...***...
"Nona Firlizy Defana, dia adalah artis yang lumayan terkenal, dengan sikapnya yang baik, penuh kelembutan dan wajah polosnya, dia di sukai banyak orang. Tapi baru-baru ini perannya di gantikan oleh seorang pendatang baru yang memiliki latar belakang, dia adalah keponakan sutradaranya. Buka hanya itu tuan, saya juga mengetahui Nona Firlizy dikhianati oleh manajernya sendiri, dia berhutang kepada rentenir sebanyak 15 M dengan bunga nya, atas nama nona Firlizy." Kata pria itu mengatakan data yang sudah di cari.
Devan memutar kursinya, dia menatap asisten paling setianya. "Heh? Polos ya? Penuh kelembutan?" Devan mengingat kejadian tadi pagi, dia ingat wajah Liz yang polos ya hanya wajahnya, bukan hatinya, dan Devan tau itu. "Bagaimana orang tua nya? Apa tidak ingin turun tangan?"
"Nona Firlizy yatim piatu Tuan, Ayahnya meninggal sejak dia dalam kandungan, dan ibunya meninggal beberapa tahun yang lalu karna kangker. Dia tidak memiliki sanak saudara lain, dia sebatang kara."
Devan diam sesaat, dia menimang-nimang keputusannya.
Tiba-tiba sekretarisnya Anna masuk, dia membawa informasi yang sangat tidak enak untuk di dengar.
"Tuan muda, ini adalah undangan makan malam dari Nona Grisha. Dia mengundang anda untuk makan malam bersama." Kata Anna memberikan sebuah surat berwarna pink, yang indah itu.
"Zaman sudah maju, tapi dia masih menggunakan cara ini? Cih menggelikan." Devan membuka suratnya, isinya adalah kata-kata manis menjijikan beserta acara makan malam untuk bulan depan saat kepulangannya dari Prancis.
"Apa saya perlu memundurkan jadwal anda tuan?" Tanya Anna.
"Tidak perlu, acaranya bulan depan. Kau kembali lah bekerja." kata Devan datar. Anna segera kembali ke tempatnya, menyisahkan Devan dan Vin, asistennya.
"Vin, bakar ini, ini terlalu menjijikan untuk ada di dunia ini." Devan memberikannya pada Vin, Vin langsung membakarnya di tempat, di depan mata Devan demi kepuasan tuan mudanya itu.
"Mantan ya? Ngajak balikan? Melalui makan malam? Cih, dia lupa bagaimana cara dia meninggalkan ku dulu." Devan tersenyum kecut. Dia ingat kembali masa lalunya, dimana dia dan Grisha sudah berpacaran sejak Kuliah karna Grisha adalah gadis yang baik dan polos menurut Devan, wajah dan sikapnya yang kalem dan penuh kelembutan meluluhkan hati Devan. Namun sayang Grisha meninggalkan Devan demi Reno, pria yang jauh lebih kaya pada saat itu, dari Devan.
Tidak! Itu karna Devan tidak memberi tahu bahwa dia adalah putra keluarga Arkasa!
"Setelah tau anda putra dan pewaris Arkasa Group? Dia ingin kembali pada anda? Demi uang, status dan keteneranan. Saya harap anda tidak perlu datang lagi." Saran Vin, Vin adalah orang yang sudah mengikuti Devan sejak SMA jadi tentu Vin tau semua cerita menjijikan itu.
"Uang ya? Haha. Aku tidak setuju Vin, aku akan datang dan memberinya sedikit pelajaran, Bagaimana jadinya jika perempuan yang sama-sama memiliki wajah polos, dan juga menyukai uang di pertemukan? Menarik bukan? Aku akan menikahi Firlizy,"
Vin menatap Devan tidak percaya.
"Hanya untuk beberapa bulan sebelum aku bosan pada keduanya, aku juga akan membuang Firlizy itu. Lagipula, aku butuh dia untuk di tampilkan di depan Mama Thifa, sebelum Mama dan Alreya menjodohkan ku dengan semua gadis yang katanya polos."
"Baiklah, saya akan menjemput Nona Firlizy, mempersiapkan segalanya."
Mantan yang tidak tau diri mencoba meraih puncak? Ada juga gadis murahan yang gila uang mencoba meraih puncak? Cih, kalian benar-benar menggelikan, sangat rendahan. Hanya karna uang dan status, kalian rela menjual diri kalian?
...***...
Apa ini sebuah keberuntungan? Dia memanggil ku lagi? Untuk di beri uang? Atau dia ingin mengancam ku? Devan ini cukup sulit di tebak, aku harus hati-hati.
Batin Liz berjalan di lorong hotel yang sama, namun bedanya ada Vin yang saat ini berada di sebelahnya.
"Silahkan, sebelah sini nona Fir--"
"Panggil aja Liz," potong Liz cepat. Vin membukakan pintunya, sudah ada Devan yang duduk di sofa dengan beberapa botol anggur merah di depannya.
"Hai lagi Tuan muda, apa anda berubah pikiran? Terngiang-ngiang akan wajah ku yang polos ini?" sapa Liz dengan penuh senyuman, dia duduk di depan Devan.
Devan tersenyum miring. "Jangan membuat ku ragu akan keputusan ku ini, aku jadi tidak bisa membedakan antara diri mu dan jaalaang?"
Liz tidak marah, dia malah senyuman semakin manis. "Jadi? Apa keputusan anda yang harus membuat saya mengubah sikap?"
"Aku akan memberi mu 15 M, dengan syarat ka--"
"Tidak perlu panjang-panjang, asal mendapat 15 M itu, saya bisa lakukan apapun." Liz memgambil berkasnya, dia langsung menanda tanganinya, bahkan belum membacanya.
"Ternyata kau semurahan itu? Sikap mu tak sepolos wajah mu?"
"Ya mau bagaimana lagi, aku tidak bisa jual mahal karna aku memang membutuhkan uang." Liz mengedikkan bahunya santai.
"Vin." kata Devan singkat.
"Baiklah, karena nona Firlizy ti--"
"Liz, panggil aku Liz, Firlizy terlalu tidak enak di dengar." Liz memotong ucapan Vin.
"Panggil dia Firlizy." Kata Devan tak mau kalah.
Vin tentu akan mendengarkan titah tuan mudanya bukan? "Isi kesepakatannya adalah, Nona Firlizy Defana akan di beri uang 15 M dengan syarat menikah dengan Tuan Devan Arkasa, serta Nona Firlizy Defana harus menerima bahwa hubungan mereka di rahasiakan, tidak ada status yang akan diberikan."
Devan tersenyum senang.
"Ok, tidak masalah, status tidak ada tidak masalah, uang nomor satu. Jadi hanya itu kan? Menikah dengannya? Aku setuju."
"Setidaknya naikkan harga diri mu sedikit, kau akan menjadi istri ku, istri CEO terkenal Devan Arkasa. "
Ketukan pintu berbunyi, ternyata itu adalah pelayan hotel yang mengantar makanan. Dia menyajikannya di meja, namun matanya tak lepas dari Liz yang kelihatan cantik sekali. Dia wanita, tapi dia juga sangat menyukai Liz.
Bukhh,
Hingga membuat sup itu tumpah di baju Liz. "Ma-maafkan aku, a--"
"Eh ma-maaf, harusnya aku membantu mu tadi. Maafkan aku," Liz menatap pelayan wanita itu sedih.
Pelayan wanita itu menatap Liz kagum, dia sangat tersentuh. Dia hanya pelayan kecil, tapi Liz yang artis malah minta maaf bahkan itu bukan karna kesalahannya.
"Tidak masalah, kau bisa keluar sekarang. Tidak akan ada yang marah, dan oh ya, ini tip untuk mu." Liz memberikan uang pada gadis itu, memberikan senyuman hangat yang mampu menenangkan.
Pelayan itu sangat senang, sangking senangnya dia tidak mampu berbicara dan hanya menunduk keluar.
"Ayolah Tuan CEO, aku adalah artis. Berakting adalah bagian dari kehidupan ku, soal sikap ku? Kau tidak perlu cemas, aku bisa mengontrolnya."
Devan tersenyum senang. Matanya penuh gairah semangat,
Mainan yang bagus.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
Next Thour, cukup menyenakan. 🤭🤭🤭🤭
2023-04-21
0
Zuni Tree
siapa yg bakal kalah terhadap permainannya sendiri
2021-12-03
2
himmah
duuuuhhhhh devan...
next
2021-06-20
2