"Kalian sampai ke kebun sunkist kemaren?”, tanya bu Arini saat membantu Gloria mengepak barang-barang yang akan dibawanya kembali ke kota hari ini.
“Tidak mah, kemaren hari sudah keburu malam, saat kami pulang dari rumah guru Lyn, beliau sengaja membuat kami berlama-lama dirumahnya dan memaksaku berlatih dulu bersama kak Bagas, alasan beliau takut aku lupa dengan apa yang pernah beliau ajarkan”, sahut Gloria. Guru Lyn adalah guru beladiri yang melatih Gloria dan Bagas, dan dia sangat menyayangi Gloria. Di perguruan bela diri miliknya, Gloria merupakan murid terbaiknya, sedangkan Bagas sudah merangkap menjadi pelatih juga untuk Gloria. “Padahalkan beliau tahu mana mungkin aku lupa dengan semua itu” gerutu Gloria, dia merasa sedikit kesal dengan gurunya itu, karena mereka terpaksa harus membatalkan rencana mereka ke perkebunan sunkist milik Bagas. Padahal Bagas sudah berjanji akan mengijinkan mereka memetik buah perdana dari perkebunannya itu sebelum mereka melakukan panen besar.
“Ah, pria tua itu pasti sangat merindukanmu Glo, makanya dia sengaja menahanmu agar bisa berlama-lama dengannya” senyum bu Arini. Dia tahu bagaimana pria sepuh yang disebut guru Lyn oleh putrinya itu menyayangi Gloria, pria itu sudah mengganggap Gloria sebagai cucunya sendiri, dia bahkan selalu berbagi apapun makanan yang akan dia nikmati dengan Gloria, jika Gloria ada di perguruannya.
Tok....tok....tok
Bunyi pintu diketuk oleh seseorang didepan membuat obrolan ibu dan anak itu terhenti sejenak. “Hmm, siapa yang bertamu sepagi ini, kamu lanjutkanlah pekerjaanmu, biar mamah yang membuka pintu depan” kata bu Arini seraya bergegas berdiri dan melangkah keluar kamar putrinya itu.
“Astaga, semoga saja bukan tetangga yang mengantar hasil kebunnya lagi, yang ada ini saja sudah sangat banyak, aku sampai bingung bagaimana menghabiskannya” gumam Gloria.
Ceklek...
Saat bu Arini membuka pintu, dia terkejut melihat pria yang berdiri didepan pintu rumahnya, rambutnya agak basah terkena embun pagi, dan wajahnya juga terlihat kedinginan, walaupun dia memakai jaket tebal.
“Nak Bagas, ada apa, mengapa sepagi ini kamu sudah datang kesini, apakah kamu akan ikut Gloria kembali ke kota juga” tanya bu Arini beruntun karena terkejut melihat Bagas yang tersenyum di depan pintu rumahnya.
Bagas hanya tersenyum simpul, “selamat pagi bi, maaf aku datang sepagi ini, tidak, aku tidak akan ikut Gloria kembali ke kota hari ini, masih ada yang harus aku selesaikan dulu disini, aku hanya ingin mengantar ini untuk Gloria” ucap Bagas sambil mengangkat kresek berisi buah sunkist yang masih segar. “Apa Gloria sudah bersiap bi” tanya Bagas lagi.
“Oh astaga nak Bagas, bibi kira ada apa tadi” sahut bu Arini, “ah ya Gloria sedang berkemas di kamarnya, susullah dia, ibu akan membuatkan sarapan untuk kita” lanjutnya lagi seraya mempersilahkan Bagas masuk dan menemui Gloria di kamarnya. Bagas memang sudah terbiasa masuk ke kamar Gloria, bahkan tak jarang dia bersama dengan Gloria dan Dinda nonton sampai larut malam di kamar Gloria. Demikian pula sebaliknya di tempat Bagas atau Dinda, mereka sudah terbiasa selalu bersama. Persahabatn yang terjalin selama bertahun-tahun membuat mereka sangat dekat bahkan hampir seperti saudara.
Bagas mengangguk, lalu melangkahkan kakinya menuju kamar Gloria yang terletak tak jauh dari pintu masuk rumah tersebut. “Pagi Glo, ah, barang-barangmu apa harus sebanyak ini Glo” tanya Bagas menggeleng tak percaya melihat banyaknya kardus yang tersusun didalam kamar Gloria. “Kamu seperti mau pindah rumah saja” lanjutnya lagi, seraya melangkah dan duduk di tempat tidur Gloria.
“Pagi kak, heeee mau bagaimana lagi, ini semua hasil kebun yang diberikan oleh para tetangga, mamah sendiri tak mau aku meninggalkannya karena menurutnya ini semua diberikan untukku” sahut Gloria sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. “Aku tau kalau semua ini untukku sendiri, perlu waktu berbulan-bulan untukku menghabiskannya” lanjutnya lagi. “Tapi seperti biasa kak, semua ini nanti akan kubagikan dengan mommy Alea dan juga teman-temanku di kota, anggap saja oleh-oleh dari desa, lagipula ini kan buah-buahan dan sayuran segar yang dipetik langsung dari kebun para tetangga disini, pasti tak ada yang akan menolaknya” ucap Gloria seraya mulai menata buah apel hijau di dalam satu kardus lagi.
“Astaga Glo, jangan menyusunnya seperti itu, kamu akan membuat banyak lecet pada kulitt buah itu, sehingga mempercepat kerusakannya, ah kamu ini selalu saja ceroboh menyusun buah-buahan” gerutu Bagas, lalu dia mengambil kardus buah itu dari Gloria dan membawa keranjang buah berisi Apel hijau itu mendekati Gloria. “Sini biarkan aku melanjutkan packing barang-barangmu ini” lanjut Bagas seraya mulai menata buah-buahan itu dengan terlebih dahulu membungkus buah tersebut dengan foam net atau jaring buah.
“he...he...he, kakak memang yang terbaik, mohon bantuannya ya” kekeh Gloria seraya membungkukkan tubuhnya sedikit dengan gaya yang lucu.
“Heh dasar kamu ini, kenapa tak bilang dari kemaren kalau banyak yang harus kamu packing, kan aku bisa menginap disini untuk membantumu” sahut Bagas.
“Akupun tak tahu, buah-buahan ini kebanyakan diantar kemaren sore saat kita berangkat itu” kata Gloria lagi.
Bagas hanya menggelengkan kepalanya, dia merasa gemes melihat tingkah lucu Gloria. “Ah, gadis ini selalu saja membuat jantungku tak karuan, kalau tingkahnya selucu ini, dia terlihat masih seperti anak SMU ku dulu saja” desah Bagas dalam hatinya. Bagas telah mengenal Gloria sejak SMU, dia adalah salah satu murid di perguruan Kakek Lyn, kakeknya Bagas. Dan sejak pertama kali Bagas bertemu dengan Gloria, hatinya langsung terpaut dengan gadis ini. Dia bahkan mau menerima permintaan kakek Lyn untuk ikut melatih di perguruannya hanya untuk bisa mendekati Gloria. Bagas juga bersedia mengelola perkebunan buah-buahan milik kakek Lyn yang cukup luas itu, hanya untuk mempunyai alasan kembali ke desa ini untuk bertemu Gloria.
Dialah Bagas Arya Winata, putra tunggal keluarga Winata, dan cucu satu-satunya dari kakek Lyn. Bagas juga seorang CEO di perusahaan yang sudah diserahkan ayahnya untuknya, perusahaan yang khusus menangani hasil pertanian itu telah membuka cabang di berbagai negara dan merambah berbagai bidang mulai dari ekspor impor hasil pertanian, peralatan pertanian dan bahkan pengolahan hasil pertanian. Namun, ditengah kesibukannya itu, Bagas akan selalu menyempatkan diri berkunjung ke desa itu sejak lima tahun yang lalu bahkan sampai sekarang. Dan sejak Gloria memutuskan kuliah di kota maka dia akan selalu berusaha meluangkan waktunya pulang ke desa jika dia tahu Gloria akan pulang. Semua orang tahu bagaimana Bagas menyayangi Gloria, sehingga tak satupun pemuda desa itu berani mendekati Gloria, mereka terlalu segan pada Bagas, yang dikenal sebagai saudagar buah di desa itu.
Bagas sendiri tak pernah berani mengungkapkan perasaannya pada Gloria, dia takut merusak persahabatan yang sudah terjalin diantara mereka. Satu hal yang sangat Bagas sesali adalah saat ibu Gloria sakit dan memerlukan biaya besar, Bagas sedang berada diluar negri selama satu bulan, sehingga dia sama sekali tidak tahu kesulitan Gloria saat itu. Dan Bagas juga mengetahui bahwa Gloria dibantu oleh mommy Alea yang kemudian menawarkan perjodohan untuk Gloria. Inilah yang membuat Bagas sangat menyesal, gadis yang dicintainya harus terikat dengan perjodohan hanya untuk membayar hutangnya.
Berulangkali Bagas menawarkan bantuan untuk membantu Gloria mengembalikan hutangnya, tapi selalu ditolak mentah-mentah oleh Gloria. Bahkan Bagas menawarkan pekerjaan di perusahaannya untuk Gloria, tentunya dengan alasan meminta tolong temannya memberikan pekerjaan itu karena Gloria juga tidak tahu kalau Bagas adalah seorang CEO, tapi kembali Gloria menolaknya. Gadis itu selalu berkeras akan berjuang sendiri untuk menyelesaikan masalahnya, entah apa yang direncanakannya, Bagaspun tidak mengerti. Tapi satu hal yang cukup menenangkan Bagas, Gloria mengatakan bahwa dia tidak akan mau menerima perjodohan itu hanya karena alasan hutang.
Jadi Bagas pikir baguslah kalau hutang itu tidak terbayar, yang artinya Gloria tidak akan pernah menerima perjodohan itu. Padahal dia sama sekali tidak tahu apa yang direncanakan oleh Gloria.
Yah tak ada yang tahu rencana Gloria kecuali Dinda sahabat Gloria. Tak ada yang tahu bagaimana Gloria harus berhemat dengan semua uang hasil jerih payahnya, Gloria yang tak pernah belanja barang-barang yang tidak penting, dan bahkan Gloria yang sanggup menghemat makanannya. Semua itu dia lakukan demi mengumpulkan uang sedikit demi sedikit untuk membayar hutangnya pada mommy Alea. Gloria bersyukur mommy Alea tidak memintanya segera menikah dengan Adrian dan bahkan tidak memaksanya untuk menerima perjodohan itu. Gloria juga tahu mommy Alea pasti tidak akan menerima jika dia membayar hutangnya, tapi Gloria sudah memikirkan alasan paling tepat untuk sang mommy agar tak menolaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Comments