Lingkungan kerja yang cukup nyaman, banyak teman kerja yang sebaya, membuat hari-hari sungguh menyenangkan, disela-sela bekerja ada saja hal-hal asik yang kami lakukan. Satu persatu teman kantor mulai ada yang melangkah ke jenjang pernikahan, di sini tidak ada aturan ataupun ikatan kerja yang mengharuskan karyawan dan dosennya untuk tidak menikah dalam waktu tertentu, ada yang belum satu tahun menyandang gelar karyawan, akhirnya menemukan jodoh.
Hal yang membuat menarik, jodohnya tersebut berasal dari fakultas yang sama, hanya saja berbeda program studi, pertemuan merekapun diawali di fakultas ini. Teman-teman sering meledek pasang ini dengan sebutan “Cinlok.” Aku paling senang bila diajak untuk menghadiri acara resepsi pernikahan, bila melihat sepasang pengantin sedang duduk di singgasananya, aku membayangkan diriku yang duduk di sana bersama seseorang, tapi aku belum bisa membayangkan siapa sosok yang ada di sebelahku tersebut.
Bila ada undangan di jam kantor dan acaranya dilaksanakan dalam satu wilayah dengan lokasi kantor, hampir seluruh karyawan dan dosen akan tumpah ruah di acara tersebut. Biasanya bu Ranti selalu mengajak kami menghadirinya menjelang jam istirahat, selain kami tetap bisa menyelesaikan tugas kantor, kami juga tidak perlu lama-lama berada di sana. Ketika kami datang langsung diarahkan penerima tamu untuk menikmati hidangan, karena acara makan siang sedang berlangsung, setelah itu kami langsung memberikan ucapan selamat kepada pengantin dan keluarganya.
Menurutku ini waktu yang sangat singkat, kami tidak bisa menyaksikan rangkaian acara resepsinya, tapi meskipun singkat ini cukup menebar kebahagiaan bagi sepasang pengantin dan keluarganya. Lain lagi bila ada undangan resepsi pernikahan yang dilaksanakan diluar kota, kami harus secara sengaja menyempatkan waktu seharian untuk menghadirinya, ini bisa sekaligus menjadi ajang refreshing bagi kami, seperti yang kami lakukan hari ini.
Kami akan menghadiri pernikahan salah satu dosen, namanya Gunawan, sebenarnya ia masih mudah, mungkin umurnya sekitar dua lima atau dua puluh enam tahun, karena perbedaan umur yang tidak terlalu jauh aku dan Suci biasa memanggilnya dengan panggilan kakak. Pernikahannya akan digelar diluar kota, ditempat tinggal mempelai perempuan, tepatnya disalah satu kabupaten yang ada di Sumatera Selatan. Hari minggu pagi sebelum pukul tujuh, kami telah berkumpul di kantor, mobil dinas telah siap menunggu sebagai kendaraannya.
Perjalanan keluar kota kali ini akan menempuh waktu sekitar empat jam, dari perhitungan kami akan datang tepat ketika acara masih berlangsung. Bagas mengantarku, begitu tiba di depan kantor, teman-teman sudah ramai berkumpul. Berbagai bentuk model pakaian yang dikenakan serta make up wajah yang terlihat begitu sempurna, teman-teman perempuan terlihat sangat cantik-cantik, sementara teman laki-laki kebanyakan mengenakan batik tangan panjang, cara berpakaiannya terlihat begitu rapi, penampilan yang sangat berbeda dari keseharian.
Kali ini yang ikut hadir bukan hanya kami teman-teman sebaya, tapi para pejabat yang ada di fakultas juga banyak yang hadir, mereka menggunakan kendaraannya masing-masing, tapi tetap saja ketika berangkat semua serentak dan beriringan, sesuai dengan pemberitahuan sebelumnya. Minuman gelas dan snack untuk diperjalanan telah disiapkan didalam mobil, semua dibiayai dari kantor. Tepat pukul tujuh iringan mobil berangkat, kami menggunakan mobil mini bus, mobil ini bisa menampung empat belas penumpang termasuk sopir.
Satu jam berlalu, perjalanan lancar tanpa hambatan, suasana begitu hening dengan senandung lagu-lagu yang begitu lembut, semua seperti terhanyut, apalagi ditambah dengan dinginnya AC mobil yang berhembus. Tiba-tiba semua berubah, Suci meminta kak Hilman yang duduk didekat sopir untuk mengganti aliran musiknya. Beberapa kali kak Hilman mencoba mengganti lagu tersebut, tapi sepertinya koleksi yang ada di mobil semua lagu-lagu bernuansa lembut, Pak Asrul yang menjadi sopir tersenyum.
“Ada nggak pak yang diminta Suci”
“Hanya itu yang ada, dikasih bos” kata pak Asrul.
“Coba radio ya” kata kak Hilman.
“Nyanyi sendiri aja itu lebih asik, kata mbak Silvi.
“Oh iya kak, nggak papa lagu sebelumnya diputar" Suci menambahkan.
Sebuah lagu kenangan masa-masa SMA, awalnya hanya Suci yang ikut bersenandung dengan lagu tersebut, mendengarkan liriknya membuatku kembali ke masa-masa sekolah. Ku teringat dengan teman-teman yang sudah tidak pernah berjumpa lagi, mereka sudah memiliki kesibukan masing-masing, sama seperti diriku kini, sekilas tersibak kenangan lama yang menakutkan, kenangan itu muncul lagi.
Selanjutnya lagu-lagu lawas, lagu kenangan era delapan puluhan. Perlahan mulai ada beberapa yang mengikuti aksi Suci bernyanyi, pada akhirnya semua mengikuti senandung lagu tersebut, mobil kami jadi terasa ramai, suasana menjadi hidup. Di jam berikutnya, semua mulai terlihat bosan dengan aktifitas bernyanyi, kini timbul saling canda dan menjodohkan antara karyawan dan dosen,karena yang ikut di mobil ini banyak para karyawan dan dosen yang belum menikah.
Mbak Silvi, Mbak Rika, Kak Beni dan yang lainnya selamat dari candaan teman-teman, karena mereka telah memiliki pacar, sementara aku, Suci dan Kak Hilman yang terkena imbasnya. Suci sebelumnya memiliki seorang pacar, ia memutuskan hubungan dengan pacarnya, sang pacar tidak terima dengan keputusan Suci, ia datang menemui Suci, mereka janjian di kantin kampus, disaat itulah terjadi keributan di antara mereka.
Beruntung pada saat itu mahasiswa sepi, hanya beberapa karyawan yang menyaksikan termasuk aku dan mbak Silvi, tapi beritanya begitu cepat menyebar, hingga akhirnya kisah mereka menjadi rahasia umum.
“Nah sekarang Hilman tinggal pilih, Suci atau Kia” ledek pak Asrul.
“Pak kalau dua-duanya bagaimana” seru kak Beni.
“Boleh saja asal bisa adil” jawab pak Asrul.
“Kia, diam-diam sudah punya gandengan, tapi sengaja tidak dikenalkan ke kita, aku pernah bertemu di swalayan” jawab Mbak Rika.
“Nah benar apa itu Kia” selidik kak Beni penasaran.
Aku memang pernah bertemu dengan Mbak Rika ketika di swalayan tersebut. Hari itu Bagas dan dua anak tante Sony dan Ramli mencari sim card untuk hp tante. Aku sengaja ikut dengan mereka karena ada yang ingin ku beli di swalayan, kebetulan swalayan nya berdekatan dengan toko tempat mereka mencari sim card tersebut.
“Tidak, itu sepupu” jawabku penuh dengan keyakinan.
“Nah artinya Hilman ada kesempatan” pak Robi yang sejak tadi diam, akhirnya mengeluarkan suara juga. Jawaban ku ternyata salah, seharusnya kubiarkan saja prasangka ini berkembang, biar aku terbebas dari ledekan mereka, setelah dijawab sesuai kenyataan yang sebenarnya, aku malah menjadi bahan candaan.
Kini waktu sudah menunjukkan pukul sebelas tiga puluh, seharusnya tiga puluh menit yang lalu kami sudah tiba di lokasi resepsi, kak Hilman menelpon teman yang ikut di mobil lain, menurut kak Hilman mereka sudah tiba di lokasi tiga puluh menit yang lalu. Kanan kiri jalan yang kami lalui hanya nampak pohon-pohon besar yang berdiri dengan gagahnya, sepuluh menit berlalu tidak ada satupun rumah penduduk yang ditemui.
Mobil kami berhenti di persimpangan, Ridwan turun, ia menemui seorang bapak yang sedang berdiri tidak jauh dari persimpangan. Dari dalam mobil aku melihat mereka berbicara, tangan bapak tersebut menunjukkan arah jalan yang telah kami lewati.
Ridwan kembali masuk ke mobil “Salah jalan kita, satu belokan sebelum belokan ini, ada janur yang terpasang disampingnya.”
“Terus ada jalan tembus tidak menuju sana?”
“Tidak ada, kata bapak tadi, satu-satunya jalan ya harus putar balik.”
“Benar pak, kita harus putar balik” sahut kak Hilman. Kak Hilman masih menelpon temannya, ia meminta arahan dari seseorang yang di telponnya tersebut, sementara pak Asrul mengikuti arah yang ditunjukkan kak Hilman.
Mobil akhirnya putar balik kearah jalan yang sudah dilewati, hiasan seperti anyaman dari daun kelapa muda, sebagai tanda bahwa ada acara pernikahan memang terpasang didepan belokan tersebut, tapi kalau tidak jeli tanda tersebut benar-benar tidak terlihat, karena ukurannya yang begitu kecil dan tertutup oleh dedaunan. Beberapa meter dari jalan belokan terlihat banyak rumah-rumah penduduk, rumah yang tidak begitu besar tapi menawarkan suasana yang sangat menentramkan pandangan, halaman luas dan menghijau.
Pukul satu lewat kami baru tiba di lokasi, para tamu undangan sudah meninggalkan acara. Meja-meja tempat hidangan makanan untuk para tamu sudah dibersihkan. Perut ini rasanya menjerit ingin segera diisi, tapi sepertinya hidangan sudah tidak ada lagi, bukan hanya aku saja yang berpikir demikian, teman-teman yang lain juga, semua khawatir dengan rasa lapar yang mengikuti sejak tadi. Begitu turun dari mobil, kami langsung disambut dan diajak masuk kedalam rumah oleh keluarga mempelai perempuan, para pejabat kantor dan teman-teman lainnya masih ada, mereka memang menunggu kedatangan kami, rencananya mereka juga akan pulang
beriringan dengan mobil kami.
Sepasang pengantin tersenyum bahagia melihat kedatangan kami, mereka sudah tidak mengenakan pakaian yang biasa digunakan untuk perayaan. Penerimaan yang begitu hangat, sebuah hidangan makanan dengan menu yang masih lengkap didalam rumah telah menanti, kami melepas rasa lapar karena sudah tak tertahankan lagi. Kini yang menjadi bahan ledekan, dan candaan beralih ke sepasang pengantin, kak Gunawan menanggapi dengan tertawa bahagia, sementara istrinya nampak tersipu, tapi setelah itu kami yang belum menikah terkena juga imbasnya.
“Ayo setelah ini siapa” kata bu Dina.
“Iya masih banyak yang belum, Silvi, Rika, Suci, Hilman, Ridwan, Kamil, Evi, dan Kiki” bu Ranti menambahkan.
“Kita diabsen oleh Bu Ranti,” kata Suci.
“Kapan Kia, sudah diskusi belum dengan Hilman” tanya pak Robi, sementara kak Hilman tersenyum kearah ku.
“Benar apa Kia sudah ada rencana dengan Hilman?” selidik bu Ranti penasaran.
“Tidak bu, itu candaan teman-teman di mobil tadi” mengapa harus aku yang dibahas, kan masih banyak yang lain, usia mereka juga lebih tua dariku, aku merasa tidak begitu suka dengan candaan seperti ini, membuat suasana hati tidak nyaman.
“Sudah tidak usah dipikir” kata mbak Silvi, mungkin mbak Silvi tahu dengan perubahan sikapku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Your name
Emang kuat Beni?, mau dua-duanya.
2022-01-01
1
Sis Fauzi
keliatannya Hilman orangnya baik Kia. harusnya mulai bisa buka hati nih 😀❤️
2021-07-08
2
Restviani
sampai sini dulu ya thor
nanti kusambung lagi
sekuntum mawar merah buat othor
salam saling dukung dari Perjuangan CEO Muda...
2021-07-05
0