NovelToon NovelToon

HATI YANG TERPILIH

SATU

"Glo, kenapa kamu belum bersiap siap, lihat Bagas sudah setengah jam duduk menunggumu di depan" kata seorang wanita parih baya pada seorang gadis cantik. Sementara si gadis yang dipanggil dengan nama Glo masih saja asyik berkutat dengan peralatan masaknya. Ya, itu adalah anak gadis satu-satunya dari wanita paruh baya tersebut. Gadis dengan nama lengkap Gloria Anastasya Wihelmina, gadis cantik berkulit kuning langsat.

Wajah oval dengan hidung mancung serta mata coklat membuatnya terlihat semakin cantik. Rambut panjangnya yang bergelombang disanggul rapi agar tidak mengganggu aktifitasnya.

Gloria sangat suka memasak dan mengolah berbagai jenis kue, dari berbagai kue tradisional sampai dengan kue yang modern. Yah, dia memang sangat meminpikan memiliki sebuah tempat dimana dia bisa bereksperimen dengan bebas untuk mencoba berbagai kreasi resep kue di kepalanya. Namun, apalah daya keadaan memaksanya menjadikan harapan itu hanya sebuah hobby yang hanya bisa dilakukannya pada saat saat tertentu saja. Gadis manis berusia 22 tahun itu harus menanggung beban berat di pundaknya bahkan sejak masih dibangku Sekolah Menengah Atas bahkan sampai menyelesaikan study S-1 dan bekerja sekarang, beban itu masih belum bisa lepas dari pundaknya.

Beban ini dia sembunyikan sendiri, dia tak mau orang lain mengetahuinya, termasuk sang ibu. Dia tak mau wanita paruh baya itu terbebani pikirannya dan malah membuat kondisi kesehatannya menurun. Dia hanya ingun membahagiakan ibunya, satu satunya orang tua dan keluarga yang dia miliki saat ini.

"Biarkan saja mah, kue ku masih nanggung nich, kemarin aku sudah janji akan membawanya untuk anak-anak" jawab Glo acuh sambil meneruskan pekerjaannya. Ia menata kue bolu pisang itu dan asyik memberikan hiasan diatasnya.

"Lagipula aku juga menunggu Dinda datang, aku sudah mengabarinya agar ikut bersamaku ke perkebunan" lanjut Glo lagi. Kemudian dia memberikan taburan keju sebagai sentuhan akhir pada kue bolu yang sudah dipersiapkannya. "Sempurna" desisnya melihat hasil karyanya.

'Tapi Glo..." sahut sang mamah, sambil berjalan mendekati putrinya dengan tatapan yang sendu, dia membelai punggung anaknya dan mengambil tissue, lalu dengan perlahan menghapus titik titik keringat di kening putrinya " Kenapa kamu harus mengajak Dinda?" tanyanya pada si gadis yang masih asyik menatap hasil karyanya di atas meja makan itu.

"Lho, memangnya kenapa mah, bukannya akan semakin ramai kalau orangnya semakin banyak" Jawabnya sambil mulai mengemas beberapa jenis kue yang sudah dibuatnya. Yah, di desa kecil ini ada banyak hasil kebun yang bisa diolah menjadi beragam makanan. Dan setiap kali penduduk desa ini tahu kalau Gloria pulang, maka mereka akan mengantarkan berbagai hasil kebun ke rumah ibunya.

Mereka sangat senang jika gadis ini pulang, karena selain cantik dan ramah, gadis ini juga baik hati. Setiap kali pulang kampung dia selalu membuat berbagai jenis makanan dari bahan bahan yang diberikan oleh orang orang didesa itu. Kemudian, dia akan membagikannya kepada mereka dengan sukacita. Hal inilah yang menyebabkan rumah sederhana yang ditempatinya selalu dipenuhi dengan berbagai hasil kebun. Selain sebagai ucapan terima kasih, mereka juga selalu penasaran dengan kue apalagi yang bisa dibuat oleh gadis manis itu.

Ibunya menatap gadis itu, kemudian menghela nafasnya lalu mengambil sebuah kursi dan duduk didekat putrinya. Dia membantu Gloria merapikan dan memasukkan kue kue itu kedalam plastik mika yang sudah dipersiapkan, lalu menatanya didalam kresek dengan rapi. "Tapi Glo, apa kamu tidak juga mengerti" tanya ibunya pada Gloria

"Mengerti apa maksud mamah" tanya Gloria menghentikan aktifitasnya dan menatap ibunya dengan mengerutkan keningnya sehingga barisan alis hitamnya yang rapi dan cantik hampir menyatu.

" Kamu ini pura pura tidak mengerti atau memang sengaja tak mau mengerti sich" sahut ibunya masih denfan nada lembut.

"Aduh mamahku tersayang, apa sich maksud mamah, tolonglah jelaskan pada putri cantikmu ini" sahut Gloria seraya duduk manis menatap ibunya.

"Glo, apa kamu tidak mengerti kalau Bagas itu hanya ingin pergi bersamamu saja, apa dia ada menyuruhmu membawa orang lain bersama kalian" tanya sang ibu sambil menatap putrinya.

" Yah, dia memang tidak menyuruhku membawa orang lain, tapi membawa dan membagikan semua makanan ini hanya berdua saja tidak akan mudah, dan tidak seru" jawab Gloria. "Lagipula aku sudah berjanji akan selalu mengajak Dinda jika akan jalan dengan kak Bagas, Dinda sangat menyukai kak Bagas sejak kami SMU dulu" jawab Gloria santai.

"Tapi kamu kan tau bagaimana perasaan Bagas nak" jawab ibunya sambil menarik kedua tangan Gloria dan mengelusnya lembut. "Apakah ini semua ada kaitannya dengan Adrian nak" lanjutnya lagi sambil memandang manik coklat putrinya.

"Mamah apa sich, kenapa menyebut nama kak Adrian, nggak ada hubungannya sama sekali mah" jawab Gloria sambil berdiri dan menarik tangannya dengan lembut dari ibunya. Dia kembali melanjutkan aktifitasnya membungkus makanan tersebut.

Tiba-tiba terdengar suara seorang gadis cantik menyapa ibu dan anak itu. "Selamat sore bibi" ujarnya seraya memeluk bu Arini dengan lembut. "Hallo sist, ah kamu selalu begini memanggilku saat pekerjaanmy telah selesai, kamy memang pelit denfan resep-resepmu dan tak mau berbagi keahlian denganku" lanjut gadis itu tanpa jeda.

"Astaga Dinda, kamu ini datang datang bukanya membawa apa kek gitu, malah ngomel ngomel nggak jelas" sungut Gloria saat melihat sahabatnya yang bernama Dinda Putri Ayu itu nyelonong masuk ke dapur. Tapi dia tetap merengkuh pundak sahabatnya itu dengan penuh rindu.

Persahabatan mereka memang sudah terjalin sejak mereka kecil, mereka berpisah setelah masing masing melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dan bekerja dibidangnya masing masing. Mereka hanya sesekali terhubung melalui video call atau kalau Gloria pulang kampung seperti saat ini. Dinda memang memilih kembali ke desa ini dan menjadi guru karena kecintaanya pada anak anak dan desa ini, disamping juga alasan tertentu yang hanya diketahui olehnya dan Gloria saja. Sementara Gloria lebih memilih jalur bisnis dan bekerja di kota dengan alasan yang juga hanya diketahui olehnya dan sahabatnya itu saja.

Dinda tak perduli dengan ucapan sahabatnya, dua malah mengambil satu potong kue dan memasukkannya ke dalam mulutnya "astaga, kue ini enak sekali aku baru merasakannya, sepertinya kamu belum pernah membuatnya sebelum ini" sahut Dinda sambil terus mengunyah kue di tangannya.

"Dasar sahabat tak berperi kepersahabatan,, seperti ini bukannya membantu tapi menghabiskan" sahut Gloria sambil mencubit kedua pipi sahabatnya. " Apa kamu sudah menyapa pangeranmu di depan" lanjut Gloria.

"Apa sich Glo, jangan bikin malu dech" sahut Dinda

"Sudah sudah, apa kalian akan terus berdebat" lerai ibu Arini pada dya gadis itu, "Lihat Bagas sudah lelah menunggu kalian" lanjutnya lagi

" Baiklah mah, karena semyanya sudah terbungkus rapi kami akan berangkat sekarang" sahut Gloria, "Dinda tolong panggil kak Bagas, biar bantu ngangkatin makanan ini"

Dengan wajah bersemu merah Dinda memandang Gloria, "Apa sich, kok harus aku" tapi dia tetap melangkahkan kakinya keluar menuju ruang tamu.

Sampai di ruang tamu Dinda menatap pria muda berumur 28 tahun dengan perawakan tinggi dan dada bidang sedang asyik dengan phonsel pintarnya. Sesekali wajah tampannya berkerut dan mengangguk, seperti sedang mempelajari sesuatu. " Eheeemm, kak Bagas, maaf mengganggu, Gloria minta tolong mengangkat makanan tang akan dibawa" ucap Dinda dengan wajah yang ditundukkan. Jantungnya selalu berdegup tak karuan saat harus berdekatan dengan pria itu.

Orang yang dipanggil Bagas itu mengangkat wajahnya dan langsung menyimpan phoselnya dalam kantongnya "Oh, sudah selesai ya, oke mari kubantu mengangkatnya" sahut Bagas santai. Lalu dia melangkahkan kakinya menuju dapur yang juga merangkap ruang makan itu, dia melewati Dinda dengan tersenyum, membuat gadis itu semakin salah tingkah.

" Sudah selesai ya, mari ku angkat" ucap Bagas sambil memandang Gloria

"Iya kak, ini semuanya sudah tersusun rapi" sahut Gloria

" Oke, tolong kamu buka bagasi mobilku ya Glo" sahut Bagas

" Eh nggak pake mobilku aja ya kak" tanya Gloria

"Mobilmu terlalu mewah Glo, tidak cocok untuk jalan yang akan kita tempuh" sahut Bagas seraya mulai mengangkat kresek yang sudah dari atas meja makan.

"He he he, ita juga sich kak, maklumlah mobil pinjaman, yah seikhlasnya yang punya ngasih yang mana, aku sich terima aja" sahut Gloria cangar cengir sambil melangkah ke halaman rumahnya. Dia membuka bagasi mobil Bagas dan melipat kursi penumpang yang paling belakang, sehingga tersedia tempat yang lebih luas untuk meletakkan makanan tersebut.

Dinda dan bu Arini juga turut membawa beberapa kresek yang masih tersisa dimeja, laly menyerahkannya pada Bagas untuk menatanya di bagasi mobilnya. Setelah itu mereka pamit pada bu Arini untuk segera berangkat. Gloria langsung masuk dan duduk di kursi penumpang dan mengunci pintunya. Dinda yang ingin duduk dekat Gloria bingung karena pintu tak bisa dibuka.

"Duduklah di depan, aku cape dan mengantuk, kamu temanilah kak Bagas di depan supaya dia ada teman ngobrol" ucap Gloria santai, dan dia mulai ambil posisi nyaman di kursi penumpang. Dinda tersenyum malu malu, dia sangat paham dengan maksud sahabatnya itu.

DUA

*Hai, ini novel perdana author ya, mohon maaf klo masih banyak typo, maklum masih belajar.

Cerita ini murni dari imajinasi author, semoga bisa menambah koleksi bacaan paea readers yang baik hati.

mohon like, vote n komen yang bijak ya😊😊😊

arigato, tengkiyu🙏🙏🙏*

------------------------------////////////-------------------------------

Disebuah gudang tua yang terletak cukup jauh dari jalan raya dan tertutup oleh semak belukar, terlihat seorang pria muda terkapar dilantai. Wajah tampannya dipenuhi dengan warna biru lebam bekas pukulan serta darah kering disudut bibirnya. Kedua tangan dan kedua kakinya terikat erat, sehingga dia kesulitan untuk mengambil posisi duduk sekalipun.

"Hmpfff...hmpfff" gumamnya tak jelas, karena mulutnya ditutup dengan lakban, sehingga tak satu katapun bisa diucapkannya. Matanya tajam memandang ke sekelilingnya, dan nampaklah beberapa orang pria tinggi besar dengan senjata lengkap memandangnya dengan tatapan mengerikan.

Tiba-tiba masuklah seorang laki-laki berperawakan tinggi besar dengan bekas luka memanjang menghiasi wajahnya. Dia tersenyum sinis memandang pria yang terikat itu "ah tuan muda yang tampan, sayang sekali wajah tampanmu harus diberi warna seperti ini, mereka memang tak bisa dipercaya, padahal aku sudah menyuruh mereka tidak merusak wajahmu, heee" kekehnya sinis sambil mengangkat wajah pria itu dengan jari telunjuknya.

"Hmpffff...hmpfff...." gumam pria yang disebut tuan muda itu tak jelas, matanya memerah penuh amarah. Kemeja putihnya sudah tak berbentuk lagi, robek dimana mana, kotor dan dipenuhi bercak darah.

"Oh, kamu mau berbicara tuan Mario yang terhormat?" tanya pria dengan bekas luka itu lagi, "tp aku sedang malas mendengar suaramu, yang aku pastikan hanya dipenuhi sumpah serapah dan ancaman tak berguna, aku lebih suka mendengarmu bersenandung seperti itu saja" kekehnya sambil mengeluarkan r*k*k dari saku celananya.

Salah seorang penjaga yang berdiri disitu segara memantik api dan menyalakan r*k*k tersebut. Dia menghisapnya, lalu menghembuskan asap beracun dari mulutnya membentuk bulatan bulatan kecil. "Bahkan sebenarnya, aku sudah malas melihatmu, rasanya aku ingin menghabisimu sekarang juga, daripada membuang tenaga anak buahku untuk terus menjagamu" lanjutnya lagi " tapi sayangnya, mereka tak mengijinkan aku melakukannya, mereka masih ingin melihat wajahmu dan mengakhiri hidupmu secara langsung, jadi bersabarlah menanti ajalmu" lanjutnya masih dengan nada sinis dan dalam.

"Roy, pastikan tempat ini bersih, jangan biarkan ada seorangpun yang mendekati tempat ini, jiika kamu melihat ada yang mendekat, habisi saja" imbuhnya lagi pada penjaga yang menyalakan r*k*knya tadi.

"Siap bos" sahut pria itu sambil menundukkan sedikit kepalanya. Lalu dia menunjuk 2 orang penjaga lainnya dan memberikan kode dengan telunjuknya. Kedua penjaga yang memahami maksud Roy, langsung keluar dan menyisiri area sekitar pondok itu.

" Jagalah tuan muda ini, jangan memukulnya lagi, aku tak mau dia mati sebelum mereka mentransfer uang pembayarannya, karena jika mereka ingkar kita masih bisa menjual tuan muda ini kepada keluarganya, tentu dengan harga yang fantastis, haaa" tawa sanf bos mengelegar di gudang tua itu. " Aku akan keluar dulu, memastikan mereka tidak ingkar, dan apa tang mereka inginkan selanjutnya, ingat jangan biarkan seorang pun mendekat ke sini tanpa perintah dariku" kecamnya seraya melangkah pergi. Namun sebelum dia keluar dari pintu gudang itu dia berbalik dan mengarahkan pandangannya pada Mario " lebih baik kamu nikmati sisa hidupmu yang mungkin tak sampai beberapa hari lagi, daripada mengeluarkan sumpah serapah tak jelasmu itu" sinisnya seraya melangkah keluar dari gudang itu.

Mario menggumam lagi dengan marah, tangannya yang terikat mengepal hingga memucat dibalik punggungnya. Sungguh, dia tak menyangka akan terjebak dalam situasi seperti ini.

Flashback

"Aris, aku akan berangkat dengan pesawat komersil sendiri saja, kamu tetaplah di kantor pusat untuk menyelesaikan pekerjaanmu" ucap pria muda berumur 28 tahun yang tampan dengan wajah blasteran yang membuatnya semakin menawan. Mario Rodrigo, pria muda nan menawan, namun berwajah dingin dan sangat jarang tersenyum. Pria muda super tajir, dengan beberapa perusahaan besar yang dipimpinnya, yang sudah merambah hampir diseluruh benua. Belum lagi hasil yang dia peroleh dari dunia bawah yang tak terdeteksi oleh orang banyak, sehingga menambah pundi pundi hartanya yang tak akan habis dipakai bahkan sampai tujuh turunan sekalipun.

"Baik, tuan Mario, tapi mengapa tuan ingin memakai pesawat komersil dan tidak menggunakan jet pribadi anda tuan" tanya pria muda lainnya yang dipanggilnya Aris tadi. Aris adalah sang asisten pribadi Mario, umurnya masih 25 tahun, namun dia sangat cerdas dan cekatan. Sehingga dia dipercaya oleh Mario sebagai tangan kanan sang tuan muda. Aris, pria muda dengan perawakan proposional dengan wajah tampan yang tak kalah dingin dari tuannya itu, menatap Mario dengan kening sedikit berkerut.

"Aku hanya ingin menikmati perjalanan ditengah keramaian saja, bosan rasanya memandang wajahmu terus setiap kali mataku terbuka" kekeh Mario. " Lagipula aku hanya dua hari saja disana, hanya memastikan proyek itu berjalan sebagaimana mestinya, aku mendengar ada tikus kecil yang sedang mencoba mengigit disana, jadi mungkin aku perlu sedikit bermain juga" imbuhnya dengan wajah yang berubah menjadi dingin lagi.

" Baiklah kalau itu yang tuan inginkan, pesawat dengan kelas bisnis akan berangkat pukul 20.00 nanti tuan, disana anda akan dijemput langsung oleh direktur Anna yang akan membawa anda ke hotel anda" sahut Aris pasrah.

"Ah, Anna, ya lama aku tak berjumpa dengannya, sekaligus saja aku lihat kinerjanya sekarang" ucap Mario lagi.

Tepat pukul 8 malam pesawat komersil yang ditumpangi Mario lepas landas dengan sempurna, Mario duduk dikursi kelas bisnis dengan santai, dia mulai memejamkan matanya, tak perduli banyak pasang mata para wanita yang menatapnya nyaris tak berkedip. Bahkan beberapa pramugari yang lewat berlenggang lenggok berusaha menarik perhatian pria tampan itu. Namun, Mario tetap asyik dengan dirinya sendiri dan tak perduli dengan sekitarnya.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 1 jam, pesawat itu mendarat dengan sempurna. Mario membuka matanya dan segera melangkah keluar dari pesawat, para pramugari berbaris rapi dengan memasang senyum terbaiknya, bahkan beberapa diantaranya memberikan kerlingan manja pada Mario. Namun lagi lagi mereka harus menarik napas saat sang tuan muda melangkah melewati mereka bahkan tanpa melirik sedikitpun.

Saat turun dia merasakan cuaca yang cukup dingin, sehingga dia melangkahkan kaki sedikit tergesa menuju ke toilet pria, untuk segera menuntaskan keinginan bagian bawah tubuhnya.Karena tergesa gesa dia sampai tak menyadari ada beberapa orang yang mengikutinya hingga masuk ke dalam toilet pria. Sebagian dari orang ini berjaga diluar dengan gaya santai agar tak mencurigakan, dan dua orang turut masuk kedalam toilet. Saat Mario keluar dari bilik toiletnya sebuah sapu tangan langsung membekap mulutnya dan tanpa sempat memberikan perlawanan, Mario langsung tak sadarkan diri.

Saat Mario membuka matanya, dia berusaha memberontak, namun apalah daya, dia dikerumuni oleh beberapa pria tunggi besar yang berwajah sangar. Mereka langsung menghajarnya habis habisan karena melakukan perlawanan, hingga akhirnya Mario kembali tak sadarkan diri, dengan kondisi tubuh babak belur.

Flasback end

Dan disinilah Mario terkapar akhirnya, dengan mulut di lakban dan kaki serta tangannya yang terikat kuat. Dia berusaha mengingat wajah orang orang yang diliharnya dalam gudang itu. Dan dia baru tersadar bahwa wajah pria yang disebut bos oleh para penjaga itu adalah salah satu pria dalam foto yang dikirim oleh mata matanya. Musuh yang dianggapnya sebagai "tikus kecil".

Pria tinggi besar yang dipanggil bos oleh para penjaga melangkahkan kakinya melewati jalan setapak kecil yang tertutup semak. Jika sepintas lewat orang tak akan menyadari keberadaan jalan itu. Lalu dia menuju mobil ranger yang terletak di pinggir jalan raya. Beberapa kendaraan yang melewatiya, tak menghiraukannya. Jalan raya itu tak terlalu ramai, karena hanya merupakan jalan lintas dari beberapa desa menuju ke kota.

Sementara Aris yang menerima laporan dari Anna bahwa tuan muda Mario Rodrigo menghilang di bandara, terlihat sangat panik. Dia menghubungi anak buahnya di dunia bawah, agar segera melacak keberadaan Mario,. Semua anak buah dikerahkan untuk mencari tahu, bahkan jet pribadi Mario pun digunakan untuk segera membawa beberapa orang terbaik anggto dunia bawah milik Mario.

Aris sendiri seperti biasa tidak akan bergerak kemana mana, dia sudah mendapat mandat langsung dari Mario, jika keadaan seperti ini terjadi, dia harus bertahan di kantor pusat untuk menhhandle semya pekerjaan sekaligus meredam berbagai berita yang busa menyebabkan goyahnya perusahaan. Karena jika menghilangnya sang tuan muda diketahui umum maka akan ada banyak musuh yang berusaha membuat kekacauan dengan berbagai cara licik untuk memanfaatkan keadaan yang ada. Hal inilah yang menyebabkan berita hilangnya tuan muda harus disembunyikan, dan Aris harus memastikan perusahaan tetap berjalan normal.

Namun, bukan berarti dia bisa berpangku tangan dalam mencari tuan mudanya, dia adalah orang yang paling sibuk berkoordinasi dengan banyak pihak untuk melacak keberadaan tuan mudanya.

TIGA

Adrian Wijaya mendengus kesal, saat pgonselnya terus berbunyi dan membuat nya merasa terganggu. Dia melepaskan wanita ***** yang sedang duduk dipangkuannya dan sedang asyik bercum*u dengannya. Lalu berdiri dan mengambil phonselnya yang tergeletak diatas tumpukan berkas di meja kebesarannya. Dia menarik nafas sejenak, menurunkan libid*nya yang sudah naik, kemudian melihat phonselnya. " Mommy" gumamnya sambil melirik gadis yang tampam memberengut kesal. "Kumohon diam dan tenanglah sebentar honey, aku tak mau membuat masalah dengan mommy" ucap Adrian sambil mengecup bibir wanita itu sekilas, lalu melangkah menuju jendela kaca sambil menekan tombol hijau di phonselnya.

"Hallo mom, ada apa aku sangat sibuk sekarang"

".............."

"Tidak mom, aku benar benar sibuk dengan pekerjaanku, jangan menuduhku sembarangan" sahut Adrian sambil melirik ke arah Jane, wanita ***** yang bercumbu dengannya tadi. Jane melangkah mendekati Adrian dengan kemeja yang hampir terbuka sehingga dua gunung kembarnya terekspos separoh dan semakin menggoda mata Adrian.

".............."

"Untuk apa mom, memang ada acara apa" sahut Adrian sambil berusaha menekan suaranya untuk menaha gejolak dalam tubuhnya, karena Jane sedang memeluknya sambil menggesek tubuhnya di belakang punggung Adrian.

".............."

"Ah mom, aku tak sudi dan itu bukan urusanku, sudah kukatakan berkali kali jangan memaksaku terus, aku tak suka gadis kampung itu" ketusnya kesal saat mendengar ucapan mommynya.

".............."

"Hah, baiklah mom, tapi aku pastikan ini tak akan mengubah apapun" ucapnya pasrah pada ancaman sang mommy, lalu memutuskan sambungan teleponnya, karena dia sudah benar benar tak tahan terhadap godaan Jane yang berulah di punggung kekarnya, sambil melepaskan kancing kemwja Adrian.

Adrian berbalik dan langsung meraup dan melu*mat bib*r Jane, tangannya juga tak bisa tinggal diam. Dia mulai menggerayangi tub*uh seksi kekasihnya itu, dan setelah mengunci pintu ruangan ceo itu dengan remote control, Adrian dan Jane melanjutkan aksi panasnya untuk meraih surga dunia mereka.

Di sebuah mansion mewah terlihat seorang wanita paruh baya yang sedang bersemangat, dia beberapa kali menekan sebuah kontak di phonselnya namun masih belum tersambung. Hingga pada kalu kelima barulah phonsel itu tersambung

".............."

"Hallo nak, ah sibuk apa kamu, jangan jangan ja*l*ng itu yang menyebabkanmu sibuk, tak biasanya kamu mengabaikan mommymy ini"

".............."

" Ya, ya, baiklah mom percaya padamu, besok malam pulanglah ke mansion"

".............."

"Gloria akan datang untuk mengantar mobil, dan mamah sudah mempersiapkan makan malam untuknya, kamu harus datang menemuinya dan menemaninya"

".............."

" Kamu pulang atau mommy akan mengubah isi wasiat nanti, lebih baik mommy dan daddy mewariskan semuanya untuk Gloria daripada membiarkannya jatuh ke tangan ja*l*ngmu itu, karena pasti akan habis dalam sekejap oleh perempuan tak tahu malu itu" sahut mommy dengan sedikit emosi.

".............."

Lalu sambungan telepon itupun tertputus, Mommy Alea menghembuskan nafasnya kasar.

Dia benar benar tak habis pikir deng putra semara wayangnya Adrian Wijaya, yang begitu cerdas dan pintar dalam mengelola perusahaan, tapi dengan begitu mudahnya ditipu oleh seorang wanita ular seperti Jane. Sudah berulangkali dia memperingatkan anaknya itu, bahkan memberikan berbagai bukti kebusukan Jane, tapi selalu tak dihiraukannya. Berbagai alasan licik yang disampaikan oleh Jane selalu diterima oleh otak cerdas putranya itu. Hal inilah yang menyebabkan mommy Alea sangat muak dengan Jane sekaligus kesal dengan putranya juga.

Mommy Alea kembali menghembuskan nafasnya pelan, hah, dia begitu ingin mengambil Gloria menjadi menantunya, karena dia sudah jatuh cinta dengan gadis itu saat pertama kali bertemu dengan putri sahabatnya itu. Bahkan pada saat itu Gloria masih berumur 16 belas tahun. Saat itu dia datang bersama suaminya untuk melayat saat sahabatnya yang adalah ibu dari Gloria kehilangan suaminya akibat kecelakaan. Dan saat dia melihat ketegaran Gloria yang masih belia, serta sikap ramah dan sopan santunnya membuat mommy Alea begitu ingin menjadikan Gloria sebagai putrinya.

Saat melihat putranya Adrian, yang terjebak dengan wanita ular bernama Jane beberapa tahun lalu, membuat mommy Alea semakin bersemangat mengambil Gloria menjadi putrinya dengan menjadikannya istri dari Adrian. Namun sayangnya dia belum menemukan cara yang tepat untuk menyatukan Gloria dan Adrian.

Hingga 4 tahun yang lalu ibu Gloria sakit dan mengalami gagal ginjal, menyebabkan dia harus menjalani beberapa kali cuci darah dan akhirnya dokter memutuskan ibu Gloria harus melakukan transplantasi ginjal.

Flashback

Gloria yang saat itu masih duduk dibangku SMU benar benar panik. Dia tak tahu apa yang harus dilakukannya, karena untuk meneruskan pengobatan ibunya mulai dari operasi hingga perawatannya memerlukan biaya yang tidak sedikit. Pihak rumah sakit meminta Gloria menyediakan dana sekitar 500 juta, yang membuat Gloria langsung terduduk lemas.

Jangankan 500 juta, satu juta saja dia tak punya. Biaya pengobatan ibunya selama ini saja berasal dari asuransi kesehatan dan bantuan masyarakat yang baik hati di desanya. Ingin dia menjual semua harta benda milik orang tuanya, tapi dia tahu itu tak akan mudah karena mereka berada di desa yang kecil, jauh dari perkotaan, dengan perekonomian masyarakat yang rata rata hidup sederhana. Gloria benar benar putus asa, dia tidak tahu apa yang harus diperbuatnya, sementara dia harus bisa mengobati ibunya, satu satunya keluarga yang dia miliki.

Saat itulah mommy Alea datang menjenguk sahabatnya, dan saat dia lewat tanpa sengaja dia mendengar penjelasan dari bagian administrasi rumah sakit kepada Gloria. Dia melihat Gloria yang terduduk lemas tak berdaya dengan air mata memenuhi wajahnya. Tanpa banyak komentar, mommy Alea langsung menghampiri bagian administrasi dan menyerahkan black card miliknya untuk menyelesaikan administrasi ibu Gloria. Setelah selesai, barulah dia menghampiri Gloria dan memeluknya. Gadis itu masih terdiam, tak tahu harus mengucapkan apa dan berbuat apa, saat wanita yang dikenalnya sebagai sehabat ibunya itu dengan begitu mudah mengeluarkan uang sebanyak itu untuk pengobatan ibunya.

"Tante....." hanya itu kata yang keluar dengan bergetar dari bibir Gloria, dia tak tahu harus berkata apa, rasanya ucapan terima kasihpun tak akan cukup untuk mewakili perasaan hatinya saat ini.

Mommy Alea memeluk Gloria " sudahlah nak, jangan kau pikirkan masalah biaya, mommy akan membantumu, berapa pun itu, sekarang fokuslah untuk mendampingi ibumu, hanya kamu sumber kekuatannya, semangatilah dia agar mau berjuang untuk sembuh" bisik mommy Alea sambil mengusap punggung Gloria. " Jika kamu lemah begini maka ibumu juga akan kehilangan semangatnya untuk pulih, maka semua pengobatan hanya akan sia sia saja, dan mulai sekarang panggillah aku mommy karena aku telah menganggapmu sebagai anakku juga" lanjut mommy Alea sambil tersenyum menghibur dan menguatkan Gloria.

Sungguh saat itu mommy Alea merasa sangat sedih melihat kondisi Gloria yang pucat pasi, dengan badan kurus dan tak terawat sama sekali. Gloria bahkan terlihat lebih rapuh dibanding saat dia kehilangan ayahnya, mungkin karena dia harus menjalani ini sendirian dan tak ada seorangpun yang menguatkannya.

Glorua hidup di rumah sakit ini dan hanya menikmati makanan dan minuman seadanya yang diberikan orang untuknya. Dia pun tak bisa pulang ke desanya karena jarak yang cukup jauh dari kota tempat rumah sakit ibunya dirawat. Perlu waktu setidaknya 4 jam untuknya baru tiba di desanya, kalau harus bolak balik dia memerlukan waktu setidaknya 8 jam. Belum lagi dia harus mengurus rumah dan menunggu kendaraan yang bisa membawanya dari dan kembali ke kota itu. Karena itulah Gloria lebih memilih bertahan di rumah sakit untuk menjaga ibunya.

Tak jarang Gloria membantu petugas di rumah sakit, seperti cleaning service dan pengantar makanan, dia juga sering membantu menjaga pasien lain yang kamarnya berdekatan dengan ibunya jika keluarga pasien tersebut harus keluar. Sikap ringan tangan, keramahan dan ketulusannya membuat banyak orang tak segan segan membantunya, mulai dari memberinya makanan bahkan membelikannya pakaian ganti. Hal inilah yang menyebabkan selama 1 minggu Gloria berada di rumah sakit ini dia tidak pernah sampai kelaparan.

Hingga di hari yang ke delapan dia berada dirumah sakit ini dan dokter memvonis ginjal ibunya sudah tidak berfungsi lagi. Dan jika ingin menyelamatkan ibunya maka harus dilakukan tranplantasi ginjal. Untunglah pada saat dia benar benar terpuruk mommy Alea datang ke rumah sakit tersebut.

Mommy Alea baru mengetahui sahabatnya itu dirawat di rumah sakit karena dia tak sengaja melihat ibu Gloria terbaring di salah satu ruang rawat inap, saat itu mommy Alea sedang menjenguk art di mansionnya yang juga di rawat inap di rumah sakit tersebut. Dan pagi ini betapa terkejutnya mommy Alea yang mau membezuk sahabatnya itu tapi terhenti saat melihat Gloria yang terduduk lemas didepan ruang administrasi rumah sakit.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!