"Apa kabar, Bude Sita," Mega mencium punggung tangan bude Sita, lalu mencium pipi kanan dan kirinya.
"Ya Allah, ini beneran, Mega?" Bude Sita bertanya pada Mega tanpa melepas genggaman tangannya, memandangnya dari kepala hingga ujung kaki. Seolah tak percaya kalau yang ada dihadapannya saat ini adalah Mega, keponakannya yang sudah lama tak ditemuinya.
"Lah, memang Kamu kira siapa tadi Sit. Jelas-jelas itu Mega, anak gadisku yang paling bontot," sahut Hardi, ayah Mega yang sedang duduk bersama dengan Rizky di bangku depan teras rumah bude Sita, ditemani secangkir kopi hitam kesukaannya dan cemilan sore hari. Rizky hanya tersenyum simpul mendengar ucapan ayahnya.
"Lah iya, Mas. Aku sampai pangling loh. Tambah ayu," Bude Sita tersenyum lebar lalu memeluk Mega.
Masih sama seperti dulu, bude Sita yang dikenal Mega tak pernah berubah. Ramah dan selalu tersenyum. Hanya saja, kini wajah yang ada di hadapannya itu seolah menyimpan kesedihan, ada garis hitam yang tampak jelas di bawah matanya, terlihat seperti kelelahan.
"Bude gimana kabarnya?" Mega mengulang kembali pertanyaannya.
"Yahh, seperti yang Kamu lihat. Bude baik-baik saja, hanya sedikit lelah. Biasalah, faktor usia," jawab bude Sita tetap tersenyum.
"Syukurlah kalau begitu. Maaf, Bude, Mega mau lihat keadaan Intan, boleh Mega masuk ke kamar Intan, Bude?"
"Silahkan sayang, sepertinya Intan tertidur. Ada mama Kamu di dalam dari tadi. Ehm, kalau Mega ada waktu dan tidak capek, Bude mau konsultasi sama Mega," bude menahan lengan Mega sebelum melangkah masuk ke dalam kamar Intan.
"Boleh Bude, Mega punya banyak waktu kok," jawab Mega kemudian sambil memegang tangan bude Sita. "Mega masuk dulu ya."
"Iya, sayang, makasih." Bude Sita menganggukkan kepalanya.
Mega lalu berjalan memasuki kamar Intan. Dengan hati-hati sekali Mega memegang dan membuka handel pintu, agar tidak menimbulkan suara nyaring yang bisa mengusik tidur Intan.
Terlihat mamanya sedang duduk di kursi dekat posisi kepala Intan yang sedang tertidur. Tangannya terlihat menggenggam tangan Intan, terkadang mengusapnya pelan. Mega berjalan menghampiri mamanya, menyentuh bahunya perlahan lalu memeluk lehernya dari belakang.
"Assalamualaikum Mamaku sayang," bisik Mega lirih di telinga mamanya sambil mencium kedua belah pipinya.
"Waalaikum salam, kesayangan Mama," jawab mama berbisik. "Kapan datang, kok nggak langsung nemuin Mama? Kakakmu mana?"
"Barusan aja Mega datang, Ma. Dari terminal langsung mampir kemari. Mas Rizky ada di teras depan, ngopi bareng ayah," jawab Mega pelan.
"Oh, ya sudah," sahut mama kemudian.
Mega melepas pelukannya di tubuh mamanya, lalu mendekat dan duduk di dekat kaki Intan, menatapnya dalam dan lama.
Dulu, tubuh gadis kecil itu gemuk dan terlihat menggemaskan. Tapi kini kurus dan terlihat menyedihkan. Tidurnya terlihat gelisah, keningnya tampak berkerut, tapi tak lama kemudian kembali tenang saat tangan mama menggenggamnya lembut. Tidak tega rasanya melihat keadaan Intan seperti itu.
"Gimana kabar bundamu disana? Mama dengar usaha kateringnya bertambah maju dan pelanggannya bertambah banyak," tanya mama sambil terus mengusap lembut tangan Intan.
"Kabar bunda Rini baik, Ma. Beliau titip salam buat Mama," jawab Mega pelan.
"Itulah sebabnya kenapa bunda nggak bisa ikut bersama Mega pulang kesini, orderan katering sedang banyak-banyaknya. Lagi pula bunda nggak mau mengecewakan pelanggannya dengan menolak pesanan mereka," imbuh Mega lagi.
"Errgghhh!"
Terdengar lenguhan suara Intan, kakinya bergerak di balik selimut yang menutupi tubuhnya. Tangannya yang berada dalam genggaman tangan mama terangkat, ia memiringkan badan lalu memeluk guling yang mengapit sisi tubuh bagian kirinya.
"Intan," panggil Mega pelan sambil memiringkan tubuhnya, namun tidak ada reaksi jawaban dari Intan. Sepertinya ia kembali tertidur lagi.
Mega lalu berdiri dan berbisik pada mamanya untuk keluar dari dalam kamar, menemui bude Sita yang ingin berbincang dengannya.
"Ma, Mega keluar dulu ya. Sepertinya ada hal penting yang mau bude Sita tanyakan sama Mega tadi," katanya lalu menyentuh halus bahu mama, yang dibalas dengan anggukan kepala.
"Intan mengalami lambung kronis, sudah berobat jalan hampir tiga tahun. Hasil dari rumah sakit tidak memuaskan, dan anehnya Intan sering mengalami hal-hal mistis," bude Sita mulai menceritakan tentang sakit Intan pada Mega.
Keduanya kini tengah duduk di ruang keluarga yang berada persis di depan kamar Intan. Mega dengan penuh perhatian mendengarkan semua cerita bude Sita dan sesekali tersenyum sembari menggenggam tangannya.
"Gejala lambung memang jarang terdeteksi oleh alat-alat medis, Bude. Terkadang apa yang dipahami dokter tidak terjangkau oleh pasien yang sudah mengalami lambung kronis atau kanker pencernaan. Hal mistis yang dialami Intan pasti terjadi," jelas Mega kemudian.
"Tapi, dokter tidak bisa menjelaskan hal itu, Mega. Bahkan Bude dapat info dari beberapa lansia yang mengalami gejala lambung, mengalami hal mistis juga," sahut bude Sita dengan nada tak puas.
"Betul sekali, Bude. Tidak semua dokter bisa mengungkapkan kejadian ini. Hanya berdasarkan pengalaman beberapa pasien yang sudah terkena kanker pencernaan. Sensasi mistis bisa berupa hayalan tentang sosok menyeramkan, sensasi ketakutan yang berlebihan, ancaman, dan lain-lain. Jika pasien yang tidak kuat dengan gejala itu, lambung bisa menyebabkan gila, depresi, dan kematian." Jelas Mega panjang lebar.
"Benar seperti Kamu bilang, Mega. Intan sering sekali mengalami hal itu, Bude dan pakdemu bahkan sering bertengkar karena beda pendapat. Pakdemu meminta Bude untuk meruqiah Intan karena dianggap kerasukan atau ada perkara lain di luar medis."
Mega tersenyum mendengarnya, beda pendapat dalam menyikapi hal yang tengah dialami anak memang kerap terjadi pada sebagian orang tua. Begitu pula yang kini sedang terjadi pada keluarga bude Sita, besar kemungkinan pakde menganggap bahwa Intan kerasukan mahluk halus karena melihat Intan yang sering merasa ketakutan.
Lambung adalah pusat energi tubuh kita, jika lambung rusak, maka pengaruhnya sangat besar terhadap organ tubuh kita yang lainnya. Tergantung pada tingkat kerusakan lambung itu sendiri, jika sudah berada di level kronis atau kanker pencernaan, maka bisa berakibat fatal.
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
𓂸ᶦᶰᵈ᭄🇪🇱❃ꨄ𝓪𝓢𝓲𝓪𝓱࿐
like punya ku sedang berlangsung sampe 20 episode
2022-02-24
3
RINDU ⭕
Keren 👍👍👍👍♥️♥️♥️⭐⭐💜💜💜
2022-01-03
1
Teteh Neng(IG: teteh_neng2020)
aku juga punya lambunh kronis intan, kita samaan 😭
2021-12-22
5