Bab 10

Aku menemani ibu nonton tv, kami mengelar kasur tipis untuk bisa nonton sambil tiduran, Bagas masih duduk di teras depan rumah. Dentingan suara gitar dan senandung lagu terdengar, beberapa temannya datang tidak lama setelah kami tiba dirumah tadi. Aku tidak terlalu menyukai serial sinetron, tapi untuk mengganti saluran tidak mungkin kulakukan, karena ibu menyukai acara ini, biarlah ibu menikmati apa yang ia suka, sementara aku dan Bagas saat ini belum bisa sepenuhnya memberikan kebahagiaan padanya.

“Ki, bangun Ki” suara ibu membangunkan ku.

Entah sudah sejak berapa lama aku tertidur didepan tv, yang kuingat rasanya aku baru saja menyaksikan acara sinetron baru akan dimulai, dan sekarang ternyata sudah berakhir. TV sudah tidak menyala lagi, diluar sangat hening, tidak terdengar lagi suara dentingan gitar atau senandung lagu, yang ada hanya gemericik suara-suara serangga malam, pertukaran aktivitas yang terjadi, ada yang aktif disiang hari dan ada yang aktif di malam hari.

“Bu teman Bagas sudah pulang?”

“Sudah dari tadi, ayo pindah ke kamar”

Kulihat jam didinding menunjukkan pukul sepuluh tiga puluh malam, aku masuk ke kamar, beberapa buku dari pelatihan masih berada ditempat tidur ku pindahkan ke atas meja, ku nyalakan lampu kecil, dan ku baringkan tubuhku agar bisa segera tertidur kembali. Dalam terpejam, sekilas ku terbayang dengan wajah kak Abdi, ingatan ini mengajak kembali mengulang kejadian ketika terakhir bersamanya. Wajahnya seperti ada didepan kelopak mataku, sorot matanya, senyumnya, seperti ada sebuah misteri yang harus aku pecahkan, ada apa, apa yang terjadi?, tanda tanya besar menghantuiku.

Hari Senin pagi, hari yang begitu sibuk, Bagas berangkat kuliah lebih pagi dari biasanya. Kali ini ia tidak bisa mengantarku, karena ada praktik lapangan keluar daerah, jadi harus berangkat sebelum pukul enam dari rumah, ia dijemput temannya, mereka akan berangkat menggunakan bis kampus. Motor Bagas terparkir di teras, terpikir rasanya ingin membawa motor sendiri.

Keinginan ini hilang, aku teringat pernah beberapa kali mencoba mengendarainya, waktu itu aku bisa mengendarainya, tapi rasa gemetaran muncul ketika melihat kendaraan lain melintas, tubuhku panas dingin, keringat keluar bercucuran, akhirnya aku membatalkan niatku, dan sampai sekarang aku belum sanggup mengendarai sepeda motor ke jalan raya. Aku masih duduk di teras menunggu Suci, kami sudah saling berkirim SMS, ketika berangkat kekantor ia akan menghampiri, aku bersiap mungkin sebentar lagi ia akan datang. Suara klakson motor mengagetkan, tanpa kusadari tiba-tiba Suci sudah ada didepan rumah.

“Pagi-pagi termenung saja Ki” ledek Suci.

Suci turun dari motor, ia membawa bahan kain kebaya dan batik yang diberikan mbak Silvi untuk seragam pagar ayu, ia ingin dijahitkan oleh ibu. Kami keruang jahit ibu, Suci melihat-lihat beberapa kebaya pesanan orang yang sudah jadi dan digantung di pojok ruangan, salah satu kebaya tersebut ia ambil dan diperlihatkan pada ibu, ia ingin dibuatkan persis seperti kebaya tersebut. Aku menunjukkan kebayaku yang hampir jadi, ternyata selera kami tidak jauh berbeda.

Aku pamit pada ibu untuk berangkat bersama Suci, aku meminta ibu untuk tidak menyiapkan masakan yang terlalu banyak hari ini, aku teringat dengan Bagas, beberapa hari yang lalu ia pernah mengajak makan nasi goreng yang

jual disebelah gedung pelatihan. Sebelum pukul tujuh kami sudah harus berada di lokasi, Suci membawa motor melaju meninggalkan rumah untuk menuju kantor, diperjalanan kami masih mengobrol, volume suara agak sedikit keras dari biasanya karena helem dan hembusan udara yang menjadi penghalang obrolan kami.

“Kiah jadi ikut nggak?”

“Suci jadi nggak?” ku balik bertanya.

“Aku sih jadi kayaknya, ngajak Adik juga, Sita, ia ingin ikut”

“Kalau Ibu ngasih ijin, tapi Kiah masih ragu, ikut atau nggak ya”

“Ikut aja, jarang-jarang acara seperti ini, apalagi kalau kita sudah menikah, mana bisa pergi jalan sama teman-teman, sekalian refreshing, beberapa hari ini kan kita sangat sibuk.”

Beberapa hari ini kami sibuk mempersiapkan kegiatan yudisium dan wisuda mahasiswa, dan hari ini tepat pelaksanaan kegiatan yudisiumnya, pelaksanaan wisuda akan dilaksanakan satu hari setelah pelaksanaan yudisium,kami dilibatkan sebagai panitia. Semua panitia diwajibkan hadir pukul tujuh tepat, untuk mempersiapkan perlengkapan dan acaranya. Acara akan diadakan di gedung serba guna kampus, setelah absen, aku dan Suci langsung ke lokasi.

Suasana masih sepi, satupun mahasiswa yang akan di yudisium belum hadir, yang ada malah para pedagang dadakan dan studio foto mini mulai membuka lapaknya, waktu masih menunjukkan pukul tujuh kurang lima menit. Tepat pukul tujuh seluruh panitia dikumpulkan, semua diarahkan untuk menempati posisi dan melaksanakan tugas sesuai dengan surat penugasan dari Dekan, aku dan Elsi ditunjuk sebagai panitia penerima tamu bersama beberapa dosen dan karyawan lainnya.

Kami bagian penerima tamu dibagi menjadi dua bagian, ada penerima tamu orang tua mahasiswa dan ada penerima tamu undangan dari instansi lain. Sebelum suasana ramai, fotografer mengambil foto para panitia, aku pun ikut berfoto bersama yang lain. Pukul tujuh tiga puluh peserta yudisium mulai berdatangan, mereka tidak sendiri, kedua orang tua bahkan kerabat banyak yang turut serta untuk menyaksikan, tapi yang boleh masuk menyaksikan secara langsung acara didalam gedung hanya dua orang pendamping bagi setiap peserta.

Kebahagian luar biasa terpancar dari wajah mahasiswa dan orang tua yang mendampingi. Suasana semarak dengan berbagai macam model kebaya, yang dikenakan para mahasiswi, dan keluarganya, dandanan modis bak model yang akan berlenggak-lenggok di panggung hiburan. Senyum tersungging menghias setiap lekuk wajah, ini adalah hasil perjuangan yang tidak sebentar, perjuangan berpeluh keringat, bukan hanya perjuangan para mahasiswa, tapi ini adalah bentuk dari hasil perjuangan yang dilakukan orang tua hingga anaknya mendapat gelar setelah menyelesaikan pendidikannya.

Pintu masuk dijaga ketat, setiap orang tua dan wali yang masuk mendampingi dibatasi, sebelum masuk ke dalam ruang acara, peserta yudisium mengisi daftar absensi. Nama-nama mereka sudah tertulis, sesuai dengan nomor urut yang disamakan dengan nomor urut pada kursi-kursi, yang akan mereka duduki ketika menghadiri acara. Riana bersama kedua orang tuanya tepat didepan Suci, ia ingin mengisi absensi.

“Nama Riana nggak ada” komentar Suci ketika Riana ingin mengisi absensi.

“Coba cari di lembaran yang lain, di sini juga tidak ada” Jawab ku.

“Rin, tunggu dulu, undangannya mana” tanya Suci pada Riana.

“Undangannya tertinggal mbak.”

“Bapak, ibu mohon maaf, tunggu dulu sebentar ya, kami ijin dulu dengan bu Dina sekretaris program studi, karena kalau tidak ada undangan dan nama mahasiswanya tidak tercantum di absensi, maka orang tua dan mahasiswanya dilarang masuk” ucap Suci pada kedua orang tua Riana.

Riana dan kedua orang tuanya menunggu di kursi yang kami sediakan, terlihat sekali kecemasan di wajah sang ibu, sementara Riana sendiri sepertinya tidak begitu ambil pusing, ia terlihat beberapa kali mengumbar senyum dan menyapa temannya yang lewat untuk masuk keruang acara. Mahasiswa dan para orang tua yang datang sudah semakin banyak, Suci sedang menelpon bu Dina, menurut Suci bu Dina akan segera datang. Belum lima menit berlalu Bu Dina menuju kearah kami, ia menemui Riana dan orang tuanya, tidak lama ia mengajak Riana dan kedua orang tuanya masuk ke ruang khusus panitia, entah apa yang bu Dina sampaikan, karena setelah itu Riana dan kedua orang tuanya tidak lagi menemui kami untuk masuk keruang acara.

Pintu masuk akan segera ditutup, kulihat Riana dan kedua orang tuanya malah pergi meninggalkan lokasi, terlihat dari kejauhan, ibu Riana berjalan lunglai sambil menyeka air mata. Bu Dina menghampiri kami, ia bercerita tentang Riana. Bu Dina adalah pembimbing akademik Riana, menurutnya Riana memang belum terdaftar pada peserta yudisium kali ini, karena ada persyaratan yang belum terpenuhi,  ini bukan sekedar syarat administrasi. Ia belum memenuhi syarat akademik, ada nilai mata kuliah yang belum memenuhi standar kelulusan.

Menurut bu Dina, ia telah memberitahukan hal tersebut pada Riana secara lisan, bahkan secara tertulis pun sudah dilakukan, tapi ia tidak mengindahkan apa yang disampaikan bu Dina tersebut. Riana telah membohongi kedua orang tuanya, hingga kedua orang tuanya menyangka bahwa hari ini ia akan segera yudisium, kami sangat

menyayangkan kejadian seperti ini, semoga tidak akan terulang lagi, apalagi melibatkan orang tua, sungguh sedih melihat kedua orang tua yang kecewa karena anaknya gagal diwisuda.

Acara dimulai kami, panita menyaksikan dari kursi paling belakang, duduk berjejer menikmati acara demi acara secara khidmat. Bahagia ketika menyaksikan mahasiswa didampingi kedua orang tuanya saat melakukan prosesi pengalungan Gordon, mataku berkaca-kaca teringat setahun yang lalu ketika aku yang menjadi peserta yudisium dan wisuda. Ibu dan Bagas yang mendampingi.

Kulihat di pojok kiri mbak Silvi duduk bersama dengan yang lain, timnya di kepanitiaan, aku ingin mendekati mbak Silvi, ia bagian konsumsi, mungkin saja kue kotak untuk para tamu masih tersisa. Perutku terasa lapar. Langkah tertahan, kulihat kak Hilman mendekati mbak Silvi, ia duduk tepat disebelah kursi mbak Silvi, nampaknya mereka sedang mengobrol.

Acara sedang berlangsung. Kami dikagetkan dengan keributan diarea pintu masuk, ada seorang bapak ingin masuk keruangan, sepertinya ia sudah masuk sebelumnya, karena ada keperluan ia ijin untuk keluar, padahal sudah diberitahu sebelumnya bila ingin keluar, ketika acara berlangsung maka tidak boleh masuk lagi sampai acara selesai.

Pengalaman pada acara yang sama sebelumnya, aktivitas para orang tua yang keluar masuk dengan berbagai alasan akan mengurangi ke khidmatnya acara. Petugas keamanan gedung menjaga ketat pintu masuk, terjadi aksi tarik menarik pintu, akibatnya pintu utama tempat keluar masuk retak karena terbuat dari kaca, untung keributan tidak sampai mengganggu prosesi.

Kegiatan hampir selesai, kini program studi terakhir yang sedang melakukan prosesi yudisium, tiga puluh menit lagi acara akan berakhir, sesuai dengan rencana yang sudah dibuat. Acara selesai tepat pukul dua belas lewat sepuluh menit, para mahasiswa masih sibuk dengan acara foto bersama, beberapa mahasiswa mengajak kami berfoto.

Terpopuler

Comments

Restviani

Restviani

lanjut...

2021-07-09

0

Sis Fauzi

Sis Fauzi

keliatannya abdi yang memenangkan hati Kia nih 😀❤️

2021-07-08

1

Little Peony

Little Peony

Semangat selalu Thor ✨✨✨✨

2021-07-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!