Kunia masih sibuk menggantungkan satu persatu pakaian basahnya. Ia pun mendengar gerbang besi itu terbuka, membuat Kunia menoleh lalu mengembangkan senyumnya.
Reni yang nampak sudah cantik dengan dress berwarna hijau tosca dengan motif bunga-bunga kecil berwarna putih, senada dengan outer serta sepatunya yang berwarna putih, sedang berjalan mendekati lalu duduk di balai tersebut.
"Waaah... Entah mengapa aku selalu takjub melihat mu yang bak Barbie ini. Ckckckck." Kuni memuji gadis yang hanya diam saja sembari menilik ponsel yang berada di dalam tas kecilnya. "Kau mau kemana?"
"Jalan dengan kekasih ku," jawabnya singkat.
"Kekasih, kau kembali menjalin hubungan dengan Gerald?"
"Tidak akan aku sudi berhubungan dengan si miskin itu, lagi."
"Dih–" Kunia paham, sikap Reni yang gemar gonta-ganti pacar memang terkadang bikin ia geleng-geleng kepala, tipe yang menyukai pria berduit, dan jika pria itu mulai kere maka akan dia tinggalkan.
kembali terdiam, Dia sibuk dengan akun Stagramnya. Mengecek postingan barunya yang sudah mendapatkan ribuan like dari para penggemarnya.
Ia pun tersenyum puas, membaca beberapa komentar yang memuji kecantikannya. Sembari menemani Kunia menjemur pakaian, tanpa mendengarkan ocehan semangat gadis itu yang bercerita tentang Anwar dan Anwar.
"Sungguh ya, dia itu semakin membuat ku tergila-gila." Kata Kuni, ia menghentakkan kain kemeja yang masih basah.
"Aaaa– Kuni...! Basah tahu...." Reni mengibaskan tangannya dengan sedikit jengkel. Sementara Kuni hanya tertawa.
"Maaf aku sengaja, Hahaha."
"Menyebalkan...."
"Maaf... Maaf... Habis kau diam saja sih, aku kan sedang bercerita."
"Aku mendengarkan kok, walaupun agak bosan." Reni menjawab dengan ketus, ia membuka bedak padatnya, bercermin. "Untung riasan ku tidak rusak."
"Ckckck.... Kau itu tidak pakai riasan pun tetap cantik. Tidak seperti aku."
Reni menutup bedaknya itu. "Kau bukan tidak cantik, hanya saja kau tidak pernah merawat diri mu."
"Aku merawat diri ku kok, buktinya aku sudah sebesar ini." Tertawa.
"Maksudnya, kau itu harus mulai melakukan perawatan tubuh, bodoh!"
"Ya... Ya... Lagian untuk apa aku melakukan itu? Aku kan sudah laku." Kuni memuji diri sendiri.
"Ckckckck... Dasar kau ini, selalu saja ya. Sekarang aku tanya? Apa hari ini kau sudah mandi?"
"Emmmm... Belum! Sejak kemarin sore aku belum mandi."
"Astaga...!"
"Hei, aku kan tidak kemana-mana. Aku akan mandi jika pergi saja. Apabila hanya di rumah? Untuk apa mandi sering-sering? Satu hari sekali saja sudah cukup. Mandinya saat siang hari jadi pas di tengah-tengah."
"Ya ampun... Ya ampun... Joroknya diri mu. Lantas itu rambut? Sudah berapa lama tidak keramas?"
"Ini?" Kuni menunjuk rambutnya sendiri. "Entahlah aku lupa, aku rasa ada satu Minggu yang lalu."
"Apa? Satu Minggu? Pantas saja poni mu nampak se-lepek itu." Reni geleng-geleng kepala.
"Iya lah... Aku malas saja, kalau belum berminyak maka aku belum mau mencucinya."
"Astaga....! Apa kau tidak gatal?"
"Gatal sih... Tapi kan tinggal digaruk." Kuni tertawa terpingkal-pingkal. Sementara Reni hanya geleng-geleng kepala, ia lantas mendorong tubuh Kuni yang mendekatinya. "Hissshh jangan dekat-dekat, kau itu bau."
"Hahaha...." Kuni mengakhiri tawanya, saat mendengar suara telfon dari ponselnya. "Sebentar-sebentar... Pujaan hati ku telfon."
"Sana angkat lah." Reni mengibas-kibaskan tangannya di dekat hidung. Sementara Kuni menerima panggilan telepon itu dengan semangat.
"Hallo... Emmm, di rumah. Ada apa?" Kuni menoleh ke arah Reni sembari senyum-senyum. "Oh, ada... Aku ada. Mau ku transfer sekarang?"
📞 "boleh, jangan lama-lama ya."
"Baiklah di tunggu ya sayang."
📞 "terimakasih ya– kau memang baik hati, tapi aku jadi tidak enak dengan mu, karena Minggu ini kita tidak bisa jalan lagi. Uang Minggu kemarin saja belum ku kembalikan."
"Apa sih? Tidak usah merasa tidak enak pada ku. Sudah ku bilang kan apa yang kau butuhkan, jika aku ada pasti akan ku berikan, karena aku tahu kau sedang investasi demi masa depan kita."
📞 "kau memang pengertian sayang. terimakasih ya sekali lagi. Ya sudah... Ku tutup dulu. Kamu jangan lupa langsung transfer ya. Dan kabari aku setelahnya."
"Iya sayang ku... Muaaahhh... Muaaaahhh... Muaaaahhh." Kuni jejingkrakan saking senangnya habis di telfon oleh kekasihnya itu. Ia pun membuka aplikasi mobile banking dan melakukan transaksi dengan nominal uang seperti yang di inginkan kekasihnya itu.
Transaksi sukses....
Segera Kuni mengabari Anwar, bahwa dia sudah mentransfer sejumlah uang.
Tak lama Anwar pun hanya membalas dengan stiker animasi memeluk love, dengan kata-kata thank you tanpa ada balasan lainnya lagi.
"Haaaah.... Leganya, sudah membuat kekasih ku senang," kata Kunia, ia pun melanjutkan pekerjaannya. Tak lama Reni mengeluarkan ponselnya, ia membaca sebuah pesan chat yang baru saja masuk lalu tersenyum.
"Kuni, aku jalan dulu ya."
"Kau mau jalan sekarang? Taksi online-nya kan belum datang?"
"Tadi aku ordernya di depan gang. Jadi aku harus ke sana sembari menunggu."
"Huuu.... Cepatnya kau menemukan pengganti, padahal aku mau mengajak mu nonton film karena Minggu ini kak Anwar masih sibuk."
"Hehehe.... Lain kali ya. Bye Kunia, jangan lupa mandi dan keramas ya–" Reni pun pergi, meningggalakan Kunia yang kini sedang menghela nafas.
"Sudah beberapa Minggu ini Dia sepertinya jalan-jalan terus. Aku jadi iri... Emmm tidak-tidak, kak Anwar sedang sibuk dengan beberapa proyeknya, demi masa depan. Demi sebuah pernikahan yang mewah bak negeri dongeng. Hehehe... Ayo lah lanjut menjemurnya." Gumam Kuni menyemangati dirinya sendiri, lantas melanjutkan pekerjaannya.
–––
Di sisi lain, di luar sepengetahuan Kuni. Reni menghampiri sebuah mobil, dimana terdapat seorang pria yang duduk di kursi kemudinya.
"Cantik, maaf ya lama."
"Tidak apa-apa. Aku tahu kamu pasti habis pinjam uang dulu ya sama Kunia."
"Kok kamu tahu?" Anwar tercengang.
"Tahu lah, kan saat kau menelfon dia, aku sedang di sana."
"Ya ampun... Aku jadi malu."
"Kenapa mesti malu."
"Iya, akhir-akhir ini aku sedang banyak pengeluaran. Alhasil aku jadi kehabisan uang, sementara aku harus membahagiakan mu." Anwar bercerita dengan nada memelas. "Kau pasti malu ya, berhubungan dengan pria seperti ku ku."
"Ya ampun enggak sayang... Serius. Maaf, maafkan aku. Cuman, aku kan kasian juga pada Kuni. Aku sudah pacaran sama mantannya, tapi matannya malah meminjam uangnya untuk jalan-jalan dengan ku."
Anwar tersenyum, ia mengusap kepala Reni lembut. "Aku akan menggantinya. Tenang saja."
"Ngomong-ngomong, kenapa Kuni masih nampak bahagia dan menganggap mu sebagai kekasihnya?"
"Entahlah... Mungkin karena aku masih berlaku baik padanya."
"Begitu ya?"
"Iya sayang, sudah biarkan saja. Jangan bahas Dia, yang terpenting sekarang adalah aku dan kamu. Kita bersenang-senang."
Reni tersenyum imut, lantas mengangguk. Dimana Anwar segera menyalakan mesin mobilnya, dan mobil pun melaju menuju salah satu taman hiburan.
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Sintia Dewi
kok bisa mantan secara lu denger td kuni blng anwar lg sibuk msk klok udh putus ngarep ngajak mantan ngesate atau mash ada gitu mantan minjem duit ke mantan...ada yg aneh sih di 2024 mantan mintak mantannya buat jd baby siter anaknya karna istrinya punya baby lg krna si cwok tau mantannya suka anak2 dan dia bercayakan anaknya buat diasuh mantanya...GILA GK SIHHHHH OTAKNYA DIMANA/Puke/
2024-04-17
0
Sintia Dewi
gila si anwar sama rani kyk lintah ke kunia tega bgt bgt bgt kalian, anwar si mekondo rani si gk tau malu
2024-04-17
0
Janah Husna Ugy
anwar bohong klo udah putus sama kunti😁😁😁,, Reni kena jebakan
2024-03-10
0