"Ah syukurlah ibu baik baik saja" Rena tampak dengan tulus menyapa Bu Lidya.
"Perkenalkan saya Renata" Rena mengulurkan tangannya mengajak Bu Lidya berkenalan.
""Lidya" Bu Lidya masih dengan perasaan bingung membalas jabatan tangan Rena.
"Ibu sepertinya menjadi korban perampokan di jalanan, saya tidak dapat menemukan satupun identitas ibu, apakah ibu ingat nomor telepon anak atau kerabat ibu yang bisa dihubungi? biar saya bantu ibu menghubungi mereka. Pasti saat ini mereka sedang panik dan kebingungan mencari ibu" Rena menjelaskan dengan panjang lebar.
"Dia benar-benar tak mengenali ku sama sekali" batin Bu Lidya dalam hati saat melihat Rena terus berbicara kepadanya.
"Saya lupa nomor telepon anak saya, dia sekarang lagi di luar negeri, tidak perlu membuatnya khawatir, saya tidak apa apa kok" Bu Lidya menjelaskan kepada Rena.
"Oh baiklah Bu, terserah ibu saja, sebentar lagi administrasi ibu selesai, dokter sudah mengijinkan pulang, saya antar ibu sampai ke rumah ya" Rena memberikan penawaran dengan tulus.
Bu Lidya hanya mampu mengangguk lemah, tak tahu hendak berbuat apa, kejadian yang dialaminya masih menyisakan sedikit trauma, ditambah lagi pertemuan dengan orang yang dibencinya, semakin membuat otaknya bekerja dengan berat.
Akhirnya setelah menunggu lebih kurang setengah jam menunggu administrasi selesai, Rena dan Bu Lidya telah duduk didalam taksi menuju kediaman Bu Lidya.
Suasana hening dan tidak ada pembicaraan. Lidya berulang kali mencuri pandang kepada Rena yang duduk di sampingnya. Wanita paruh baya itu masih belum percaya jika gadis muda yang ada di sebelahnya ini tak mengenalinya sama sekali.
"Kamu tinggal dimana nak Rena?" Bu Lidya memulai pembicaraan.
Renata yang sedang melihat pemandangan dari luar kaca jendela taksi yang ditumpanginya menoleh kearah Bu Lidya.
"Di yayasan Kasih Bu, di jalan xxx" tutur Rena menjelaskan.
"Kamu tinggal di yayasan?" Bu Lidya kembali bertanya kepada Rena, dia ingin memastikan sekali lagi apa yang di dengarnya.
"Iya Bu" Rena menjawab singkat pertanyaan itu dengan senyuman tipis.
"Kenapa dia tinggal di yayasan?" Bu Lidya bertanya tanya didalam hatinya.
"Sebentar lagi sampai Bu" Rena membuka kembali percakapan yang sempat terhenti diantara mereka.
"I..iya, kamu mampir dulu ya, saya mau mengambil uang di dalam rumah untuk menggantikan uang biaya rumah sakit yang kamu sudah bayarkan tadi" Bu Lidya menawarkan kepada Rena.
"Mohon maaf Bu, saya harus segera kembali ke yayasan, saya belum masak dan sudah terlalu lama berada diluar. Dan untuk biaya rumah sakit itu, saya ikhlas Bu, tidak perlu diganti" tutur Rena menjelaskan.
Bu Lidya terdiam melihat ketulusan Rena, tak pernah dia bertemu dengan gadis yang begitu sopan dan lembut seperti Rena ini. Dua tahun lalu dia hanya mengawasi gadis itu dari jauh, dan tak menyangka ternyata gadis ini begitu manis dan mampu membuat orang yang ada di dekatnya menjadi nyaman.
"Ibu mau main ke yayasan kamu boleh nak?" Bu Lidya menyampaikan keinginannya kepada Renata.
"Wah dengan senang hati Bu, saya akan sangat senang sekali kalau ibu berkunjung" Rena kembali memberikan senyuman tipis kepada Bu Lidya.
"Sudah sampai Bu" suara sopir taksi menandakan kalau rumah tempat tinggal Bu Lidya sudah ada di depan mereka.
"Terimakasih ya nak, maafkan ibu merepotkan" Bu Lidya dengan tulus memeluk Renata.
"Sama sama Bu, senang bisa membantu" Renata menimpali.
Bu Lidya merasakan sesuatu yang berbeda saat memeluk Renata, rasa dendam dan amarah yang disimpan selama ini tiba tiba hilang, berganti rasa simpati dan sayang kepada gadis itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
Sriliana Susanti
telat nyesel,toh luka udh di toreh kn
2021-09-27
0
Syarifah Nuraeni
lah terus waktu memutuskan untuk balas dendam emang ngga di selidiki secara mendalam kah bu Lidia? setelahnya baru sadar begitu? aigooo, gampang banget ya 🤣.
2021-09-19
0
Neng iren
jangan ngelihat orang diluarnya aza
2021-09-01
0