...***...
Matahari telah naik memancarkan cahayanya, dan Devan sudah membuka matanya. Tidak seperti pagi yang biasanya, pagi ini sudah ada seorang gadis dalam pelukannya. Lagi dan lagi Devan diam sejenak menatap wajah polos yang sedang menutup mata itu.
Wajahnya terlihat begitu lugu saat dia menutup mulut, sayang sekali wajah dan hati tidak sinkron.
Tiba-tiba Liz mengedipkan matanya beberapa kali, dia melihat Devan langsung di depan matanya. Liz langsung menampilkan senyuman manisnya. "Pagi sayang~"
Devan mulai bangkit dari kasur. "Kau baru bangun? Bersiaplah, apa kau tidak syuting?"
Liz malah menarik selimutnya. "Untuk apa aku bekerja saat suami sudah berkerja, untuk apa kerja saat duit sudah melimpah. Jadi Suami ku~ Apa kau tidak berniat memberi ku kartu kredit mu? Aku istri mu loh, butuh nafkah, oke?"
Devan mengeluarkan sebuah gold card. Dia melemparkannya pada Liz. "Terserah kau ingin beli apa saja."
Liz langsung membuka selimutnya, dia mengambil card itu. Mata kantuknya sudah hilang, dia bangun dengan ceria pagi ini. Gadis itu langsung mencium cardnya bahagia. "Aaaa suami ku kau yang terbaik, sangat pengertian."
Devan tersenyum miring. "Murahan sekali, benar-benar tidak ada bedanya dengan wanita bayaran. Wajah polos mu jadi terbuang sia-sia."
"Itu tidak benar, aku memanfaatkan wajah polos ku ini sebaik mungkin loh. Soalnya aku berbakat."
"Terserah lah, cepat turun dan siapkan sarapan untuk ku."
"Siap tuan muda." Liz langsung melompat dari tempat tidurnya, dia segera menuju kamar mandi.
Ayo bersihkan diri mu Liz, aaa menjijikan. Sampai kapan aku akan tidur di kasur yang sama dengan orang itu. Ayolah, aku ingin segera berakhir. Kartu kredit konon? Cih, aku juga punya harta sendiri.
Devan menatap pintu kamar mandi, dia masih mengingat betapa girangnya gadis itu mendapatkan uangnya.
"Gampang sekali, di perbudak oleh uang? Ah, tapi ini semakin menarik. Kira-kira bagaimana gadis itu bersikap kepada wanita ular itu?" Devan tersenyum miring, dia masih menikmati mainan barunya.
...***...
Liz, gadis berambut panjang bergelombang dengan riasan wajah ringan, juga dress coklat, dia turun dari lantai atas. Dia berjalan ke dapur.
^^^Aku sudah menikah dengan putranya Arfen dan Thifa. Kau bisa pakai uang itu bangun sekolah gratis, dan ya aku akan mengirim mu uang, bangun panti asuhan oke? ^^^
Vasaaaaa:
Baguslah, semoga kau berhasil Liz. Kau tak usah khawatir. Anak-anak ini akan mendapatkan sekolah mereka, dan ya panti asuhan juga. Anak jalanan yang tidak memiliki orang tua ini, akan hidup lebih layak.
^^^Nice, aku serahkan padamu. ^^^
Liz menutup ponselnya, dia menghela napasnya lega.
Sejauh ini masih berjalan sesuai rencana, tidak ada yang buruk. Semoga ini masih lancar sampai aku berhasil menyelesaikan tugas ini.
Hah, terlalu menyakitkan hidup tanpa sosok Ayah, aku harap anak jalanan itu tak kesepian.
"Nona muda, ada apa ke dapur? Lapar? Biar saya siapkan sarapannya." Kata salah seorang pelayan menyapa Liz di dapur.
Liz menggeleng lembut. "Aku mau nyiapin sarapan buat Devan sebelum dia ke kantor. Aku bakal sarapan kalo dia udah sarapan." Liz menampilkan senyuman manisnya. Suaranya begitu lembut berpadu dengan wajah polosnya, sangat menarik hati pendengarnya.
Beberapa dari mereka bahkan ada yang bengong terpaku akan kecantikan Liz dan kelembutannya. "E-eh ada yang salah kah? Kenapa kalian diam?"
"Ti-tidak nona muda. Si-silahkan, anda persiapkan." Sahut salah satu dari mereka, tergagu kagum.
Vin yang memperhatikan itu sudah siap untuk melaporkan pada tuannya nanti.
Liz sudah mempersiapkan sarapan untuk Devan, Devan sudah turun. Liz menyambutnya dengan senyuman yang manis.
"Sayang, mau selai coklat?" Tanya Liz, tanpa memudarkan senyuman manisnya.
"Tidak, roti kosong sudah cukup."
"Eh, baik." Liz menutup selai coklat itu. Beberapa pelayan berdiri di sekitar mereka tersenyum, banyak yang tersipu akan kemesraan palsu itu.
Nona Firlizy ini ya? Bagaimana mungkin perannya bisa tergeser? Padahal dia bisa akting sebagus ini, apalagi wajahnya sangat mendukung.
Bahkan bisa berakting di dunia nyata.
Batin Vin, bingung ingin merasa takjub atau jijik.
...***...
Siang itu Devan sedang menghabiskan waktunya mengurus beberapa proyek itu dengan Anna, sekretaris cantik dan berbakat di depannya. Rambutnya begitu lurus, sangat cocok dengan wajah dan penampilannya yang elegan.
Tring!
Notifikasi itu datang dari ponsel Devan, mengganggu rapat sederhana antara dia dan Anna. Devan mengernyitkan dahinya heran melihat pesan itu. Ternyata itu adalah notifikasi, bahwa Liz sepertinya sudah menggunakan kartu yang Devan berikan.
Cepat sekali langsung di gunakan? Bahkan sebanyak ini? Wajar, dia adalah gadis penggila uang, memuja uang berlebihan, bahkan rela mengorbankan harga dirinya.
"Tuan muda, setelah saya mengecek daftar apa saja yang Nona Liz gunakan dengan kartu anda. Sepertinya dia mentranfer sejumlah uang ke sebuah rekening." Lapor Vin.
"Nona Liz?" Tanya Anna menatap Vin heran. Alisnya terangkat seolah tak senang.
"Ya, Firlizy, dia istri simpanan ku sekarang." Sambung Devan. "Apa ada masalah?"
Anna menggeleng. "Tidak ada tuan."
"Kalau begitu, rahasiakan hal ini dari pegawai kantor lainnya, kalau aku punya istri simpanan. Hanya kau dan Vin yang boleh tau, tidak ada yang lain."
Anna mengangguk patuh. "Baik tuan muda."
Mereka kembali melanjutkan rapat sederhana itu. Namun ada satu yang mengganjal di pikiran Devan.
Siapa yang dia kirimkan uang? Bukan kah aku sudah melunasi hutangnya? Gadis payung, kau berutang penjelasan pada ku.
...***...
"Tuan muda, para klien sudah tiba di ruang rapat. Anda di harapkan segera kesana." Kata Anna formal.
"Apa kau sudah menyiapkan semua presentasinya? Sesuai arahan ku bukan? Aku tidak akan terima kalau ada sedikit pun kesalahan." Sahut Devan dengan suara dinginnya, auranya menjadi menyeramkan, ya itulah Devan. Jika sudah menyangkut pekerjaannya, dia akan serius, sangat serius.
"Semua sudah saya siapkan dengan baik sesuai arahan tuan muda. Tapi, agar semuanya berjalan lancar, saya akan periksa ulang. Saya pamit undur diri." Anna menunduk dan berjalan pergi.
Begitu juga dengan Devan, dia bangkit berdiri, berjalan menuju ruang rapat, di ikuti oleh Vin yang sedari tadi setia di sampingnya.
Tring!!
Tiba-tiba satu notifikasi itu mampu menghentikan langkah Devan, dia melihat ponselnya, ternyata itu adalah pesan dari Liz. Liz mengirim sebuah foto dirinya bersama dengan banyak makanan manis.
Maniak Uang:
Aaaa terima kasih banyak suami ku~ berkat gold card yang kau berikan, aku bisa makan sepuasnya tanpa harus memikirkan harga dan berat badan, aku tidak perlu menjaga berat badan lagi karna aku punya kau sebagai suami kuu~
^^^Jangan merasa begitu bebas, kau jelek aku akan mencampakkan mu nanti.^^^
Jahatnya~ T-T
Devan menutup ponselnya, senyuman tipis itu terbit dari wajahnya. Bahkan Vin menyadari itu.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
Lucu Dan mesra thour
2023-04-21
0
♕𝒴𝓾𝓛 🐍👏꧂
🤣🤣🤣
mulai senyum2 sendiri ya dev.. 🤣🤣
2021-06-25
2
Lutha Novhia
lucu y
ini tjuan balas dendam pha nunjukin kebolehan wkwkwkk
2021-06-24
1