisa saja.
Fakhri menatap ibunya sekilas kemudian merunduk dan meyakini hatinya, apakah pantas atau tidak menikah dengan Dania, ditambah lagi ada Fakran disisinya membuat Fakhri harus lebih banyak fokus ke fakran.
"Bagaimana?" tanya bapak Fakhri.
"Emm, soal itu bisa bapak ibu tanyakan nanti dengan papa mama Dania, soalnya kan lebih enaknya sama papa mama Dania," saran Dania dengan girang.
Bapak Fakhri mengangguk faham"Ya, jika dilaksanakan pun tidak apa-apa, soalnya ayah dan ibu dania sudah seperti saudara kita juga, membantu kita disaat susah, walaupun mereka jauh, mereka juga sering menelepon kami, menanyakan keadaan Fakhri dan keadaanmu Dania,"
Deg!
"Beneran Bu, mama sering telpon!"
Ibu Fakhri mengangguk yakin"Iya, ibu sering ditelpon mama kamu, dan kami pernah bermimpi kamu dan Fakhri menikah, dan jika kamu dan Fakhri menikah, mama dan papa kamu akan pulang,"
"Harus seperti itu juga baru papa mama akan pulang?" bathin Dania yang berasa seperti tak terima, tetapi Dania sembunyikan.
"Kalian bisa perundingkan nanti, jika jadi, kita laksanakan secepatnya, ya!" seru bapak Fakhri.
"Em tunggu om, Fakhri kan masih kuliah, memangnya gak apa-apa untuk fakhri?" tanya Dania membuat bapak Fakhri yang ingin pergi jadi berhenti.
Bapak Fakhri menatap Fakhri yang meladeni fakran yang asik berbicara dengannya.
"Fakhri," panggil bapak Fakhri, membuat Fakhri segera menoleh ke ayahnya dan menatap Dania.
Bapak Fakhri langsung pergi meninggalkan fakhri, ibu Fakhri dan Dania diruang tamu.
"Em Fakhri, ibu ke dapur dulu ya, ibu mau ..."
"Nenek, fakran sesak pipis, temenin fakran kekamar mandi." rengek fakran ke ibu fakhri.
Ibu fakhri yang melihat fakran hanya terdiam menatap sosok anak kecil yang menatapnya bukanlah cucunya, melainkan anak orang, bukan cucunya.
"Nek ...!" panggil fakran yang sesak pipis.
"Ayo sama papa aja," ajak Fakhri kemudian berdiri.
"Gak mau, maunya sama nenek, nek ayo nek!" bujuk fakran yang membuat neneknya mau menemaninya.
"Ya sudah, ayo!" ajak ibu Fakhri.
Fakran langsung berlari kecil ke ibu fakhri dan menunjukkan dimana WC nya.
Tinggallah Fakhri dan Dania yang terdiam melihat fakran yang pergi bersama neneknya.
"Kita harus bicara," ucap Dania dingin tak menatap Fakhri.
"Ya, aku juga merindukanmu," ucap Fakhri, membuat Dania menoleh ke Fakhri.
💔💔
"Kenapa kamu pulang? Lagian, mana istrimu? kan katanya udah nikah?" tanya Dania cuek berjalan ke pohon kelapa yang berada didepan rumah Fakhri.
"Aku, aku tidak menikah, temanku, menitipkan anak ini kepadaku, bukan salahku kan?" ujar Fakhri menunduk, tak menatap Dania.
"Salah, kenapa sih kamu lemah banget, lagian kamu nurut aja, emang kamu mau tanggung jawab sama anak itu, lagian sok Deket banget," Dania yang tadi marah, menunduk, mendadak minder"Lebih baik kita cari ibu dari anak ini, aku gak terima dia ada di kehidupan kita ri!" tekas Dania melihat Fakhri, wajah Dania begitu marah dan sampai tak habis fikir.
"Kumohon, kau mau menerima dia, dia hanya anak kecil, dia ..."
"Bukannya tak mau, tetapi, kau harus mengadopsi anak ini ke orang lain, aku, aku gak bisa kalo ada dia!" ketus Dania memotong ucapan Fakhri dihadapan Fakhri.
Fakhri yang sedikit kesal langsung menghela nafas"Memangnya kenapa? Dia gak ganggu kan?"
"Entah kenapa hati aku gelisah melihatnya," jawab Dania merunduk dan berjalan ke arah lain.
"Kenapa?" tanya Fakhri semakin penasaran.
"Mending dibatalin, aku gak suka!" ketus Dania.
"Tapi awalnya kamu mau?" tanya Fakhri lagi.
Dania menutup matanya, menarik nafasnya, melepaskan dengan perlahan, menatap fakhri"Kelak kamu akan tau apa yang kugelisahkan nanti, tapi, lebih baik kamu lanjutin kuliah kamu aja,"
"Tapi, tapi ibu aku udah ngebet kita nikah!" seru Fakhri walaupun hatinya bimbang juga.
"Ok, kita nikah, setelah kita nikah, kamu lanjutkan kuliah kamu, oke?" pakat Dania.
"Aku gak nafkahin kamu?" tanya Fakhri lagi.
Dania menghela nafasnya berat"Gak usah, aku akan meminta kerjaan dengan ayahku,"
"Baiklah, besok, kita menikah," ucap Fakhri dengan rasa tak ingin, tetapi mau gimana lagi, demi kebaikan antar orangtua Dania dan ayah ibunya.
...Dalvino Wijaya...
Sebuah mobil berjalan ingin masuk dikediaman keluarga Abraham Wijaya, ya itu adalah nama ayah dalvino, keluarga terhormat diantara 1 kota, terkenal dengan kemurahan hati dan Dimata orang, anak pak abraham pantas dicontoh, berkelakuan baik dan sangat mirip dengan ayahnya, tetapi tidak dengan dalvino, yang sering terpisah dengannya hanya karena wajahnya mirip, tetapi tidak dengan sifatnya.
Pak satpam buru-buru membuka gerbang, saat sudah dibuka, dalvino memasukkan mobilnya dihalaman rumah ayahnya.
Tepat dihalaman rumah ayahnya, dalvino memberhentikan mobilnya, lalu keluar mobil, membuka kaca matanya, menutup pintu mobil dan berjalan menuju teras rumah ayahnya.
Sampai didepan pintu, dalvino melihat sekitar ruang tamu yang sangat sepi, tak ada orang satupun, dalvino berjalan namun pak Abraham memanggilnya yang berjalan didepan dalvino.
"Untuk apa kamu pulang!" umpat ayah dalvino menatap dalvino seperti tak bersalah.
"Aku, ingin ..."
Plak!!
Satu tamparan mendarat di pipi dalvino, dalvino langsung tak berani menatap ayahnya.
"Memalukan keluarga! Untuk apa kau pulang! Hartaku sebagian sudah kuberikan padamu! Malah kamu mempermalukan aku dikeluarga Munaldi! Anak tak tau diuntung!" Tekas Abraham, yakni ayah dalvino yang amarahnya meluap melihat wajah dalvino yang menurutnya seperti tak bersalah.
Dalvino yang memegang pipinya, tak berani menatap ayahnya, dalvino mengira dia dan ayahnya masih baik-baik saja, tetapi hanya gara-gara pernikahan dibatalkan, keluarga Wijaya seperti dipermalukan.
"Ma, ma, maafkan aku ayah," dalvino langsung pergi setelah mengucapkan maaf dan pergi ke dapurnya.
...AMERTA KUSNAIDI WIJAYA...
Dibalkon samping rumah ayahnya, dalvino duduk disampung nyonya Amerta, yakni ibunya, Amerta dengan tenang melihat pemandangan didepannya, dan melihat dalvino sejenak.
"Aku minta maaf Bu, telah mempermalukan keluarga kita, mulai sekarang, aku akan pergi, aku tak akan pernah kembali lagi ke rumah ini," ucap dalvino mengeluh.
Nyonya Amerta menoleh ke dalvino lalu cuek lagi"Jika kau pergi, terutama dari rumah ini, semua aset kekayaan dan perusahaan yang kau punya dan kau duduki sekarang, akan menghilang jika kau akan pergi, apakah kau ingin kehidupan mu berubah menjadi nol persen?" tanya Amerta dengan menantang menatap anak bungsunya.
"Aku, akan tanggung jawab dengan wanita itu,"ucap dalvino datar menunduk.
Amerta mengerutkan keningnya setelah mendengar ucapan putra bungsunya, Amerta membuka kaca matanya lalu melihat dalvino"Siapa? Kenapa wanita itu? Apakah kau akan mempermalu kan keluarga kita lagi!" ketus ibunya hampir emosi.
"Aku, aku aku telah membuatnya nya tidak suci lagi ibu, maafkan aku, aku, aku tidak ada sedikitpun ingin pergi ketempat itu tetapi aku sangat pusing pada waktu itu maafkan aku Bu!" ucap dalvino memohon didepan Amerta.
"Kurang ajar, kau harus mencari wanita itu sampai dapat! Dan dia akan melahirkan keturunan dari ayah dan ibumu! Apa kau ingin menghancurkan nama baik ibu dan ayahmu lagi! Cukup dalvino! Cukup!" Gertak amerta dan dalvino langsung pergi meninggalkan Amerta yang masih tetap berada di situ
Dalvino langsung menangis karena rasa bersalahnya, "Jika aku minta maaf pun, mungkin sudah terlambat maafkan Aku ayah ibu,"
...AFIZAR MAULANA WIJAYA...
Afizar membuka pintu kamar adiknya dengan menunduk, saat melihat kamar, afizar terkejut melihat adiknya yang berdiri didepan jendela.
"Hey kau, kau pulang ya? Hmm kenapa aku tidak tau ya?" Tegur fizar melangkah mendekati rak handuk sembari bertanya, fizar meletakkan handuknya ditempat handuk dikamar dalvino lalu berjalan ke adik bungsunya.
"Apa harus jika aku pulang kukabarkan kepadamu? Lalu merayakan pesta minum, begitukah?" jawab dalvino yang bertanya balik ke fizar tak melihat kakaknya.
"Jangan seperti itu, selama kau menjadi adikku, aku tidak pernah memperlakukanmu sesuka hatiku, sesuai dengan martabat ayah," jawab fizar dibelakang dalvino.
Dalvino masih tak melihat kakaknya, lalu bertanya lagi"Kakak, masih terjerat pernikahan dengan anak juragan Alfamart itu?"
Fizar menyunggingkan senyumnya, berjalan ke samping dalvino sembari menjawab"Oh dia, aku menggunakan waktuku disini sebagai alasan jika aku shift malam, dan aku ..."
"Licik, sangat licik! Tetapi, apakah kalian sudah dikaruniai anak?" potong dalvino dan bertanya.
"Bagaimana kami dikaruniai anak, sedangkan dia masih ada hubungan dengan mantannya," jawab fizar tak melihat adiknya, melihat pemandangan didepan jendela kamar adiknya.
Dalvino mengerutkan keningnya, menoleh ke kakaknya"Serius?"
"Ya, dia memilih mantannya daripada diriku, ya terpaksa aku menjauh juga, tetapi saat didepan ayah ibunya, aku dan dia bagai pengantin yang dimabuk asmara." jawab fizar dingin.
Dalvino terdiam mendengar ucapan kakaknya sembari memandang ke jendela.
"Apa yang kau renungkan?" tanya fizar menoleh adiknya lagi.
"Mungkin masalahmu lebih ringan dari masalahku," jawab dalvino tak melihat kakaknya.
"Selama ini, kau menganggap ku siapa?"
"Kakak,"
"Kenapa kau seperti itu? Pahit atau manis yang kau rasakan dan kau katakan, katakan saja,"
"Aku, tidur dengan wanita yang bukan kucintai,"
"Kau menyentuhnya?"
"Ya, aku menyentuhnya,"
Mendengar jawaban adiknya tersebut, tangan fizar terkepal kuat seperti akan langsung meninju wajah adiknya tersebut, tetapi karena memikirkan dalvino tidak pernah mencari masalah dengannya, fizar buru-buru mengingat bahwa itu bukan dalvino.
"Ini adalah aib terbesar, dan kenapa, selalu dirimu saja yang selalu terkena masalah? Aku sedih lihat adikku seperti ini," ketus fizar yang kemudian sedih.
Dalvino yang diam setelah mengatakan jika dia sudah menyentuh wanita itu, sedari tadi dalvino berusaha menyeka air matanya agar tak ketahuan kakaknya dan berusaha menangis tanpa suara.
"Aku berjanji kepada diriku sendiri kak, aku akan mendapatkan wanita itu walaupun lama, aku takkan menikah sampai aku menemukan wanita yang sudah melahirkan dari benihku, aku janji kak!"bathinnya, dalvino sangat ingin mengatakannya, tapi dalvino takut seperti kakaknya yang pertama, saat marah tak pernah lembut, suka membentak, ia adalah zafka, rumahnya jauh dari rumah orangtua dalvino dan sekarang membuka lahan menanam buah-buahan.
"Jika hal ini terdengar dengan kak zafka, kau akan dihukumnya," ucap afizar datar.
"Tak perlu menyebutnya lagi kak, diawal masalahku tentang tunangan, diotakku terngiang wajahnya yang membelaku dari kakak saat dulu," ucap dalvino.
Afizar menyunggingkan senyumnya, melihat ke dalvino.
Dalvino melihat kakaknya yang kini menatapnya juga.
Afizar mendekat dan memeluk adiknya"Sabar ya, semua ada jalannya, dan rajinlah berdoa, semua akan berlalu tepat pada waktunya, ingat itu,"
Dalvino menangis lagi, dan membalas pelukan kakaknya"Terimakasih kak,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments