HATI YANG TERPILIH
"Glo, kenapa kamu belum bersiap siap, lihat Bagas sudah setengah jam duduk menunggumu di depan" kata seorang wanita parih baya pada seorang gadis cantik. Sementara si gadis yang dipanggil dengan nama Glo masih saja asyik berkutat dengan peralatan masaknya. Ya, itu adalah anak gadis satu-satunya dari wanita paruh baya tersebut. Gadis dengan nama lengkap Gloria Anastasya Wihelmina, gadis cantik berkulit kuning langsat.
Wajah oval dengan hidung mancung serta mata coklat membuatnya terlihat semakin cantik. Rambut panjangnya yang bergelombang disanggul rapi agar tidak mengganggu aktifitasnya.
Gloria sangat suka memasak dan mengolah berbagai jenis kue, dari berbagai kue tradisional sampai dengan kue yang modern. Yah, dia memang sangat meminpikan memiliki sebuah tempat dimana dia bisa bereksperimen dengan bebas untuk mencoba berbagai kreasi resep kue di kepalanya. Namun, apalah daya keadaan memaksanya menjadikan harapan itu hanya sebuah hobby yang hanya bisa dilakukannya pada saat saat tertentu saja. Gadis manis berusia 22 tahun itu harus menanggung beban berat di pundaknya bahkan sejak masih dibangku Sekolah Menengah Atas bahkan sampai menyelesaikan study S-1 dan bekerja sekarang, beban itu masih belum bisa lepas dari pundaknya.
Beban ini dia sembunyikan sendiri, dia tak mau orang lain mengetahuinya, termasuk sang ibu. Dia tak mau wanita paruh baya itu terbebani pikirannya dan malah membuat kondisi kesehatannya menurun. Dia hanya ingun membahagiakan ibunya, satu satunya orang tua dan keluarga yang dia miliki saat ini.
"Biarkan saja mah, kue ku masih nanggung nich, kemarin aku sudah janji akan membawanya untuk anak-anak" jawab Glo acuh sambil meneruskan pekerjaannya. Ia menata kue bolu pisang itu dan asyik memberikan hiasan diatasnya.
"Lagipula aku juga menunggu Dinda datang, aku sudah mengabarinya agar ikut bersamaku ke perkebunan" lanjut Glo lagi. Kemudian dia memberikan taburan keju sebagai sentuhan akhir pada kue bolu yang sudah dipersiapkannya. "Sempurna" desisnya melihat hasil karyanya.
'Tapi Glo..." sahut sang mamah, sambil berjalan mendekati putrinya dengan tatapan yang sendu, dia membelai punggung anaknya dan mengambil tissue, lalu dengan perlahan menghapus titik titik keringat di kening putrinya " Kenapa kamu harus mengajak Dinda?" tanyanya pada si gadis yang masih asyik menatap hasil karyanya di atas meja makan itu.
"Lho, memangnya kenapa mah, bukannya akan semakin ramai kalau orangnya semakin banyak" Jawabnya sambil mulai mengemas beberapa jenis kue yang sudah dibuatnya. Yah, di desa kecil ini ada banyak hasil kebun yang bisa diolah menjadi beragam makanan. Dan setiap kali penduduk desa ini tahu kalau Gloria pulang, maka mereka akan mengantarkan berbagai hasil kebun ke rumah ibunya.
Mereka sangat senang jika gadis ini pulang, karena selain cantik dan ramah, gadis ini juga baik hati. Setiap kali pulang kampung dia selalu membuat berbagai jenis makanan dari bahan bahan yang diberikan oleh orang orang didesa itu. Kemudian, dia akan membagikannya kepada mereka dengan sukacita. Hal inilah yang menyebabkan rumah sederhana yang ditempatinya selalu dipenuhi dengan berbagai hasil kebun. Selain sebagai ucapan terima kasih, mereka juga selalu penasaran dengan kue apalagi yang bisa dibuat oleh gadis manis itu.
Ibunya menatap gadis itu, kemudian menghela nafasnya lalu mengambil sebuah kursi dan duduk didekat putrinya. Dia membantu Gloria merapikan dan memasukkan kue kue itu kedalam plastik mika yang sudah dipersiapkan, lalu menatanya didalam kresek dengan rapi. "Tapi Glo, apa kamu tidak juga mengerti" tanya ibunya pada Gloria
"Mengerti apa maksud mamah" tanya Gloria menghentikan aktifitasnya dan menatap ibunya dengan mengerutkan keningnya sehingga barisan alis hitamnya yang rapi dan cantik hampir menyatu.
" Kamu ini pura pura tidak mengerti atau memang sengaja tak mau mengerti sich" sahut ibunya masih denfan nada lembut.
"Aduh mamahku tersayang, apa sich maksud mamah, tolonglah jelaskan pada putri cantikmu ini" sahut Gloria seraya duduk manis menatap ibunya.
"Glo, apa kamu tidak mengerti kalau Bagas itu hanya ingin pergi bersamamu saja, apa dia ada menyuruhmu membawa orang lain bersama kalian" tanya sang ibu sambil menatap putrinya.
" Yah, dia memang tidak menyuruhku membawa orang lain, tapi membawa dan membagikan semua makanan ini hanya berdua saja tidak akan mudah, dan tidak seru" jawab Gloria. "Lagipula aku sudah berjanji akan selalu mengajak Dinda jika akan jalan dengan kak Bagas, Dinda sangat menyukai kak Bagas sejak kami SMU dulu" jawab Gloria santai.
"Tapi kamu kan tau bagaimana perasaan Bagas nak" jawab ibunya sambil menarik kedua tangan Gloria dan mengelusnya lembut. "Apakah ini semua ada kaitannya dengan Adrian nak" lanjutnya lagi sambil memandang manik coklat putrinya.
"Mamah apa sich, kenapa menyebut nama kak Adrian, nggak ada hubungannya sama sekali mah" jawab Gloria sambil berdiri dan menarik tangannya dengan lembut dari ibunya. Dia kembali melanjutkan aktifitasnya membungkus makanan tersebut.
Tiba-tiba terdengar suara seorang gadis cantik menyapa ibu dan anak itu. "Selamat sore bibi" ujarnya seraya memeluk bu Arini dengan lembut. "Hallo sist, ah kamu selalu begini memanggilku saat pekerjaanmy telah selesai, kamy memang pelit denfan resep-resepmu dan tak mau berbagi keahlian denganku" lanjut gadis itu tanpa jeda.
"Astaga Dinda, kamu ini datang datang bukanya membawa apa kek gitu, malah ngomel ngomel nggak jelas" sungut Gloria saat melihat sahabatnya yang bernama Dinda Putri Ayu itu nyelonong masuk ke dapur. Tapi dia tetap merengkuh pundak sahabatnya itu dengan penuh rindu.
Persahabatan mereka memang sudah terjalin sejak mereka kecil, mereka berpisah setelah masing masing melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dan bekerja dibidangnya masing masing. Mereka hanya sesekali terhubung melalui video call atau kalau Gloria pulang kampung seperti saat ini. Dinda memang memilih kembali ke desa ini dan menjadi guru karena kecintaanya pada anak anak dan desa ini, disamping juga alasan tertentu yang hanya diketahui olehnya dan Gloria saja. Sementara Gloria lebih memilih jalur bisnis dan bekerja di kota dengan alasan yang juga hanya diketahui olehnya dan sahabatnya itu saja.
Dinda tak perduli dengan ucapan sahabatnya, dua malah mengambil satu potong kue dan memasukkannya ke dalam mulutnya "astaga, kue ini enak sekali aku baru merasakannya, sepertinya kamu belum pernah membuatnya sebelum ini" sahut Dinda sambil terus mengunyah kue di tangannya.
"Dasar sahabat tak berperi kepersahabatan,, seperti ini bukannya membantu tapi menghabiskan" sahut Gloria sambil mencubit kedua pipi sahabatnya. " Apa kamu sudah menyapa pangeranmu di depan" lanjut Gloria.
"Apa sich Glo, jangan bikin malu dech" sahut Dinda
"Sudah sudah, apa kalian akan terus berdebat" lerai ibu Arini pada dya gadis itu, "Lihat Bagas sudah lelah menunggu kalian" lanjutnya lagi
" Baiklah mah, karena semyanya sudah terbungkus rapi kami akan berangkat sekarang" sahut Gloria, "Dinda tolong panggil kak Bagas, biar bantu ngangkatin makanan ini"
Dengan wajah bersemu merah Dinda memandang Gloria, "Apa sich, kok harus aku" tapi dia tetap melangkahkan kakinya keluar menuju ruang tamu.
Sampai di ruang tamu Dinda menatap pria muda berumur 28 tahun dengan perawakan tinggi dan dada bidang sedang asyik dengan phonsel pintarnya. Sesekali wajah tampannya berkerut dan mengangguk, seperti sedang mempelajari sesuatu. " Eheeemm, kak Bagas, maaf mengganggu, Gloria minta tolong mengangkat makanan tang akan dibawa" ucap Dinda dengan wajah yang ditundukkan. Jantungnya selalu berdegup tak karuan saat harus berdekatan dengan pria itu.
Orang yang dipanggil Bagas itu mengangkat wajahnya dan langsung menyimpan phoselnya dalam kantongnya "Oh, sudah selesai ya, oke mari kubantu mengangkatnya" sahut Bagas santai. Lalu dia melangkahkan kakinya menuju dapur yang juga merangkap ruang makan itu, dia melewati Dinda dengan tersenyum, membuat gadis itu semakin salah tingkah.
" Sudah selesai ya, mari ku angkat" ucap Bagas sambil memandang Gloria
"Iya kak, ini semuanya sudah tersusun rapi" sahut Gloria
" Oke, tolong kamu buka bagasi mobilku ya Glo" sahut Bagas
" Eh nggak pake mobilku aja ya kak" tanya Gloria
"Mobilmu terlalu mewah Glo, tidak cocok untuk jalan yang akan kita tempuh" sahut Bagas seraya mulai mengangkat kresek yang sudah dari atas meja makan.
"He he he, ita juga sich kak, maklumlah mobil pinjaman, yah seikhlasnya yang punya ngasih yang mana, aku sich terima aja" sahut Gloria cangar cengir sambil melangkah ke halaman rumahnya. Dia membuka bagasi mobil Bagas dan melipat kursi penumpang yang paling belakang, sehingga tersedia tempat yang lebih luas untuk meletakkan makanan tersebut.
Dinda dan bu Arini juga turut membawa beberapa kresek yang masih tersisa dimeja, laly menyerahkannya pada Bagas untuk menatanya di bagasi mobilnya. Setelah itu mereka pamit pada bu Arini untuk segera berangkat. Gloria langsung masuk dan duduk di kursi penumpang dan mengunci pintunya. Dinda yang ingin duduk dekat Gloria bingung karena pintu tak bisa dibuka.
"Duduklah di depan, aku cape dan mengantuk, kamu temanilah kak Bagas di depan supaya dia ada teman ngobrol" ucap Gloria santai, dan dia mulai ambil posisi nyaman di kursi penumpang. Dinda tersenyum malu malu, dia sangat paham dengan maksud sahabatnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Comments
NafianX
aku mampir Thor...🤗🤗.
Mampir juga ya Di novel Baru aku"Cinta yang sebenarnya"....🙏🙏
2021-06-27
1
Selviana
mampir juga di novel aku yaitu MENANTU PRIA dan DIREKTUR TAMPA MENCINTAI ANAK YATIM PINTU.
2021-06-15
0
sal01
Terima kasih buat dukungan dan masukannya, masih belajar nich🙏🙏
2021-06-05
0