"Mega sarankan, jangan pergi ke paranormal, dukun, atau semacamnya. Sebanyak apapun uang yang Bude miliki tidak akan membuat Intan sembuh, beri pengertian pada pakde. Intan hanya butuh perhatian ekstra, dan Bude harus selalu ada di samping Intan jika halusinasinya yang diakibatkan lambung sedang terjadi," kata Mega sambil menggenggam tangan bude Sita lembut.
Bude Sita menarik napas dalam, sekilas ia melirik ke arah kamar puterinya berada. Lalu berpaling pada Mega, tersenyum padanya dan menatap dengan sorot mata lelah yang terlihat jelas. Garis hitam di bawah matanya, menandakan bahwa selama ini bude Sita kurang tidur, karena keadaan Intan lah yang membuat dirinya harus tetap kuat dan tegar.
"Bude tidak pernah menyalahkan kalau pakdemu berpikiran seperti itu, apalagi kita tinggal di desa dan jauh dari fasilitas kesehatan yang memadai. Tidak jarang ada yang menyarankan bude untuk membawa Intan berobat ke orang yang dianggap bisa membantu menyembuhkan penyakit Intan."
Sejenak bude Sita menghentikan bicaranya, bibirnya tersenyum kecil melihat pada tayangan televisi di depannya yang menyala, sedang menyuguhkan sebuah cerita drama keluarga.
"Intan memang sering sekali mengalami ketakutan jika di malam hari. Obat-obatan yang dikonsumsi dari dokter sering menyebabkan detak jantungnya berhenti, dan Intan sering mengalami sekarat sehabis minum obat dari dokter," sahut bude Sita sambil menghela napas dalam.
Sejenak bude Sita menundukkan kepalanya, memejamkan matanya sesaat mencoba menahan perasaan sesak di dada mengingat sakit yang dialami putri keduanya itu.
"Kadang Bude merasa sangat bersalah pada Intan, karena Bude merasa tidak bisa berbuat banyak buat menenangkan Intan. Apalagi kalau Intan mulai merasakan ketakutan berlebihan. Astagfirullah, Bude nyesek lihat anak Bude seperti itu, Mega."
Bude Sita menarik tangannya dari genggaman tangan Mega, dan menutup wajahnya mencoba menahan air mata yang sepertinya sedari tadi coba ditahannya.
Mega memeluk tubuh bude Sita, mengusap punggungnya pelan mencoba memberikan rasa tenang.
"Bude harus tetap tenang, berikan kesempatan pada Intan senyaman mungkin. Kalau memang obat yang dikonsumsinya selama ini membuat Intan mengalami hal seperti itu, hentikan bude. Biarkan Intan memilih apa yang mau dikonsumsinya selagi dia merasa nyaman?" ucap Mega memberikan pilihan.
"Maafkan Bude ya sayang, Bude sudah terbawa suasana. Bude senang sekali akhirnya bisa ketemu dan ngobrol lagi sama Kamu, Mega. Intan maunya minum rebusan kunyit ditambah daun-daunan herbal," jawab bude Sita sambil mengusap kedua pipinya yang basah.
Mega mengangguk maklum, menangis untuk melepaskan rasa sesak di dada lebih baik daripada memendamnya.
"Selagi Intan nyaman dan tenang, biarkan dia mengkonsumsi parutan kunyit dan daun herbal. Setiap manusia punya cara dan daya tahan tubuh yang berbeda, tidak bisa dipaksakan," kata Mega kemudian, kali ini dia ingin memastikan Intan meminum sesuatu yang membuatnya merasa nyaman dan tidak membuatnya merasa sekarat lagi.
"Iya, Bude sudah lakukan apa yang Intan mau." Bude Sita tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Lambung ternyata bisa berhalusinasi seperti orang gila ya, Mega?" imbuhnya lagi.
"Lambung jika sudah masuk level kanker, bisa menyebabkan komplikasi kerusakan organ tubuh. Misal jantung lemah, darah tinggi, usus buntu, ginjal, dan penyakit kronis lainnya. Sayangnya tidak semua pasien memahami ini, begitu juga dokter. Yang pada akhirnya menyebabkan si pasien menjadi kebingungan," jelas Mega lagi.
"Benar seperti yang kamu bilang barusan, Mega. Intan sejak mengalami lambung kronis, merambat ke usus buntu. Sudah satu minggu ini baru keluar dari rumah sakit. Sekarang keluhannya di ginjal."
"Lambung itu pusat energi tubuh kita, Bude. Jika lambung bermasalah dan dianggap sepele, maka akan membuat berbagai penyakit komplikasi. Seperti Jantung, Diabetes, Ginjal, Typus, dan lain-lain."
"Bude tidak mendapatkan informasi sedetail ini dari pihak rumah sakit. Hal itu yang membuat Bude kelelahan merawat Intan yang terkena lambung," keluh bude Sita.
"Ada terapi untuk penyembuhan halusinasi yang diakibatkan lambung. Bude bisa membawa Intan kesana," ucap Mega lalu menyebutkan alamat.
"Terima kasih banyak Mega untuk semua informasinya, sangat bermanfaat sekali buat Bude untuk ke depannya dalam merawat Intan. Bude senang sekali kamu pulang kembali ke desa kita ini lagi. Akan banyak yang bisa kamu lakukan untuk penduduk desa ini, terutama soal kesehatan warganya." Bude Sita menepuk tangan Mega yang berada dalam genggamannya.
"Sama-sama Bude. Mega juga senang bisa kembali lagi kesini," ucapnya tulus.
"Bude masuk dulu ke kamar Intan, ya. Gantiin mama Kamu biar bisa istirahat juga, kasian dari tadi siang sudah jagain Intan." Bude Sita bangkit berdiri.
"Silahkan Bude, sekalian Mega pamit mau ajak mama pulang." Mega pun meraih tangan bude Sita kembali dan mencium punggung tangannya.
"Semoga Intan cepat pulih dan sehat lagi seperti sebelumnya. Bude juga harus tetap sehat terus, tetap tenang, ada Intan yang butuh perhatian ekstra dari Bude dan Pakde."
"Aamiin ya Allah, sekali lagi makasih ya sudah mau ngobrol bareng sama Bude. Bude jadi tahu banyak tentang penyakit yang disebabkan lambung." Bude Sita pun bergegas masuk ke dalam kamar Intan.
Lidah mampu membedakan mana manis, mana pedas, dan Lambung, apa saja masuk. Tapi, resikonya besar kalau pola makan tidak sehat. Cintai ususmu sebelum semuanya terlambat.
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
🧸 ⃝Pᵛᵐelia🌈ᴀᷟιиɑ͜͡✦
Mampir like and komen🙈Semangat kak dlm berkarya😘
2022-01-29
1
Teteh Neng(IG: teteh_neng2020)
cintai ususmu, minum .... tiap hari, tetiba inget seseiklan aku tuh😝
2021-12-22
5
⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔 𝑵𝒂𝒚𝒍𝒂 𝑨𝒊𝒔
semangat nulis
2021-12-21
1