Bab 14

Setelah melaksanakan shalat kami masih duduk bersimpuh dipojok ruang musolah, udara sejuk dari pendingin ruangan membuat kami merasa sangat nyaman, hanya kami bertiga, belum ada orang lain yang masuk. Elsi menangis, ia mengeluhkan tindakan pemuda tadi.

“Tadi itu Aldo, mantan pacar El, yang pernah El ceritakan dulu” ucap Elsi sambil sesenggukan.

“Tadi El janjian” selidik ku.

“Nggak, sebelum kami putus ia pernah mengantar dan menjemput ku ke tempat pelatihan ini, tadi tujuannya ingin menemui ku ditempat pelatihan, tapi sebelumnya ia tidak memberitahu, ketika kita menuju kedai bakso ternyata ia sudah ada di parkiran motor."

“Terus maunya apa? El masih mau balikan lagi?" tanya Mbak Lili.

“Justru itu yang El bingung, dia pengen ngajak balikan lagi, El sudah lelah Mbak dibuatnya, tingkahnya dari dulu nggak pernah berubah, janjinya akan berubah, tapi masih saja perkataan dan tingkahnya sering menyakitkan.”

“Sebaiknya diselesaikan dengan kekeluargaan, El terus terang dengan keluarga bahwa sedang ada masalah dengan Aldo, kalau bisa minta bantuan keluarga untuk menemui keluarga Aldo, dan menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya, takutnya tindakan yang ia lakukan nanti lebih buruk lagi." Ucapan Mbak Lili terhenti, ada Ibu-ibu yang masuk ke musolah untuk melaksanakan shalat.

 

 

***

 

 

Jumat pagi.nDalam rangka memanfaatkan liburan, aku mengikuti ajakan Mbak Lili, menghadiri kajian muslimah yang digelar di masjid paling besar di kota ini, ia sudah sering menghadiri acara serupa. Pukul enam tiga puluh dengan mengendarai mobil seorang diri, Mbak Lili datang menjemput, aku merasa khawatir dengan penampilanku yang tidak mengenakan hijab. Mbak Lili menyakinkan, bahwa hijab tidak menjadi syarat untuk menghadiri acara, tetapi tetap harus menjaga cara berpakaian agar terlihat sopan, akhirnya dengan memakai kemeja tangan panjang dan celana jeans serta selendang kuning gading sebagai penutup kepala, kami menghadiri acara tersebut.

Spanduk besar terpasang disekitar masjid, dibawah spanduk tertulis beberapa sponsor acara, salah satunya merek produk pakaian muslim yang cukup terkenal. Jamaah yang hadir belum banyak, aku dan Mbak Lili langsung melangkah masuk, sebelum melewati pintu masuk kami diminta mengisi absen kehadiran. Sebuah tema yang sangat menarik.

“Hijab melindungi cantik mu.”

Acara dimulai sesuai dengan jadwal yang tertulis di spanduk, seorang ustadz muda menjadi pembimbing dalam kajian ini, jamaah nya sangat banyak, semua perempuan, dari remaja sampai dewasa, ibu-ibu muda juga banyak. Rasa khawatir ku hilang, disini banyak jamaah yang penampilannya serupa denganku, hanya menggunakan selendang sebagai penutup kepala. Sebagai pembuka sang ustadz menanyakan arti cantik menurut para jamaah, seorang ibu muda mengajukan pendapatnya :

“Bukankah wanita cantik itu terlihat dari fisiknya yang sempurna, rambutnya yang tergerai indah, lengannya yang halus dan mulus, begitu terlihat ia sangat menawan, menggunakan make up wajah yang rupawan, dan pasti membuat kagum siapa saja yang melihatnya.”

Ada lagi yang menambahkan,

“Cantik itu adalah impian setiap wanita, dengan kecantikan percaya dirinya meningkat, dimana-mana ia dipuja dan disanjung.”

Pendapat-pendapat bermunculan, semua definisi cantik yang mereka sampaikan tidak jauh dari keindahan fisik yang terlihat, mungkin itulah kodratnya seorang wanita. Cerita menjadi lebih menarik ketika sang ustad  mulai memberikan tausiyah, ia menyampaikan beberapa ayat dan hadis yang menyatakan bahwa wanita itu hendaknya tidak memperlihatkan kecantikan fisiknya.

Ia menjelaskan batasan aurat bagi seorang perempuan muslim, hanya wajah dan telapak tangan yang boleh terlihat laki-laki bukan muhrim, kecantikan bisa membawa berkah, tapi jangan salah, kecantikan juga bisa membawa

bencana bila tidak dijaga dengan baik. Laki-laki itu sungguh sangat menyukai keelokan rupa para perempuan, fisik yang aduhai, bibir yang memerah, rambut yang tergerai indah, dibalik itu sesungguhnya ia hanya menyukai, dan kebanyakan dari mereka tidak berniat untuk memilikinya dengan sepenuh hati.

Sang ustad menyampaikan ayat didalam alquran, lalu ia menjelaskan maksudnya, laki-laki yang baik untuk wanita yang baik pula, demikian sebaliknya. Semua sudah diatur oleh Sang Pencipta, bila ingin mendapatkan pasangan yang baik, hendaknya diawali dari diri sendiri, berusaha untuk menjadi lebih baik. Mengunakan hijab merupakan kewajiban perempuan dan juga membuatnya mulia disisi Allah SWT, tidak hanya itu, ia juga akan melindungi dirinya dari mata-mata yang berniat jahil ketika melihat keindahan fisiknya.

Ia memberikan contoh,

“Ketika berniat untuk membeli makanan, ada dua pilihan didepan mata, makanan dengan kemasan terbuka dan makanan dengan kemasan yang masih tertutup rapat, bayangkan dengan makanan yang kemasannya terbuka, semua orang bisa melihat, bukan itu saja, meskipun tidak jadi membeli orang-orang bisa leluasa menyentuh dan mencicipi makanan tersebut, selain itu, debu, kotoran dan lalat juga bisa hinggap dengan mudahnya, penjualannya dipatok dengan harga yang murah.

Sebaliknya dengan makanan yang masih kemasan yang masih tertutup rapat, orang-orang tidak bisa dengan leluasa menyentuhnya, apalagi untuk mencicipi, ia terlindungi dari tangan-tangan yang ingin menjamahnya, kotoran, debu dan lalat tidak bisa mencemarkannya, makanan ini pun dijual dengan harga yang lebih tinggi. Sungguh suatu perumpamaan yang sangat masuk akal bagiku. Perempuan mengenakan hijab terlihat anggun, ini adalah kecantikan sesungguhnya yang terpancar dari dalam dirinya, prilakunya terlindungi oleh hijab yang menutupinya, kecantikannya ketika sudah menikah, hanya untuk pasangan halalnya.

Mengikuti kajian-kajian seperti ini banyak sekali manfaatnya, ini bisa membantu membuka cakrawala berpikir sesuai dengan ilmu agama yang benar, tidak hanya sekedar menurut kata orang belaka. Materi yang disampaikan memiliki dasar yang kuat, yaitu Alquran dan hadist. Satu jam setengah acara berlangsung, sungguh tidak terasa, banyak pengetahuan yang selama ini tidak ku ketahui, sebuah hijab menjadi suvenir bagi dua puluh jamaah yang hadir lebih dahulu, namaku dan Mbak Lili termasuk didalamnya.

Mbak Lili adalah teman bicara yang cukup menyenangkan, pembawaannya yang tenang dan bersahaja membuatku ingin berkeluh kesah dengan masalah yang ku hadapi, rasa ketakutan dengan seseorang yang memiliki rasa ketertarikan dan ingin menjalani hubungan pacaran denganku. Aku berbagi pengalaman pribadi yang selama ini menghantuiku, yaitu ketakutan terbesarku dengan hubungan yang bernama pacaran.

Tak banyak teman yang mengetahui tentang cerita kelam ini, aku membagi cerita karena merasa nyaman dengan kehadiran Mbak Lili, bukan karena usia yang sudah dewasa, tapi karena pemikirannya yang luar biasa, disertai dengan ilmu syariah islam yang benar. Mbak Lili memberikan tanggapannya.

“Hubungan pacaran adalah istilah yang sangat familiar dimasyarakat, anak-anak muda bebas melakukannya selama tidak membuat resah keluarga dan masyarakat sekitarnya, karena ini sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan. Kebanyakan orang tua justru memberikan ijin pada anaknya pacaran, padahal hubungan tersebut sebenarnya banyak menimbulkan hal-hal yang bersifat negatif.

Mungkin awalnya muda-mudi yang menjalin pacaran mengaku pacaran secara islami, padahal didalam islam sendiri tidak ada istilah pacaran, kaum iblis dan setan sangat tergiur dengan laki-laki dan perempuan yang sedang

berpacaran, godaannya disaat mereka hanya berdua, mulai dari saling bertatapan mesra. Dalam hal ini Mbak tidak usah memberi contoh, karena Kia sudah melihatnya sendiri, itu merupakan hal-hal negatif, akibat yang paling parah, seperti yang diceritakan Kia, nyawa bisa melayang justru dalam keadaan berbuat dosa besar.

Masyarakat pada umumnya banyak yang belum paham betul, bahwa hubungan ini sebenarnya dilarang dalam agama islam, Allah menyebutkannya di dalam Alquran surat Al Isra ayat 32, yang artinya, janganlah kamu mendekati zina, sungguh itu perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk. Allah melarang mendekati zina, sementara hubungan pacaran adalah hal-hal yang bisa menjurus kan pada perbuatan yang mendekati zina”.

Sesaat aku tertegun, sambil memandangi wajah Mbak Lili, ia cantik dengan hijab panjang menjuntai, ternyata ia bukan hanya sosok perempuan cerdas dalam mengelola usaha, tapi ia juga kaya dengan ilmu-ilmu agama. Banyak hal-hal yang tidak ku ketahui selama ini, pengetahuanku sangat minim, aku harus banyak belajar lagi. Keyakinan hati untuk tidak menjalin hubungan pacaran sangat didukung oleh Mbak Lili, itu adalah tindakan yang benar.

Meskipun ini dianggap benar, tapi menurut mbak Lili kisah yang mengawali timbulnya keyakinan ini jangan sampai mengganggu, jalan menemukankeyakinan ini sebenarnya kurang tepat, karena ada ketakutan dengan peristiwa kelam. Aku harus mulai mengikis ketakutan tersebut dan mengubah cara pandang ku tentang pacaran, aku harus mengganti alasanku menghindari pacaran bukan karena adanya suatu ketakutan dengan kisah masa lalu.

Ini akan sangat mengganggu dan menyakiti diri sendiri, rasa trauma tersebut akan terus mengikuti. Sejatinya pacaran itu memang harus dihindari, hal ini bukan hanya karena rasa trauma, tapi untuk menghindari dari perbuatan yang akan menimbulkan dosa, darinya aku bukan sekedar mendapat nasehat tapi aku juga mendapat ilmu yang luar biasa terkait hubungan dengan lawan jenis. Mbak Lili mengantarku pulang, mobilnya berhenti tepat didepan dirumah, setelah itu ia langsung pergi, karena ada pelanggan yang ingin langsung bertemu dengannya.

Kubuka suvenir yang diberikan pihak penyelenggara tadi, sebuah hijab instan tidak terlalu besar seperti yang digunakan mbak Lili. Aku memakai hijab tersebut dan menunjukkannya pada ibu.

“Cantik Ki”

Tanggapan ibu membuatku berbunga-bunga, sambil membantu ibu di dapur ku ceritakan isi tausiah yang disampaikan ustad, beberapa kata-katanya masih begitu melekat diingatan, aku menyampaikan keinginanku pada ibu, suatu saat aku ingin mengenakan hijab. Isi tausiah yang ku ceritakan ternyata hampir sama dengan tausiah yang pernah ibu dengar beberapa hari yang lalu, saat menghadiri acara pengajian di masjid dekat rumah Tante Mala.

Di sana pengurus masjidnya menjadwalkan kegiatan tausyiah, pelaksanaanya setiap bulan di minggu kedua, kadang mereka mengundang ustad-ustad terkenal. Tante Mala sendiri sudah lama mengenakan Hijab, tapi hijabnya bukan seperti Mbak Lili yang menjuntai panjang sampai menutupi separuh tubuhnya. Tante Mala menggunakan hijab segi empat yang dibentuk segitiga, karena ukurannya tidak terlalu besar, hijab ini hanya mampu menutupi kepala sampai atas dada sedikit, kadang Tante Mala membuat variasi mengikat ujungnya atau  memakaikan bros pada hijabnya.Tante Mala, selain adik almarhum ayah ia adalah sahabat ibu ketika sekolah, perkenalan ayah dan ibu juga terjadi karena perantaranya, setelah pernikahan ayah dan ibu persahabatannya semakin kuat.

Terpopuler

Comments

heri susanto

heri susanto

ngabsen mba lis

2021-11-27

1

Restviani

Restviani

hijrah ya ki....?

lanjut...!

2021-07-20

2

Abu Alfin

Abu Alfin

Sampai sini dulu Thor
next time lanjut lagi

Dukungan Atang dari
Cinta Asteria & Isyaroh
🙏🙏🙏

2021-06-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!