11. Puskesmas desa

"Apa tidak sebaiknya besok saja obatnya diantar, dek.” Mas Rizky melirik arloji di tangannya sambil berdiri di depan pintu kamar Mega, sembari memperhatikan adiknya itu membuat tulisan di atas secarik kertas.

   “Obat ini harus secepatnya diminum mba Sundari, kasihan dia harus merasakan nyeri hebat seperti itu. Sampai-sampai buat berjalan ke dapur rumahnya pun harus dengan menyeret kakinya,” ujar Mega prihatin, menoleh sebentar pada mas Rizky lalu kembali melanjutkan menulis.

   Mega lalu menyiapkan obat yang harus diminum Sundari dalam wadah plastik kecil disertai catatan dosis pemakaian yang tertera di dalamnya.

   Selain itu juga, Mega pun menyiapkan telor kodok yang sudah dikeringkan untuk diberikan pada Sundari sebagai obat kompres di kakinya. Mega memang sengaja membawa banyak bahan obat dalam perjalanannya kali ini.

   Setelah selesai menyiapkan semuanya, Mega memasukkan plastik berisi obat ke dalam tas ranselnya.

   “Sudah beres! Ayo, Mas. Kita balik ke tempat bude Nurul lagi,” ajak Mega kemudian.

   “Biar Mas saja yang mengantar obatnya ke tempat bude Nurul sekalian jemput mama,” ucap mas Rizky mengambil alih tas ransel Mega, lalu mengeluarkan plastik obat dari dalam tas.

   “Kamu istirahat saja di rumah, sudah malam. Mas mungkin agak malam pulangnya sekalian mau jemput ayah juga di balai desa. Lagi pula seharian ini Kamu pasti capek jalan terus,” imbuhnya lagi.

   Mega menghembuskan napasnya lega, Dan mas Rizky tidak dapat menyembunyikan tawanya saat melihat kuap lolos dari mulut Mega dan adiknya itu tidak berusaha untuk menutupinya.

   Harus diakui Mega, tubuhnya memang lelah dan matanya mulai mengantuk. Ia memang perlu mengistirahatkan tubuhnya.

   “Yo wes lah mas kalau begitu,” jawab Mega senang. “Salam saja buat bude Nurul sama mba Sundari.”

   Mega lalu mengantar kakak lelakinya itu sampai di depan pintu rumahnya. Sebelum pergi, mas Rizky mengingatkan Mega untuk mengunci pintu rumah.

   “Kalau mau tidur duluan, kunci saja pintu rumahnya. Mas bawa kunci serep kok.”

   “Iya, Mas. Hati-hati di jalan!”

   Malam itu mudah sekali Mega terseret kantuk. Ditambah lagi udara sejuk pegunungan yang terasa nyaman berbeda sekali dengan tempatnya di kota, membuatnya tertidur lelap dan terbangun di pagi harinya dengan tubuh yang jauh lebih segar.

   Pagi itu Mega berencana mengunjungi puskesmas di desanya. Dengan mengendarai motor matic lamanya yang masih apik tersimpan di garasi rumahnya, Mega memulai perjalanannya.

   Dokter Rendra yang melihat kedatangannya merasa sangat senang sekali, apalagi setelah mendengar dari Pras kalau Mega juga seorang dokter dan tengah mengambil cuti untuk pulang ke desanya.

   “Surprise banget! Selamat datang di puskesmas desa Parikesit tercinta kita ini. Suatu kehormatan besar bisa mendapatkan kunjungan dari seorang dokter muda seperti mba Mega,” sambut dokter Rendra ramah.

   “Terima kasih mas dokter. Biasa saja, dokter terlalu melebih-lebihkan.” Mega balas tersenyum ramah.

   Mega lalu mengutarakan tujuannya datang ke puskesmas itu untuk melihat langsung keadaan warga yang berobat di sana, selain itu juga untuk melihat bagaimana dokter dan para tenaga medis lainnya dalam hal pelayanan kesehatan pada warga setempat.

   Mega dikenalkan dengan para tenaga medis yang ada di puskesmas. Ada dua orang yang bekerja sebagai dokter di puskesmas itu termasuk salah satunya dokter Rendra, dan dua orang bidan desa yang sangat ramah pada Mega, di tambah tiga orang perawat muda yang berasal dari pemuda desa setempat.

   Mega lalu menyampaikan ketertarikannya untuk ikut bergabung bersama dokter Rendra dan lainnya bekerja di puskesmas, setelah melihat kurangnya tenaga medis yang ada di puskesmas tersebut.

   Dan dokter Rendra menyambut baik rencana Mega itu, apalagi setelah mendengar cerita sebagian warga yang melihat langsung Mega mengobati mba Sundari malam itu.

   “Siapa yang mengira kalau dokter yang dibicarakan warga desa ternyata masih sangat muda dan ayu. Dalam waktu semalam saja sudah merebut simpati warga,” kata Bidan Yati setelah melihat dan bertemu langsung dengan Mega.

   Mega tersipu malu sementara yang lainnya tertawa mendengar ucapan bidan Yati. “Yang jelas, puskesmas kita akan semakin ramai dengan bergabungnya dokter Mega bersama kita disini. Bukan begitu, mas dokter?” imbuhnya lagi.

   “Ya, benar sekali.” Dokter Rendra membenarkan yang diiringi dengan tawa renyahnya.

☆☆☆☆☆☆☆

   Sementara itu di tempat lain, di waktu yang bersamaan. Suwarno, salah satu asisten rumah tangga yang bekerja di tempat Fajar tengah bersitegang dengan Sri rekannya sesama pekerja.

   “Maaf ya No, Aku nggak mau diganggu!” ucapnya kesal sambil menuntun kuda poni yang berada di sampingnya.

   “Lah, siapa yang mau ganggu Kamu toh Sri. Aku Cuma mau bicara sebentar sama Kamu.”

   “Ya, sama saja!" Sri memasang wajah masam. “Sudah minggir sana! Aku mau lewat,” katanya lagi sambil mengibaskan tangannya di depan wajah Warno.

   “Ck, lima menit saja kok ya nggak bisa toh. Lima menit saja!” Suwarno mengangkat lima jarinya di depan wajah Sri.

   “Suwarnooo!” teriak Sri murka.

   “Beeuuh iki bocah. Yo wes lah, Aku tak nyingkrih! Daripada kena hukum lagi,” ujar Suwarno sambil menutup telinganya.

   “Ada apa, Sri?”

   Seorang lelaki muda dengan topi warna hitam yang menutup rambut kepalanya yang ikal bergelombang, berdiri tegap dengan mata menyorot tajam pada dua orang yang ada di depannya.

   “Itu mas Fajar, Suwarno ngeyel dari tadi pagi ngajak rusuh terus!” adunya pada bosnya.

   “Kasih makan rumput saja si Warno kalau dia bawel terus kepoin Kamu,” ucapnya sambil memasang wajah garang.

   Bukan kali ini saja kedua asisten rumah tangganya itu ribut, dan selalu berakhir dengan hukuman Suwarno membersihkan kandang kudanya.

  “Walah si bos, mosok Aku disamain sama kambing.”

   “Emang!” sambar Sri cepat.

   “Sudah, sudah! Warno ikut Aku ke ruang obat sekarang.”

   “Siap bos!”

   Warno masuk ke dalam rumah mengikuti bosnya dari belakang, menuju ruangan di bagian samping rumah yang penuh dengan rak berisi obat-obatan.

   “Bantu Aku angkat ke mobil,” tunjuknya ke arah beberapa dus sedang berisi obat. “Kita bawa ke puskesmas sekarang. Baru saja Rendra telpon ada pasien yang butuh obat itu sekarang.”

   “Siap bos!”

🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

𓂸ᶦᶰᵈ᭄🇪​​​🇱​​​​❃ꨄ𝓪𝓢𝓲𝓪𝓱࿐

𓂸ᶦᶰᵈ᭄🇪​​​🇱​​​​❃ꨄ𝓪𝓢𝓲𝓪𝓱࿐

ok like masih berjalan sampe ke 20 episode thor like blik

2022-02-24

2

イマ🦋

イマ🦋

Aku masih di sinii

2022-02-16

1

R.A

R.A

om jarwo

2021-12-28

0

lihat semua
Episodes
1 1. Kembali
2 2. Kenangan
3 3. Aku baik-baik saja
4 4. Lambung kronis
5 5. Lambung kronis 2
6 6. Sarapan bareng
7 7. Tanaman obat
8 8. Donatur desa
9 9. Pria di mobil hitam
10 10. Getah bening
11 11. Puskesmas desa
12 12. Bertemu kembali
13 13. Menyebalkan
14 14. Hari pertama kerja
15 15. Makan siang
16 16. Di kantin puskesmas
17 17. Posyandu
18 18. Meraih mimpi
19 19. Epilepsi
20 20. Kenangan
21 21. Sakit
22 22. Mengantar pulang
23 23. Mas bos demam
24 24. Kekesalan Astri
25 25. Berpamitan
26 26. Menjemputmu
27 27. Ular!
28 28. Panen
29 29. Itu bukan canda
30 30. Lihat saja nanti
31 31. Terluka
32 32. Mengobati lukamu
33 33. Saraf terjepit
34 34. Monoton
35 35. Gudang sebelah rumah
36 36. Surat bersampul biru
37 37. Di bawah pohon pinus
38 38. Melewati waktu bersamamu
39 39. Rencana Fajar
40 40. Suatu pagi di hari Minggu
41 41. Teman baru
42 42. Gula Darah
43 43. Ungkapan hati
44 44. Bunda Rini
45 45. Kartu Undangan
46 46. Posesif
47 47. Ke pantai
48 48. Banana Boat
49 49. Saat Bahagia
50 50. Kolesterol
51 51. Radang
52 52. Sudah sehat
53 53. Makan siang
54 54. Klinik kesehatan
55 Bab 55. Ngambek?
56 56. Pikiran sehat
57 57. Keringat berlebih
58 58. Terapi alami
59 59. Kejutan istimewa
60 60. Luka bakar
61 61. Libur telah tiba
62 62. Kencan
63 63. Kencan 2
64 64. Maukah kau menjadi istriku
65 65. Misi kemanusiaan
66 66. Misi berhasil
67 67. Ganti warnanya
68 68. Syukuran
69 69. Pria kepo
70 70. Menikahlah denganku
71 71. Menikah
72 72. Ide bagus
73 73. Mencintaimu
74 74. Akhir pekan bersamamu
75 75. Persalinan
76 76. Kelahiran Rumi Algifari
77 77. Teman hidup
78 78. Bonus Chapter 1
79 79. Bonus Chapter 2
Episodes

Updated 79 Episodes

1
1. Kembali
2
2. Kenangan
3
3. Aku baik-baik saja
4
4. Lambung kronis
5
5. Lambung kronis 2
6
6. Sarapan bareng
7
7. Tanaman obat
8
8. Donatur desa
9
9. Pria di mobil hitam
10
10. Getah bening
11
11. Puskesmas desa
12
12. Bertemu kembali
13
13. Menyebalkan
14
14. Hari pertama kerja
15
15. Makan siang
16
16. Di kantin puskesmas
17
17. Posyandu
18
18. Meraih mimpi
19
19. Epilepsi
20
20. Kenangan
21
21. Sakit
22
22. Mengantar pulang
23
23. Mas bos demam
24
24. Kekesalan Astri
25
25. Berpamitan
26
26. Menjemputmu
27
27. Ular!
28
28. Panen
29
29. Itu bukan canda
30
30. Lihat saja nanti
31
31. Terluka
32
32. Mengobati lukamu
33
33. Saraf terjepit
34
34. Monoton
35
35. Gudang sebelah rumah
36
36. Surat bersampul biru
37
37. Di bawah pohon pinus
38
38. Melewati waktu bersamamu
39
39. Rencana Fajar
40
40. Suatu pagi di hari Minggu
41
41. Teman baru
42
42. Gula Darah
43
43. Ungkapan hati
44
44. Bunda Rini
45
45. Kartu Undangan
46
46. Posesif
47
47. Ke pantai
48
48. Banana Boat
49
49. Saat Bahagia
50
50. Kolesterol
51
51. Radang
52
52. Sudah sehat
53
53. Makan siang
54
54. Klinik kesehatan
55
Bab 55. Ngambek?
56
56. Pikiran sehat
57
57. Keringat berlebih
58
58. Terapi alami
59
59. Kejutan istimewa
60
60. Luka bakar
61
61. Libur telah tiba
62
62. Kencan
63
63. Kencan 2
64
64. Maukah kau menjadi istriku
65
65. Misi kemanusiaan
66
66. Misi berhasil
67
67. Ganti warnanya
68
68. Syukuran
69
69. Pria kepo
70
70. Menikahlah denganku
71
71. Menikah
72
72. Ide bagus
73
73. Mencintaimu
74
74. Akhir pekan bersamamu
75
75. Persalinan
76
76. Kelahiran Rumi Algifari
77
77. Teman hidup
78
78. Bonus Chapter 1
79
79. Bonus Chapter 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!