Dania memainkan gadget nya, sesekali menatap jam dilayar benda pipih tersebut, sudah jam 14:00, Dania merasakan kantuk dan pusing secara bersamaan, namun Dania memilih ingin tidur, namun saat tidur, Dania langsung ingin muntah, Dania buru-buru bangkit dan menuju kamar mandi untuk memuntahkan seisinya, namun yang hanya keluar hanya cairan bening, Dania langsung membersihkan mulutnya dan beranjak pergi ke kamar.
Sampai dikamar, ada Fakhri yang sedang bermain laptop ditempat tidur tengah bersandar di dinding, Fakhri juga menoleh Dania yang masuk ke kamar.
"Kau kenapa?"tanya Fakhri.
"Mana anak itu?" Tanya Dania tak menjawab pertanyaan Fakhri berjalan ke tempat tidur, lalu duduk.
"Fakran? Fakran ikut ayahku ke sawah, barusan saja berangkat, kau kenapa?" Ujar Fakhri
kemudian bertanya tanpa menoleh ke Dania.
"Aku tadi mual, apakah ibumu ada minyak angin?"tanya Dania melihat Fakhri memainkan laptopnya.
"Jangan-jangan reaksi kehamilanmu sudah mulai,"sangka Fakhri langsung menoleh kearah Dania.
"Semoga saja, sudah seminggu ini aku tidak datang bulan, biasanya rutin,"keluh Dania melihat kebawah.
"Selamat! Dahdania Sari telah menjadi ibu, selamat ya!"ujar Fakhri riang menirukan seperti bidan saat setelah memeriksa kandungan, lalu pergi ke kamar ibunya.
Dania semakin memegang kepalanya, memijat kepalanya yang pusing.
Saat Fakhri ke kamar ibunya, ibu Fakhri juga ada dikamar"Bu, ibu punya minyak angin?"tanya Fakhri didepan pintu.
"Ada, kenapa?"tanya ibu Fakhri yang langsung mengambil minyak angin dikaca rias dan memberikan ke Fakhri.
"Dania mual,"jawab Fakhri menerima minyak angin.
"Hah? Jangan-jangan,"mata ibu Fakhri melihat wajah Fakhri dengan senyum-senyum.
Fakhri tersenyum"Semoga aja Bu, soalnya Dania sudah seminggu lebih tidak datang bulan,"ujar
fakhri.
"Periksa aja dulu, mana tau enggak,"sahut ibu Dania.
"Iya Bu, setelah ini," balas Fakhri.
Fakhri keluar dari kamar ibunya dan terkejut melihat Dania berlari ke kamar mandi, Fakhri masuk ke kamarnya, berjalan ke tempat tidur dan meletakkan minyak angin ditempat tidur.
Setelah dari kamar mandi, Dania kembali lagi ke kamar, berjalan ke tempat tidur, mengambil minyak angin yang berada ditempat tidur, lalu duduk ditempat tidur.
"Jika diberikan pilihan, aku ingin memilih tidak hamil daripada harus seperti ini,"ujar Dania resah
yang meletakkan minyak angin dikeningnya.
"Bagaimana kalau kita ke klinik?"tanya Fakhri yang fokus kembali ke laptopnya.
Mendengar pertanyaan Fakhri, Dania langsung teringat dengan surat yang dijumpainya saat sebelum menikah dengan Fakhri.
"Bisa jadi, sekalian aku ingin pulangkan surat itu,"sahut Dania yang termenung, fikirannya masih fokus ke surat itu.
"Apalagi? Ayo,"ajak Fakhri.
Abraham Group
Pak Abraham hari ini datang ke kantornya, tepatnya yang kini dipimpin dalvino, pak Abraham memarkirkan mobilnya, lalu berhenti, pak Abraham keluar dari mobil melihat perusahaannya yang sudah dibangunnya selama 6 tahun, lalu pak Abraham berjalan ke dalam perusahaannya dengan diikuti pengawalnya.
Didepan pintu, pak Abraham disambut hangat dengan para pekerja diperusahaannya.
Pak Abraham berhenti, menoleh ke sebelah kiri, tepat ada 1 pegawai kantornya"Hari ini dalvino datang?"
"Maaf pak, tuan dalvino hari ini tidak datang,"jawab pegawai itu melihat wajah pak Abraham.
"Curigaku menjadi kebenaran,"bathin pak Abraham, lalu berjalan pergi ke ruang tempat dalvino memimpin.
Dalvino Wijaya
Kini dalvino ditaman, duduk dibangku taman sembari memegang kepalanya, merasa resah dan heran dimana surat itu berharga, ditambah lagi surat itu sangat berharga diperusahaannya.
"Jika ayah tau, habislah aku,"ceteluknya sendiri memegang kepalanya, lalu bersadar disandaran kursi, mencoba mengingat lagi dimana surat itu berada.
Saskia Amanda
Saskia menghampiri dalvino, menjatuhkan bobotnya perlahan dikursi"Kau tak bertanya denganku?" Tanya saskia, membuat lamunan dalvino langsung tersadar.
Dalvino mengerutkan dahinya"Kau tau?"tanya dalvino menoleh ke Saskia.
"Bahkan pernikahan sefira akan diadakan pun aku tau,"jawab Saskia datar.
"Jika kau tau, katakan,"ujar dalvino tak melihat saskia.
"Untuk apa kau bawa surat itu?" Tanya saskia.
"Untuk kutunjukkan kepada ayahku untuk selama aku memimpin! Jika tidak, ayahku takkan mempercayaiku,"
"Bukankah kau pewaris terakhir, semua aset kekayaan ayahmu jatuh ke dirimu, dan kau juga keturunan dari ya, pastinya dia percaya jika dirimu menjadi pewarisnya."balas Saskia melihat kedepan.
"Jika anak ayahku cuma diriku sendiri yang laki-laki, mungkin akan jatuh semua ke diriku, jika tidak, bagaimana? Itupun kakakku tidak ada yang ada di perusahaan ayahku, semua bubar dan pergi ke profesi yang lain,"keluh dalvino tak melihat saskia.
"Karena apa?"tanya saskia lagi.
"Salahnya aku tidak tau, dan, aku tidak pernah bertanya kepada mereka kenapa mereka tak ingin bekerja di perusahaan ayahku,"jawab dalvino yang tak melihat saskia, lalu melihat saskia sekilas.
Saskia tersenyum"Saat kau membawa kertas itu,
kertas itu jatuh saat kau keluar, dan kau langsung nyamperin sefira, setelah sefira memberi surat undangannya, dan kau pun menerimanya,sefira langsung pulang, dan disusul denganmu juga, ada seseorang yang mengambil surat itu, dia melihatnya, tetapi ada yang menelponnya, dia langsung membawanya pulang,"ungkap Saskia tak melihat wajah dalvino.
"Ah tidak, mati aku! Jika hal itu ayahku tau bagaimana!" Cetusnya resah.
_-_-_-_-_
"Ah disini dia, pak stop!"ucap Dania, mobil taksi berhenti tepat didepan perusahaan Abraham Group.
Lalu Dania keluar bersama Fakhri, dan tangannya tetap menggandeng Fakhri.
Sampai didepan pintu, pegawai kantor yang berada didepan pintu menyapa hangat Dania.
"Selamat siang mbak, ada yang saya bantu,"
"Saya bisa bertemu dengan bos kamu? Saya ingin memberikan surat terpenting diperusahaan ini," jawab Dania sembari menunjukkan surat itu.
Mata pegawai itu membulat, lalu mempersilahkan Dania masuk dan mengajak bertemu dengan bos perusahaan itu"Baiklah mbak, saya akan mengajak anda bertemu dengan bos saya, tetapi yang berada sekarang disini adalah yang mempunyai perusahaan ini,"
"Terimakasih,"balas dania berjalan mengikuti pegawai itu ke ruang bos.
Sampai diruang bos, pegawai itu masuk, dan izin"Permisi pak, ada yang ingin bertemu bapak,"
"Siapa dia?" Tanya pak Abraham.
"Orang asing pak, sepertinya dia akan memberikan surat terpenting dari perusahaan ini,"
"Silahkan masuk," ucap pak Abraham, namun saat Dania masuk, mata pak Abraham langsung membulat seketika melihat Dania.
"Ka-ka-kamu? Saya seperti ingat denganmu, bukannya kamu putri pak Ramdi Ahmad? Iya kan? Yang punya perusahaan disingapura, iya kan?" Pak Abraham langsung berdiri melihat kedatangan Dania dan menerika-nerkanya.
Dania terheran"Kenapa bapak tau? Darimana bapak tau kalau itu bapak saya?"
"Saya tau dari berita-berita, banyak dulu yang nyeritain perusahaan ayah kamu, dan ayah kamu itu orangnya terkenal sulit banget mau dijumpain, saya pernah lihat kamu dengan ayah kamh, kalau tidak salah, saat dibandara,"keluhnya.
Dania tersenyum"Iya pak, jadi, saya ingin menyerahkan barang ini, karena terjatuh dari mobil anak bapak, kemungkinan dia anak bapak, karena perusahaan ini bernama Abraham Group," ucap Dania sembari meletakkan surat itu dimeja.
Pak Pratama mengambilnya dan melihat isi surat itu, lengkap dan ada tanda tangan dalvino juga materai Rp 10.000.
"Ini pasti dalvino,"pak Pratama langsung meraih ponselnya dan menelpon anak bungsunya.
°°°°°°
Cukup lama Saskia dan dalvino berbincang juga duduk di taman, namun telepon genggam dalvino berbunyi, bertanda ada yang menelponnya, langsung saja dalvino mengambil telepon genggamnya dan melihat siapa yang menelponnya, ternyata ayahnya, langsung saja dalvino mengangkat telponnya.
"Halo pa, ada apa?"
"Kau dimana sekarang?" Tanya pak Abraham ditelpon.
"Dalvino, dalvino sekarang ditaman, ada apa pa?"
"Sekarang, kau harus kesini, papa ada diperusahaan, ada masalah disini,"
"Baik pa, dalvino segera kesana," balas dalvino, dalvino langsung mematikan telponnya dan pergi.
"Kau ingin pergi ke perusahaanmu?"tanya saskia.
"Ya, ada sedikit masalah di Abraham Group,"jawab dalvino memasukkan telepon genggamnya disaku celananya
"Owh, hati-hati,"ujar Dania.
Dalvino langsung pergi menggunakan mobilnya, Saskia memandangi mobil dalvino hingga tak terlihat, terbesit juga dihati Saskia ingin menikah dengan dalvino, tetapi, dalvino tak mengerti dan tak pernah membahas tentang pernikahan, hanya saja saat keluarga Munaldi menyuruh dalvino melamar sefira, barulah dalvino melamarnya, itupun batal karena dalvino lupa dengan hari pertunangannya.
Sampai diperusahaan ayahnya, langsung saja setelah memarkirkan mobil, dalvino langsung masuk ke perusahaan ayahnya menuju ruangannya.
Sampai didepan ruangannya, dalvino membuka pintu, dan melihat sudah ada ayahnya bersama seorang wanita duduk didepan ayahnya.
Dania menoleh ke dalvino yang baru sampai.
Dalvino berjalan mendekati ayahnya, dan menoleh lagi ke Dania yang masih melihatnya.
"Ka kau? Wanita malam itu? Wanita yang sudah kutiduri?"tanya Dalvino ke Dania yang termenung tetapi masih melihat dalvino.
Mata Dania membulat mendengar ucapan dalvino, disaat itu juga hanya ada dirinya, dalvino dan ayahnya.
Pak Abraham merasa tak percaya.
"Ti-ti-tidak, kau pasti salah lihat,"jawab Dania tak mengakui, saat itu juga Dania langsung ingat tentang malam itu.
"Aku masih mengingat semuanya! Kau adalah wanita yang kucari! Kau pasti sudah mengandung anakku! Kita harus menikah,"seru dalvino meyakini jika dia benar-benar wanita yang tidur bersamanya di bar saat itu dengan berjalan ke hadapan dania.
"Tidak, kau pasti, salah, bukan aku, akut tidak pernah seperti itu,"sahut Dania masih tak percaya dengan terbata-bata.
"Apa kau berbohong?"tanya pak Abraham tak menatap mereka.
"Bukan pak, bukan saya, kalau begitu saya pamit,"Dania langsung beranjak namun buru-buru dalvino menghalanginya.
"Jujurlah, aku masih mengingat siapa kamu!"dalvino masih tak percaya jika itu bukan orang yang sudah ditidurinya saat dia mabuk.
Dania menatap nanar dalvino, kemudian langsung pergi.
"Hey kau!"panggil dalvino melihat Dania yang pergi.
"Dalvino!"panggil ayahnya dengan nada tinggi.
Dania yang keluar ruangan itu buru-buru menutup pintu, dadanya sesak, ternyata lelaki yang tidur dengannya masih ingat dengan yang pernah mereka lakukan, Dania merasa tak menyangka jika bertemu dengan lelaki itu.
"Kau kenapa Dania?"tanya Fakhri yang kini berada didepannya.
Dania langsung memeluk erat tubuh fakhri, kemudian melepaskannya"Tidak apa-apa, semuanya berjalan dengan lancar."
"Kudengar, lelaki itu seperti menuduh seseorang, apa itu kau?"
"Bukan Fakhri, ayo kita pulang, ada kabar bahagia yang harus kita beritahukan kepada ayah ibumu,"
Fakhri mengangguk Iya, dan mengikuti langkah Dania pergi meninggalkan kantor itu.
°^°^°^°
Dalvino kini duduk didepan ayahnya memandang serius surat yang berada dimeja itu dengan rasa bersalah.
"Kenapa bisa ada ditangan wanita itu?"tanya ayahnya menatap putra bungsunya itu.
"Aku, tidak sengaja ayah,"jawab dalvino mengakui.
"Bagaimana bisa terjatuh?"tanya pak Abraham datar.
"Waktu itu, aku ditelpon sefira, dia mengajakku bertemu ditaman, dan aku langsung pergi, saat menuju ke taman, aku tak tau jika surat itu berada di tanganku, dan ..."
"Apa yang dia berikan?"
"Sefira memberikan surat undangan pa, untuk keluarga Abraham Wijaya,"
"Lain kali kau harus tau,"ujar pak Abraham datar"Simpan surat itu diberkas kerja khusus milikmu, jangan sampai hilang,"sambung pak Abraham.
"Baik pa,"balas dalvino tak menatap ayahnya.
"Dimana asistenmu itu?" Tanya pak Abraham.
"Diruang manager pa, 3 hari lagi kami mengadakan presentasi."jawab dalvino.
"Baguslah kalau begitu,"ujar pak Abraham.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Maminya Nathania Bortum
nyimak
2022-05-11
0