Mega terjaga dari tidurnya saat bis yang ditumpanginya mengalami goncangan yang cukup keras karena melewati lubang yang besar.
Bis yang ditumpanginya memang melaju dengan kecepatan tinggi, dan tangan kiri Mega yang sedari tadi memegang besi bulat panjang di bagian atas kepalanya pun terlepas. Tubuhnya terdorong ke depan, tak ayal lagi kepalanya dengan sempurna membentur keras bangku yang berada tepat di depannya.
"Aooww!" Mega meringis kesakitan, tangannya menyentuh keningnya yang terasa nyeri. Sambil memijit pelan keningnya, Mega memutar kepalanya mengarahkan pandangannya pada penumpang lainnya.
"Woii, yang bener kalau nyetir!! Gue belum nikah bos!! Gue belum mau mati muda."
Teriakan protes dari seorang lelaki muda yang duduk di bangku barisan tengah, ketika merasakan tubuhnya bergerak oleng ke kanan saat bis dengan gerakan cepat bergerak meliuk melewati tikungan tajam.
"Hati-hati pak sopir, kita teh mau selamat sampai kampung. Ketemu anak istri, bukan mau ke akherat atuh pak!" Suara seorang lelaki paruh baya yang duduk di seberang Mega dengan logat khas daerahnya, berteriak sambil membetulkan letak peci di kepalanya.
Suara protes penumpang terdengar nyaring dan saling bersahutan akibat ulah sopir yang melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi, seolah tak menghiraukan keselamatan para penumpangnya.
Sang sopir yang menyadari kesalahannya segera meminta maaf pada para penumpang bis, ia pun mulai mengurangi laju kendaraannya dan kembali pokus pada jalan di depannya.
"Kejar setoran sih boleh-boleh saja, tapi ya diingat keselamatan penumpangnya juga dong! Itu yang utama!" Suara protes seorang penumpang bis kembali terdengar dari arah bangku belakang.
"Iya, maaf ya Pak," sahut sang kernet yang berada di sebelah kiri sang sopir, berdiri menghadap para penumpang bis sambil menyatukan kedua tangannya di depan dadanya. "Sekali lagi kami minta maaf pada Bapak Ibu semua atas ketidaknyamanan perjalanan kali ini."
Bis berjalan dengan kecepatan sedang, membuat para penumpang bisa kembali duduk dengan tenang di tempatnya tanpa rasa khawatir seperti sebelumnya.
Mega hanya bisa tersenyum kecil melihat kejadian di depannya saat ini, kantuknya seketika hilang.
Pandangannya kini mengarah ke luar kaca jendela bis. Matanya bergerak lincah menangkap seluruh panorama indah yang tersaji di sepanjang sisa perjalanannya menuju kota kelahirannya.
Seketika itu juga hatinya menghangat, perasaan damai, senang yang tidak dapat dirumuskan ke dalam kata-kata, tidak dapat diucapkan hanya bisa dirasakan.
Mega akan kembali bertemu dengan keluarga besarnya setelah sekian lama terpisah, bertemu lagi dengan teman-teman masa remajanya, Patma, Cella, Wina, Alya, Bayu.
Bayu!
Ternyata nama itu masih bisa membuatnya gugup, bahkan kacau. Mega mengusap tangannya yang mendadak basah, entah apa yang membuatnya menjadi gugup tiba-tiba.
Bis yang ditumpanginya sudah memasuki gapura yang bertuliskan nama kota tempat tinggalnya. Semakin dekat jarak dengan rumahnya, semakin cepat pula detak jantung Mega bergerak.
Ternyata waktu lima tahun yang sudah ia lewati hingga saat ini, tak juga mampu menghapus begitu saja nama Bayu dari hatinya. Ingatannya pun terseret kembali ke masa lalu.
Bayu adalah sahabat karib mas Rizky, kakak laki-laki Mega satu-satunya. Mereka bersahabat sejak masih duduk di bangku sekolah menengah pertama.
Bayu tinggal bersama nenek dan kakeknya serta kakak lelakinya yang usianya terpaut dua tahun lebih tua dari mas Rizky dan Bayu. Kedua orang tuanya sudah lama meninggal dunia ketika Bayu masih kecil.
Meskipun terpaut tiga tahun lebih muda, Mega tak pernah sekalipun memanggil Bayu dengan sebutan mas atau kakak seperti pada mas Rizky.
Walaupun Bayu tahu, orang tua Mega kerap menegur anak gadisnya itu kala mendengar Mega memanggil Bayu dengan namanya saja, karena menganggap hal itu tidak sopan. Tapi Bayu tak pernah mempermasalahkan hal itu. Justru ia merasa senang, karena merasa sepantaran tidak lebih tua dari Mega.
Kebetulan pula mereka bertetangga dekat, rumah Mega berseberangan dengan rumah kakek Bayu. Hanya beberapa langkah saja, mereka bisa langsung bertatap muka dan saling berkunjung.
Ibu Mega sering mengirim masakan kepada nenek Bayu, dan sudah pasti yang disuruh mengantarnya adalah Mega. Pertemuan yang kerap kali terjadi membuat Mega dan Bayu saling menaruh hati.
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔 𝑺𝒚𝒊𝒇𝒂 𝑨
like komen fav dulu ya
2022-03-24
0
🔵⏤͟͟͞𝐑𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆🔰π¹¹™𒈒⃟ʟʙᴄ❤
tlt komen
2022-01-10
0
serrafina ✰͜͡v᭄📴
Semangat aku mampir
2022-01-08
0