"Apa tidak sebaiknya besok saja obatnya diantar, dek.” Mas Rizky melirik arloji di tangannya sambil berdiri di depan pintu kamar Mega, sembari memperhatikan adiknya itu membuat tulisan di atas secarik kertas.
“Obat ini harus secepatnya diminum mba Sundari, kasihan dia harus merasakan nyeri hebat seperti itu. Sampai-sampai buat berjalan ke dapur rumahnya pun harus dengan menyeret kakinya,” ujar Mega prihatin, menoleh sebentar pada mas Rizky lalu kembali melanjutkan menulis.
Mega lalu menyiapkan obat yang harus diminum Sundari dalam wadah plastik kecil disertai catatan dosis pemakaian yang tertera di dalamnya.
Selain itu juga, Mega pun menyiapkan telor kodok yang sudah dikeringkan untuk diberikan pada Sundari sebagai obat kompres di kakinya. Mega memang sengaja membawa banyak bahan obat dalam perjalanannya kali ini.
Setelah selesai menyiapkan semuanya, Mega memasukkan plastik berisi obat ke dalam tas ranselnya.
“Sudah beres! Ayo, Mas. Kita balik ke tempat bude Nurul lagi,” ajak Mega kemudian.
“Biar Mas saja yang mengantar obatnya ke tempat bude Nurul sekalian jemput mama,” ucap mas Rizky mengambil alih tas ransel Mega, lalu mengeluarkan plastik obat dari dalam tas.
“Kamu istirahat saja di rumah, sudah malam. Mas mungkin agak malam pulangnya sekalian mau jemput ayah juga di balai desa. Lagi pula seharian ini Kamu pasti capek jalan terus,” imbuhnya lagi.
Mega menghembuskan napasnya lega, Dan mas Rizky tidak dapat menyembunyikan tawanya saat melihat kuap lolos dari mulut Mega dan adiknya itu tidak berusaha untuk menutupinya.
Harus diakui Mega, tubuhnya memang lelah dan matanya mulai mengantuk. Ia memang perlu mengistirahatkan tubuhnya.
“Yo wes lah mas kalau begitu,” jawab Mega senang. “Salam saja buat bude Nurul sama mba Sundari.”
Mega lalu mengantar kakak lelakinya itu sampai di depan pintu rumahnya. Sebelum pergi, mas Rizky mengingatkan Mega untuk mengunci pintu rumah.
“Kalau mau tidur duluan, kunci saja pintu rumahnya. Mas bawa kunci serep kok.”
“Iya, Mas. Hati-hati di jalan!”
Malam itu mudah sekali Mega terseret kantuk. Ditambah lagi udara sejuk pegunungan yang terasa nyaman berbeda sekali dengan tempatnya di kota, membuatnya tertidur lelap dan terbangun di pagi harinya dengan tubuh yang jauh lebih segar.
Pagi itu Mega berencana mengunjungi puskesmas di desanya. Dengan mengendarai motor matic lamanya yang masih apik tersimpan di garasi rumahnya, Mega memulai perjalanannya.
Dokter Rendra yang melihat kedatangannya merasa sangat senang sekali, apalagi setelah mendengar dari Pras kalau Mega juga seorang dokter dan tengah mengambil cuti untuk pulang ke desanya.
“Surprise banget! Selamat datang di puskesmas desa Parikesit tercinta kita ini. Suatu kehormatan besar bisa mendapatkan kunjungan dari seorang dokter muda seperti mba Mega,” sambut dokter Rendra ramah.
“Terima kasih mas dokter. Biasa saja, dokter terlalu melebih-lebihkan.” Mega balas tersenyum ramah.
Mega lalu mengutarakan tujuannya datang ke puskesmas itu untuk melihat langsung keadaan warga yang berobat di sana, selain itu juga untuk melihat bagaimana dokter dan para tenaga medis lainnya dalam hal pelayanan kesehatan pada warga setempat.
Mega dikenalkan dengan para tenaga medis yang ada di puskesmas. Ada dua orang yang bekerja sebagai dokter di puskesmas itu termasuk salah satunya dokter Rendra, dan dua orang bidan desa yang sangat ramah pada Mega, di tambah tiga orang perawat muda yang berasal dari pemuda desa setempat.
Mega lalu menyampaikan ketertarikannya untuk ikut bergabung bersama dokter Rendra dan lainnya bekerja di puskesmas, setelah melihat kurangnya tenaga medis yang ada di puskesmas tersebut.
Dan dokter Rendra menyambut baik rencana Mega itu, apalagi setelah mendengar cerita sebagian warga yang melihat langsung Mega mengobati mba Sundari malam itu.
“Siapa yang mengira kalau dokter yang dibicarakan warga desa ternyata masih sangat muda dan ayu. Dalam waktu semalam saja sudah merebut simpati warga,” kata Bidan Yati setelah melihat dan bertemu langsung dengan Mega.
Mega tersipu malu sementara yang lainnya tertawa mendengar ucapan bidan Yati. “Yang jelas, puskesmas kita akan semakin ramai dengan bergabungnya dokter Mega bersama kita disini. Bukan begitu, mas dokter?” imbuhnya lagi.
“Ya, benar sekali.” Dokter Rendra membenarkan yang diiringi dengan tawa renyahnya.
☆☆☆☆☆☆☆
Sementara itu di tempat lain, di waktu yang bersamaan. Suwarno, salah satu asisten rumah tangga yang bekerja di tempat Fajar tengah bersitegang dengan Sri rekannya sesama pekerja.
“Maaf ya No, Aku nggak mau diganggu!” ucapnya kesal sambil menuntun kuda poni yang berada di sampingnya.
“Lah, siapa yang mau ganggu Kamu toh Sri. Aku Cuma mau bicara sebentar sama Kamu.”
“Ya, sama saja!" Sri memasang wajah masam. “Sudah minggir sana! Aku mau lewat,” katanya lagi sambil mengibaskan tangannya di depan wajah Warno.
“Ck, lima menit saja kok ya nggak bisa toh. Lima menit saja!” Suwarno mengangkat lima jarinya di depan wajah Sri.
“Suwarnooo!” teriak Sri murka.
“Beeuuh iki bocah. Yo wes lah, Aku tak nyingkrih! Daripada kena hukum lagi,” ujar Suwarno sambil menutup telinganya.
“Ada apa, Sri?”
Seorang lelaki muda dengan topi warna hitam yang menutup rambut kepalanya yang ikal bergelombang, berdiri tegap dengan mata menyorot tajam pada dua orang yang ada di depannya.
“Itu mas Fajar, Suwarno ngeyel dari tadi pagi ngajak rusuh terus!” adunya pada bosnya.
“Kasih makan rumput saja si Warno kalau dia bawel terus kepoin Kamu,” ucapnya sambil memasang wajah garang.
Bukan kali ini saja kedua asisten rumah tangganya itu ribut, dan selalu berakhir dengan hukuman Suwarno membersihkan kandang kudanya.
“Walah si bos, mosok Aku disamain sama kambing.”
“Emang!” sambar Sri cepat.
“Sudah, sudah! Warno ikut Aku ke ruang obat sekarang.”
“Siap bos!”
Warno masuk ke dalam rumah mengikuti bosnya dari belakang, menuju ruangan di bagian samping rumah yang penuh dengan rak berisi obat-obatan.
“Bantu Aku angkat ke mobil,” tunjuknya ke arah beberapa dus sedang berisi obat. “Kita bawa ke puskesmas sekarang. Baru saja Rendra telpon ada pasien yang butuh obat itu sekarang.”
“Siap bos!”
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
𓂸ᶦᶰᵈ᭄🇪🇱❃ꨄ𝓪𝓢𝓲𝓪𝓱࿐
ok like masih berjalan sampe ke 20 episode thor like blik
2022-02-24
2
イマ🦋
Aku masih di sinii
2022-02-16
1
R.A
om jarwo
2021-12-28
0