Bab 19

Perasaan terpacu, besarnya semangat menuntunku berangkat ketempat pelatihan hari ini, bayangan akan bertemu dengan kak Abdi, membuat ingin cepat-cepat berada di sana, inikah yang disebut dengan jatuh cinta?, rasa ini seperti membutakan, aku kehilangan

kendali disaat dekat dengannya.

Saran mbak Lili, untuk mengetahui terlebih dahulu siapa kak Abdi, akhirnya lalai ku ikuti, begitu tak sabarnya bibir ini mengungkapkan hal yang tersembunyi di kalbu, kekuatan rasa ini menuntunku untuk mengungkapkannya. Ketika mata dan hati sedang terpikat, tak banyak kata yang bisa terucap dibibir, biarkan ia berbicara dalam diam, inilah saatnya, sebuah logika sedang tidak menjalankan fungsinya.

Ekspresi bahagia yang tidak dibuat-buat, kak Abdi ingin segera menemui keluarga di rumah, ia  ingin ketika pulang pelatihan malam ini

langsung menemui ibu untuk meminta ijin, ternyata yang terpikirkan sebelumnya terjadi.

Aku takut ibu pasti sangat kaget mendengarnya, karena aku sama sekali

belum pernah bercerita tentang kak Abdi padanya, ia harus mengetahui rencana ini pertama kali dari ku. Aku berusaha menahan kak Abdi untuk beberapa hari ke depan, dengan perjanjian dalam waktu yang tidak lama, aku masih butuh waktu untuk menyakinkan ibu.

Sesi pertama pelatihan baru mulai berjalan, aku teringat belum melaksanakan shalat ashar ketika berangkat tadi, mbak Lili sudah terlebih dahulu ijin dengan pembimbing untuk

melaksanakan shalat ashar.

Begitu melewati kak Abdi ia menanyakan tujuanku keluar, ku beritahu bahwa aku akan melaksanakan shalat, ia menganggukkan kepala, aku pamit dengan pembimbing sebelum keluar ruangan.

Setelah berwudhu aku segera masuk ke Mushola, ini ruang shalat khusus perempuan, untuk laki-laki di bagian depan, sebagai penyekat nya dipasang tirai yang tinggi, ketinggiannya melewati kepalaku ketika berdiri, jadi antara laki-laki dan perempuan benar-benar tidak bisa melihat.

Mbak Lili sudah selesai melaksanakan shalat, ia masih duduk berdoa di atas sajadah, aku ingin menyapa dan meminta tunggu agar bersama ketika kembali keruangan, tapi ia kelihatan sangat khusuk, aku pun segera melaksanakan shalat.

Selesai shalat kulihat mbak Lili masih ada, ia duduk di bagian belakang, bersandar didinding Mushola, ia sengaja menunggu, sepertinya ada sesuatu mengganjal yang ingin disampaikannya padaku.

Mbak Lili menanyakan tentang sarannya melalui SMS kemarin, ia memintaku melihat data pribadi kak Abdi melalui tanda pengenal, itu belum kulakukan, mbak Lili memintaku bergerak cepat.

Sebenarnya aku bisa saja meminta langsung pada kak Abdi untuk memperlihatkan kartu tanda pengenalnya, tapi mbak Lili menyarankan melihat data pribadi melalui petugas

administrasi pelatihan, petugas tersebut temannya ketika SMA dulu, ketika pendaftaran kemarin kami mengisi data pribadi lengkap disertai dengan foto kopi KTP.

Aku menunggu di luar ruangan, sementara mbak Lili masuk menemui temannya, tidak lama aku disuruh masuk, entah apa yang diceritakan mbak Lili, sampai temannya tersebut mau direpotkan untuk mencari data. Namanya mbak Seli, ia memberikan satu map

plastik, pada bagian belakang map tersebut tertulis nama lengkap kak Abdi, tanpa pikir panjang aku langsung membukanya.

Mbak Lili dan mbak Seli asik mengobrol di dekatku, mereka tidak memperhatikan ku sama sekali, karena hanyut dengan masa lalu mereka ketika di SMA, map ini berisi beberapa dokumen, foto, formulir pendaftaran, foto copy KTP, Ijazah terakhir. Aku fokus pada foto

copy KTPnya, tertulis dengan jelas sekali, aku tak berani melihatnya dua kali.

"Mbak…….!!!”

“Mbak,… apa Kia nggak salah lihat ?”

Suaraku terasa agak serak, ku perlihatkan apa yang telah kulihat pada mbak Lili, dan

ternyata itulah yang dicurigainya kemarin, ia takut memberitahuku karena tidak ada bukti yang kuat, ternyata keyakinan kami berbeda dengan keyakinan kak Abdi.

Kecewa ini terasa begitu mendalam, kucoba menguatkan diriku, air mata ku tahan agar

tidak terjatuh, dada pun terasa sesak, yang ada hanya kebingungan, apa yang harus aku lakukan, setelah mengetahui kenyataan sepahit ini. Mbak Seli keluar, ia membiarkan kami berdua.

Mbak Lili mencoba memberikan beberapa argumen, aku hanya diam, bibirku terasa keluh untuk menanggapinya. Mbak Lili terus saja memberikan nasehat, ia menggambarkan

pemandangan yang begitu jauh, kekhawatirannya tentang tanggapan keluarga besar bila ini terjadi, hingga bagaimana kehidupan satu keluarga dengan dua keyakinan

berbeda dimasa yang akan datang?.

Hampir tiga puluh menit kami berada diruang kerja mbak Seli, Perih dan kecewa menyatu di hati, aku merasa terkuatkan oleh nasehat Mbak Lili, ia membuatku tidak kehilangan arah. Kami kembali keruang pelatihan, ku paksakan senyum dibibir ketika melihat kak Abdi, mungkinkah ia melihat sikapku yang agak aneh?, karena beberapa kali ia menoleh kearah ku.

Sesi pertama berakhir, kak Abdi mengajakku menikmati snack sore, aku mengikuti kak Abdi, mbak Lili masih duduk di bangku bersama Elsi, aku sudah memberitahu pada mbak Lili sebelumnya akan membicarakan sesuatu pada kak Abdi disaat jam istirahat ini.

Secangkir teh ku bawah untuk membasahi tenggorokan yang terasa sesak sejak tadi, aku

mengajak kak Abdi duduk di teras, ada bangku panjang berwarna putih, kami duduk hanya berdua, aku masih diam menunggu waktu yang tepat, untuk memastikan bahwa kami sebenarnya tidak bisa meneruskan keinginan untuk menikah.

Waktu istirahat ini terlewatkan, aku belum diberikan keberanian untuk mengutarakan

maksudku mengajaknya keluar, kami hanya bercerita tentang keluarga, kami masuk

kembali keruangan setelah mendengar pembimbing membuka Sesi ke dua pelatihan,

beberapa saat sesi ke dua ini terjeda, kami diberikan waktu untuk melaksanakan shalat magrib.

Kulihat kak Abdi masih mengobrol dengan pembimbing, aku dan mbak Lili langsung menuju Mushola, sementara Elsi sedang tidak solat, ia menunggu diruang pelatihan.

Setelah shalat kami langsung masuk keruangan lagi, pembimbingnya belum terlihat, kak Abdi sibuk dengan hp ditangannya, aku ingin segera menyampaikan semua yang

terasa mengganjal di hati, ku kirim SMS padanya, mengajak ia duduk ditempat yang

sama ketika istirahat tadi, SMS ku langsung dibalas.

“Siaaap tuan putri…!”

Kami duduk diluar, tempat yang sama ketika jam istirahat tadi, kak Abdi meledekku,

ia mengatakan aku begitu merindukannya, kami mulai bercerita kembali.

Kak Abdi menceritakan keinginannya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 setelah

menikah, saat ini selain ikut bekerja pada perusahaan kontraktor, ia juga menjadi dosen tidak tetap di salah satu perguruan tinggi swasta, ia ingin mengembangkan karirnya sebagai dosen, bekerja di perusahaan kontraktor hanya sebagai langkah awal saja baginya.

Kak Abdi merasa bekerja di sana sangat bertentangan dengan hati nuraninya. Ia berjanji akan selalu mendukungku bila tetap ingin

mengembangkan karir.

Aku berpikir mungkin ini waktu yang tepat dan tidak bisa ditunda, aku takut, semakin banyak mimpi-mimpi yang diucapkan maka akan semakin terasa sakit, karena kenyataan yang akan dihadapi tidak sesuai dengan impian tersebut, aku langsung mengutarakan masalah yang ku simpan sejak tadi.

Kak Abdi terlihat tidak kaget, ia menanggapi dengan santai seolah ini bukan sebuah masalah besar. Kami masih membahas tentang perbedaan keyakinan, ketika pelatihan mulai berjalan. Kami tidak bergeming dengan suara pembimbing yang mulai memberikan materinya.

Kak Abdi menceritakan kehidupan keluarga

besarnya, ada saudara ayahnya menikah dengan keyakinan yang berbeda, tapi sampai saat ini kehidupan keluarganya masih harmonis, mereka tetap pada keyakinan masing-masing.

Diskusi kami melebar, aku menggambarkan bagaimana kebingunan yang dihadapi seorang anak bila kedua orang tuanya berbeda keyakinan, kak Abdi berpendapat, sang anak

berhak untuk memilih keyakinannya.

Terpopuler

Comments

Nur hikmah

Nur hikmah

waduh trnyta eeh trnyta jak abdi beda kyakinan..klw begono sm pk rudi sj thor...hihihihi

2021-10-09

0

Restviani

Restviani

sabar kia....

lanjut thor...

2021-08-02

0

Penulis Jelata

Penulis Jelata

Yah, udah jatuh cintrong, eh ternyata beda keyakinan, sesek banget pasti tuh si Kiah😯

2021-06-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!