...***...
Liz berjalan menyusuri lorong itu sendirian, menurut informasi yang dia punya saat ini Devan sedang tidak sadarkan diri di dalam kamar itu.
Kamar 53? Ini kan?
Liz menatap nomor pintu itu. Dia kembali ingat sudah di beritahu nomor pin kamar itu.
Liz masuk, kamar itu sangat gelap. Dia berjalan mendekat ke kasur. Benar saja, sudah ada Devan yang tergeletak tak sadarkan diri. Liz mendekatinya, gadis itu bisa melihat wajah Devan yang begitu tampan, alisnya tebal, hidungnya mancung, dia adalah satu contoh bentuk indah yang Tuhan ciptakan.
Seperti rumor, begitu tampan dan menawan. Tapi..., aku tidak perduli, itu tak kan menggoyahkan aku untuk menghancurkan mu. Devan Arkasa. Ya ya ya mari kita lihat bagaimana aku mendapatkan hati CEO ini.
...***...
Pagi hari sudah tiba, matahari sudah naik dan memancarkan cahayanya. Devan perlahan membuka matanya, dia melihat ada seseorang di dalam pelukannya, seorang gadis yang bahkan tidak ia kenal.
Devan menatap gadis yang tengah tertidur pulas itu, fokusnya ada pada bibir tipis merona dan wajah mulus itu. Tangan Devan tergerak untuk menyentuh wajah itu. Devan tidak pernah melihat gadis ini tapi harus diakui dia terpesona pada pandangan ini.
Liz sebenarnya sudah bangun, namun dia berpura-pura tidur. Dia bahkan memiringkan badannya, menyembunyikan wajahnya di dada bidang Devan.
Devan melihat ponselnya, sudah banyak panggilan masuk dari Anna, sekretarisnya. Tapi Devan tidak memperdulikannya, dia melanjutkan tidurnya.
Hingga dua jam sudah berlalu, Devan merasa ada yang menyentuh wajahnya dengan jari telunjuk, ya itu adalah ulah Liz.
Perlahan Devan membuka matanya. Dia menatap Liz yang saat ini memasang wajah sendu, patut dikasihani.
"Sekarang apa? Bagaimana cara mu bertanggung jawab?" Kata Liz memainkan jari-jarinya.
Devan duduk bersandar, dia menatap datar Liz. Alisnya sedikit terangkat. "Bukan kah kau yang menginginkan ini? Kau yang menerobos masuk?"
"It-itu karna aku mabuk, aku tidak sadar kalau salah kamar. Ja-jadi aku...," Wajah Liz merona, entah bagaimana dia bisa akting sebagus itu, ah iya juga, dia adalah artis loh.
"Kalau begitu, itu bukan kesalahan ku, itu salah mu sendiri." Sahut Devan datar. "Sekarang, keluar dari kamar ku."
Liz sudah meneteskan air matanya, dia menangis tersedu. "Bagaimana mungkin ada orang sejahat kau. Kita tadi mala--"
"Tidak usah mengada-ngada, kau bukan gadis pertama yang mencoba menjebakku. Ada banyak sebelum kau, jadi berikan foto itu."
Liz diam. "Foto apa? Aku tidak mengada-ngada." Kekeuh Liz dengan kebohongannya.
Devan menarik tubuh Liz kedekapannya, tangan Devan menarik kepala Liz untuk lebih dekat dengan wajahnya. "Kau pikir aku bodoh? Aku tidak tidur semalam. Dan aku tau, semua yang kau lakukan, kita tidak melakukan apapun."
Liz menghentikan tangisannya, dia Menatap Devan tanpa berkedip dengan jarak seperti itu. "Lalu kenapa? Aku punya fotonya, aku bisa menyebarkan foto-foto ini jika aku mau. Harga diri ku? Aku tidak perduli, tapi harga diri mu?" Liz terrsenyum manis.
"Apa yang kau inginkan? Aku menikahi mu, dan memberimu status?"
Liz menghentikan tangisannya, dia menerbitkan senyuman ular itu. "Tenang saja, aku tidak akan menyebarkannya, juga tidak akan meminta mu menikahi ku, aku hanya mau kau memberikan uang 15 M, murah bukan?"
Bukannya marah, Devan malah tersenyum miring. "Hanya segitu? Murah sekali? Sebegitu murah kah harga diri mu?"
Liz menjauhkan dirinya dari Devan. "Ya ya baiklah Tuan muda, aku memang murahan, jadi berikan aku 15 M itu, maka aku akan menghapus fotonya dan aku bisa pergi, kita bisa berpura-pura seperti orang yang tidak di kenal?"
"Perampokan secara halus?" Devan masih kelihatan tenang.
"Baiklah, aku akan ganti kalau aku sudah punya uangnya. Aku adalah Firlizy seorang artis, meski lama, tapi tak kan seumur hidup, aku bisa menggantinya."
"Tidak mau. Aku tidak mau memberikan uangnya."
"Kalau begitu aku akan menyebarkan fotonya." Liz mencoba bangkit berdiri, pergi dari sana, namun lagi-lagi Devan menghentikannya.
"Kau pikir sedang berhadapan dengan siapa? Aku? Devan Arkasa. Artis rendahan seperti mu ingin bermain-main dengan ku?" Devan mencengkram tangan Liz kuat, mungkin itu sudah meninggalkan bekas disana.
"Ampun ampun ampun deh, duh duh duh, sakit bangettt. Aww sakitt itu tangan atau apa sih. Iya iya deh aku ngaku, kita ga lakuin apa-apa, aku cuma ambil foto. Tapi aku mohon, pinjam uang 15 M atau rentenir itu akan menghancurkan hidup ku." Liz menyatukan kedua tangannya, dia memohon kepada Devan. Dia memasang wajah memelas andalannya.
Devan menaikkan sebelah alisnya.
"Aku bakal lakuin apapun oke? Asal uang itu adaaa, aku ga mau masuk penjara, karir ku bisa hancur nanti. Ayolah aku mohonn..., "
"Aku tidak butuh kau."
"Meskipun sekarang kau ga butuh, kedepannya pasti butuh. Ibarat..., payung! Ya payung! Aku ibarat payung, kau ga butuh saat cuaca biasa, tapi saat hujan atau panas kau butuh untuk berjalan kan?" Rayu Liz menampilkan wajah termanis yang dia punya.
"Sayangnya aku naik mobil, tidak butuh payung."
Liz menghela napasnya. Dia menghapus semua foto-foto yang dia ambil kemarin malam. "Aku sudah menghapusnya, maafkan aku, dan aku permisi." Liz merapikan pakaiannya dia bersiap pergi begitu saja.
Saat sudah sampai di pintu, Liz menoleh ke belakang, Devan masih duduk memandangi ponselnya, tanpa mempedulikan Liz.
"Ahh bahkan mengucapkan selamat tinggal aja enggak, padahal kita udah tidur bareng satu malaman loh, walau emang ga ngelakuin apa-apa sih." Liz melanjutkan jalannya, dia meninggalkan ruangan itu.
Seriusan? Gagal? Cara ini ga mempan ke dia? Apa harusnya aku memang melakukan sesuatu kemarin malam? Dan bukan berpura-pura? Aku pikir bisa mengancam nya hanya dengan foto.
"Dia orang yang sangat dingin, keras kepala, seolah tidak memiliki hati, akan sangat sulit mendapatkan hatinya."
Liz mengingat kata-kata informannya.
Meskipun saat ini gagal, aku tidak boleh menyerah. Bagaimana pun juga, balas dendam ini harus berjalan. Aku akan berjuang sekuat tenaga. Tidak akan ku biarkan kalian bahagia, di atas penderitaan Mama Deyna! Sabar Liz, pikirkan cara lain.
...***...
Di dalam kamarnya Devan masih menatap pintu itu. Dia menghubungi seseorang di ponselnya.
"Cari tau, tentang seorang artis bernama Firlizy."
Devan langsung mematikan ponselnya setelah menurunkan titahnya.
Hanya berpura-pura ya? Bermodalkan beberapa foto? Menjebak ku demi uang? Bukan demi pernikahan atau nama baik keluarga? Murni karna uang?
Devan ingat sengat jelas. Banyak sekali gadis-gadis suruhan yang mencoba menjebak nya, tapi mereka benar-benar ingin melakukan hubungan intim itu dengan Devan, lalu menginginkan nama baik keluarga dan status.
Tidak butuh pernikahan dan status? Cuma butuh uang? Mengakui murahan demi uang?
Devan tersenyum miring.
*Aku menemukan mainan baru yang menarik, sudah cukup bosan juga hanya berkelut masalah bisnis. Dan ya?
Wajah polos berhati busuk itu, dia mengingatkan ku akan gadis ular menjijikan dulu*.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Lamsiah Lamsiah
sepertinya devan jahat dan abisius
2023-09-01
0
Katherina Ajawaila
kaya nya serum ceritanya, salam kenal thour, pas liat aku tertarik buat baca😇😇😇😇
2023-04-21
0
♕𝒴𝓾𝓛 🐍👏꧂
🤣🤣🤣🤣
liz liz.. slh loh maen2 sama dy mah..
kyknya devan beda kyk arfen yg petakilan.. 🤣🤣🤣🤣
2021-06-25
1